Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Keputusan Rayya
Puasa hari 1,SEMANGAT...dan happy reading, baca novel boleh,tapi setor hapalan dulu yah🥰👍
...****************...
Hilya duduk di ruang keluarga bersama Mas Ari,mereka baru saja selesai menjalankan shalat maghrib,dari tadi dia ingin berbicara dengan suaminya itu, tapi urung dia lakukan,Hilya sangat paham sifat Ghifari.dia hanya duduk di depannya sambil mengupas kan buah jeruk kesukaan suaminya.
"Bicaralah Umi,,, Abah tau ada sesuatu yang ingin Umi sampaikan ke Abah." ujar Ghifari menatap wajah ayu nan cantik istri tercintanya.
Hilya sumringah, ternyata suaminya tau apa yang dia inginkan, tapi senyum itu menghilang sedetik kemudian.
"Abah, apa Abah tidak perhatikan, selama kita di sini,sepertinya hubungan antara Rayya dan Reza tidak begitu baik."ujar Hilya sambil menyodorkan piring berisi jeruk yang sudah terkupas bersih.
"Benarkah Umi? "tanya Ghifari serius.
" Iya.. Umi rasa mereka sedang... "
"Assalamu'alaikum."
belum selesai Hilya berbicara,Rayyana sudah muncul dari balik dinding pemisah ruang tamu dan ruangan tempat kakaknya berada.
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh. "serempak keduanya menjawab salam Rayya.
" Udah pulang dek? "tanya Hilya.
" Iya mbak, Rayya shalat dulu ya, nanti waktunya keburu habis."kata Rayya dan berlalu menuju kamarnya.
Setelah setengah jam, dia datang dan bergabung dengan dua orang yang sudah menjadi pengganti orang tuanya yang sekarang berada jauh di kota lain.
"Makan dulu dek. " kata Hilya sembari berdiri dan ingin menyiapkan lauk untuk Rayya.
"Rayya udah makan mbak, mbak duduk aja."Rayya memegang tangan mulus sang kakak ipar.mungkin kalau orang melihat secara sepintas, mereka akan mengatakan kalau Hilya lah kakak dari Rayya bukan Ghifari yang terlihat sangat cuek pada adiknya sendiri.
Hilya kembali duduk,di ikuti Rayya yang bergelayut manja di lengannya.
" Mbak, aku kangen ama Raka."
"Iya, nanti kalau Mas mu sudah pindah ke kota S, kamu bisa sering sering mengunjunginya." kata Hilya sambil mengusap kepala adiknya itu.
"Ray... boleh Mbak bertanya sesuatu. "
"Iya mbak. "
"Hubunganmu dengan Reza bagaimana?Mbak perhatikan kalian jarang berkomunikasi."
Rayya memperbaiki posisi duduknya, dia tidak menyangka Hilya bisa secepat itu mengetahui kisruh rumah tangganya dengan Reza.
Rayya tertunduk menghela nafasnya kasar,berusaha menyusun kalimat yang tepat agar Mas Ari tidak murka.
"Mas, Mbak..hubunganku dengan Mas Reza sepertinya akan segera berakhir." ujar Rayya,kedua jemarinya saling bertaut,menandakan sekarang ini dia sedang gugup, apalagi di depannya duduk sang kakak yang menatap nya tajam.
"Aku tidak bisa mempertahankan nya lebih lama lagi. " Rayya menunduk, setetes cairan bening lolos dari netranya.
Ghifari dan Hilya terdiam.mereka menatap Rayya dengan tatapan iba.tidak lama terdengar helaan nafas dari Ghifari.
"hhhhhh... "
"Apa kamu sudah memikirkan nya baik baik? "perwira berpangkat kapten itu akhirnya bersuara.
Rayya mengangguk.
" Ini masalah rumah tanggamu, kamu yang menjalaninya,Mas tidak akan bertanya kenapa kamu ingin mengakhirinya, kamu pasti punya alasan yang membuatmu tidak bisa bertahan.aku sangat mengenalmu Ay.. "
Rayya mengangkat kepalanya, memandang tak percaya pada Ghifari yang ternyata tidak marah sama sekali.
Hilya memegang tangan Rayya untuk memberinya sedikit kekuatan.
"Makasih Mas.. "
"Tapi bagaimana caraku berbicara dengan ayah dan ibu? " tanya Rayya frustasi. dia masih harus melewati rintangan untuk masalahnya ini. dengan Mas Ghifari mungkin sedikit lebih mudah untuk memberitahunya, tapi tidak dengan ayahnya.
"Aku yang akan berbicara dengan ayah, kamu tenang saja."Ghifari mengusap kepala Rayyana.
" Besok Mas akan pulang dengan Mbakmu, seandainya tidak ada acara pelantikan minggu depan, aku akan menyuruh Uminya Raka menemanimu.dia yang akan mengurus semuanya.
"Nggak papa Mas.. "
"Jadi kamu akan tinggal di mana?Mbak tau rumah ini atas nama Reza."
Rayya menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar.
"Sebenarnya sebelum Mas dan Mbak datang dua hari yang lalu, aku sudah tidak tinggal serumah dengan Mas Reza.aku menyewa sebuah rumah di pinggiran danau yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit.
" Besok saat Mas berangkat, sebaiknya kamu ikut saja, kemasi barangmu,,biar mbak mu yang bantu. "seru Ghifari.
Rayya bergegas ke kamar, mengemasi barang yang dia anggap perlu di temani Hilya. tidak terlalu banyak yang dia ambil,pakaian secukupnya saja, hanya barang barang penting termasuk ijazahnya.
Selesai berkemas, Rayya dan Hilya kembali ke lantai bawah menemui Ghifari.
" Mas berubah pikiran,malam ini, sebaiknya kamu ke rumah kontrakan mu bersama Uminya Raka. biar Mas yang di sini, aku akan menemui Reza."
Rayya terkejut dengan penuturan Ghifari, dia takut, kakaknya akan melukai Reza.
"Kamu nggak usah khawatir.aku hanya akan berbicara dengannya. " Ghifari bisa melihat ketakutan dari mata Rayyana.
"Umi,, malam ini temani Rayya ya, besok pagi Abah akan menjemput Umi." Ghifari mendekati Hilya, mengecup pucuk kepalanya yang tertutup hijab dengan sayang.
"Iya Abah, Abah baik baik ya, jangan kasar sama Reza." ujar Hilya sambil memeluk Ghifari.
Ghifari mengangguk.
"Ay...hati hati bawa kendaraan ya.. " kata Ghifari gantian memeluk adik semata wayangnya.
"Abah,Umi pergi ya, assalamu'alaikum.. " pamit Hilya.
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh, kalian hati hati.. "
Rayya dan Hilya berangkat menggunakan mobil Rayya, kali ini Hilya yang menyetir.dia hanya meminta Rayya untuk menunjukkan jalannya.
Tidak ada perbincangan selama mereka di jalan, hanya sesekali Hilya bertanya ke arah mana dia harus melajukan kendaraannya.
Seperti biasa Reza pulang jam sebelas malam, itu sudah menjadi rutinitas semenjak hubungannya dengan Lita semakin intens.
Reza membuka pintu,dia masuk dengan santai,dia tidak memperhatikan garasi, kalau mobil Rayya sudah tidak ada di sana.
"Pasti mereka sudah tidur semua. " batin Reza.
"Apa setiap malam kamu pulang jam segini? " tanya Ghifari yang muncul dari arah ruang tamu.
"M.. Mas Ari..belum tidur Mas."Reza tergagap.
" Aku menunggumu, bisa kita bicara sebentar. "ujar Ghifari lalu duduk di kursi.
" Iya Mas.. "mau tidak mau Reza ikut duduk di depan Ghifari.
"Apa pekerjaanmu lancar akhir akhir ini?" Ghifari bertanya sambil meminum air putih yang baru saja dia ambil di dapur sebelum Reza masuk tadi.
"Alhamdulillah Mas.. "
"Kalau hubungan mu dengan Rayya? "Ghifari menyimpan gelas di meja lalu menatap tajam ke arah Reza.
Reza terdiam, tidak tau harus menjawab apa.
" Hubungan kami baik baik saja Mas.kalau Mas Ari tidak percaya,biar aku panggil Rayya dan mengkonfirmasi nya langsung. "ujar Reza penuh percaya diri.
"Ayya, Rayyana.. !!!! " teriak Reza.
Ghifari tersenyum sinis memperhatikan semua tingkah laku adik iparnya.
"Kemana dia jam segini, biasanya juga dia sudah tidur. " batin Reza saat tidak mendapati Rayya di kamar.
"Aku akan segera mengurus perceraian mu dengan adikku." Ghifari menyusul ke lantai dua dan berdiri di belakang Reza.
Reza terdiam, dia tidak menyangka secepat itu Rayyana akan memberitahu keluarganya.
"Hampir saja aku memarahi adikku saat dia mengatakan ingin berpisah darimu,di keluarga besar kami,nggak ada sejarahnya pernikahan yang berakhir dengan perceraian.tapi begitu melihat sikapmu yang sangat masa bodoh dan cuek dengan Rayya, keputusanku tadi untuk tidak memakinya ternyata benar." Seru Ghifari panjang lebar.
"Apa kamu nggak liat di garasi kalau mobil Rayya nggak ada? " tanya Ghifari menyelidik.
Reza tercengang. "Mati aku, apa iya mobil Rayya nggak ada, kok aku nggak liat sih !!!" kesalnya dalam hati.
"Dulu saat kamu datang meminta putri cantik dan satu satunya di keluarga kami,aku bisa melihat ketulusan dan cinta itu di matamu untuk Rayya.kami memberikannya dengan tulus karena itu."
Reza tertunduk, dia teringat kembali kenangan saat dia datang pada Rudi Hutomo,ayah Rayyana untuk meminta gadis cantik itu menjadi istrinya.
"Ayahku sangat menyukaimu Reza.aku tau saat ini kamu masih menyimpan rasa itu untuk Rayya, tapi seperti nya orang ketiga datang dan mengikis cinta itu hingga tersisa sedikit untuk adikku."
"Rayya pasti banyak kekurangan di bandingkan kekasihmu itu.dan apa kau tau aku bisa saja langsung mengetahui siapa wanita yang sudah merusak kebahagiaannya hanya dengan sekali panggilan, tapi aku menghargai Rayya.dia pasti punya alasan tersendiri kenapa tidak memberitahuku.dan satu lagi yang ingin aku sampaikan, besok atau lusa kalau aku mendengar kau pernah mendarat kan tanganmu di tubuh adikku, berhati hatilah dengan nyawamu, karena aku akan membuatnya berada di antara hidup dan mati."
Ghifari meninggalkan Reza yang berdiri mematung dengan kaki gemetar. kalimat terakhir Ghifari membuatnya sangat terintimidasi dan frustasi. dia sudah bisa membayangkan bagaimana pukulan dari seorang perwira TNI.
"Nggak,,,,, Mas Ari nggak boleh sampai tau bagaimanapun caranya. "
...****************...
Assalamu'alaikum readers kesayangan.di kesempatan kali ini, author farala ingin mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa 1444 hijriah bagi yang menjalankan.
semoga puasanya di lancarkan,, aamiin..
baiklah
rayya...daebak