Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Geonino Luke Abraham
"Andah?" Ojan memutar tubuhnya, melihat siapa yang baru saja menyentuh pundaknya.
"Geon? Ini beneran kamu Geon? Kamu mencariku sampai ke sini?"
Wajah sumringah seorang wanita yang tidak dikenal, terpampang nyata di hadapan Ojan. Sementara, ekspresi Ojan terlihat sangat biasa.
"Geon, kenapa kamu diam aja?" Raut wajah wanita yang tadinya terlihat gembira, kini berubah kecewa. Pria yang selama sebulan ini dicarinya, tidak menanggapinya sama sekali.
"Geon? Kenapa? Kenapa kamu pergi? Apakah kamu marah padaku?"
'Kenapa kakak ini mengira aku sebagai orang yang bernama Geon, tetapi aku kan Ojan, bukan Geon,' batin Ojan.
Tanpa mengatakan apa-apa, Ojan mundur beberapa langkah lalu memutar tubuhnya. Dia berjalan cepat bagai robot meninggalkan wanita yang berdiri dengan wajah bingung.
"Geon?" Dia mengejar Ojan yang terus mengejarnya.
"Geon, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu seperti ini?" Dia melihat pria yang dikiranya bernama Geon itu, mengenakan pakaian yang sangat tidak sesuai dengan seorang yang bernama Geonino Luke Abraham.
Ojan terus menjauh tanpa mengatakan satu apa pun. Meninggalkan wanita dengan mata yang telah berkaca-kaca.
"Geon?"
Akhirnya mutiara bening jatuh satu per satu di pipinya. "Geon?" Dia menangkupkan kedua tangan menutup mulut dan teringat akan masa lalunya.
Lima belas tahun yang lalu, ketika wanita yang bernama Lenanda itu berusia sepuluh tahun, menghadiri pemakaman istri dari rekan kerja papanya. Suasana berkabung terasa dengan sangat kental. Semua orang mengenakan pakaian berwara hitam, termasuk dirinya mengenakan gaun hitam yang ia miliki.

Dia memperhatikan, remaja lelaki yang kala itu berusia lima belas tahun, tengah meneteskan air mata tanpa suara.
Tanpa berpikir panjang, gadis kecil bernama Lenanda itu menggenggam tangan laki-laki tampan yang tidak dikenalnya.
"Jangan nangis ya? Ada aku di sini." ucapnya meski dia tidak mengenal remaja putra itu.
Remaja pria itu melirik gadis kecil yang menggenggam tangannya. Dengan kasar, tangan itu dilepaskan. Dia mengusap air mata terjatuh dengan lengan hodie hitam yang sedang ia kenakan.
Dia keluar dari kerumunan yang mengelilingi makam mamanya yang meninggal karena sakit jantung yang diderita sang ibu. Dia berlari menuju pohon yang berada di pinggir area pemakaman dan menangis tersedu-sedu di sana.
"Ma, kenapa meninggalkanku? Kenapa tidak mengajakku untuk ikut bersamamu?"
"Kamu jangan menangis, kata Papa, jika menangis berlebihan di saat ada yang meninggal, maka arwah almarhum tidak bisa tenang di alam penantian."
Remaja pria itu tersentak mendengar ucapan gadis kecil dari rekan kerja ayahnya ini. Dengan segera ia mengusap air mata kembali dan menghentikan tangisannya.
Geon memutar tubuhnya, menatap lurus pada gadis kecil itu. "Kenapa mengikutiku?"
"Karena aku, suka sama kamu." Lenanda kecil memasang senyum dengan setulus mungkin.
"Hah? Anak kecil." Geon pergi begitu saja meninggalkan Lenanda yang tersenyum sumringah.
Tiga tahun kemudian, Lenanda menghadiri pernikahan kedua rekan kerja papanya. Pada saat itu, Lenanda telah berusia tiga belas tahun, ia tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik.
Ternyata pernikahan tersebut mempertemukannya kembali dengan remaja muda tampan di pemakaman dulu. Lenanda masih sangat mengingatnya, karena dia benar-benar jatuh hati pada remaja pria itu.
Saat bertemu pria remaja dulu, kali ini dia tampak lebih dewasa. Namun, wajahnya terlihat dingin. Tak ada kebahagiaan sama sekali.

Lenanda tanpa malu-malu, datang mendekati pria muda itu. Pria yang belum diketahui namanya yang membuat dia terpesona.
"Hai." Lenanda melambaikan tangannya.
Namun, pria muda itu tak bergeming dah melangkah pergi. Kali ini Lenanda tidak mau berputus asa. Dia ingin lebih dekat lagi dengan pria muda yang dikatakannya ganteng.
Lenanda mengikutinya dengan menautkan kedua tangannya di belakang, mengekori laki-laki yang tampan itu.
"Halooo, kok kamu diam aja?" Lenanda mengikuti kecepatan langkah pria itu. Namun, dia masih belum mendapat jawaban apa-apa dari laki-laki tampan itu.
"Ooh, kamu lagi malas bicara ya?" Lenanda tanpa putus asa terus mengekorinya.
"Namaku Lenanda. Saat ini aku sudah kelas tujuh SMP. Kamu gimana? Udah kelas berapa?"
Pria muda itu menghentikan langkahnya. "Aku sebentar lagi tamat SMA. Kamu terlalu kekanakan untukku. Menjauh lah dariku!"
Geon beranjak menaiki tangga pada rumah mewah milik keluarga rekan ayahnya ini.
"Ah, Lenanda, ternyata kamu di sini? Papa sudah mencarimu semenjak tadi. Ayo, kenalan dulu sama rekan kerja Papa yang menikah."
Lenanda dengan patuh mengikuti permintaan papanya itu. Dengan terpana dia melihat teman papanya yang menikah.
"Waaah, Om sangat mirip dengan cowok ganteng pemarah tadi. Dia naik ke lantai atas."
Lalu pria yang bernama Luke Abraham itu tertawa. "Dia itu, anak Om. Namanya Geon."
"Geon? Namanya sangat bagus." celetuk Lenanda dengan mata berbinar.
Luke Abraham tertawa mendengar gumaman remaja belia itu. "Sepertinya kita bisa jadi besan saat mereka dewasa nanti." ucap ayah dari Geon kepada orang tua Lenanda.
"Waaah, terlalu dini jika kita menyimpulkan demikian. Biarkan mereka dekat dengan alami." ucap papa Lenanda.
Dari belakang pengantin wanita bernama Anita, muncul seorang pria muda. Dengan wajah ramah dia melambaikan tangan kepada Lenanda.
Anita, mendorong putranya itu ke arah Lenanda. "Ayo, kenalan dulu."
Pria remaja itu mendekati Lenanda mengulurkan tangan. "Hai, namaku Jonathan. Saat ini aku duduk di bangku SMP kelas sembilan."
Lenanda membulatkan matanya menyambut uluran tangan Jonathan. "Aku Lenanda, aku sudah kelas tujuh SMP."
"Waaah, ternyata Jonathan sangat ramah, berbeda dengan Geon," ucap Luke, menilai anak dari istri keduanya ini.
Sementara mata Lenanda menatap seseorang yang berdiri di lantai atas. Dia tampak sedang memperhatikan aktivitas mereka.
Lenanda kembali melambaikan tangannya. "Haaaii, aku sudah tahu namamu!" soraknya melambaikan tangan.
"Geon, I love you!" soraknya.
Papa Lenanda menutup wajahnya melihat aksi anak perempuannya ini. Sementara Luke, tertawa renyah melihat tingkah Lenanda yang sangat jenaka.
Sementara itu, Jonathan terus memperhatikan Lenanda yang sangat cantik. Dia ingin menjadi lebih dekat dengan Lenanda. Lalu melirik Geon yang memasang wajah dingin berdiri di lantai atas.
Semenjak saat itu, Lenanda, setiap hari mendatangi rumah keluarga Abraham. Setiap saat dia ingin mengajak Geon berbicara, tetapi tanggapan Geon selalu dingin terhadapnya.
Di saat Lenanda merasa putus asa, Jonathan hadir untuk menghibur Lenanda. Jonathan menemani gadis itu hingga mereka jadi semakin akrab.
Suatu hari, Lenanda membawa tugas sekolahnya ke rumah keluarga Abraham dan mengerjakannya di sana.
Geon merasa heran, tumben sekali gadis itu tidak mengganggu dirinya hari ini. Padahal, dia memastikan Lenanda telah hadir di rumah itu.
Saat diintip, ternyata gadis itu terlihat sangat sibuk mengerjakan sesuatu di ruang tengah. Geon merasa penasaran atas apa yang dikerjakan oleh Lenanda.
Setelah melihat aktivitas Lenanda di rumahnya, Geon merebut buku tugas milik Lenanda dengan kasar.
"Kembalikan!" Lenanda merebut kembali buku tugas itu.
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???