NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:798.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

Ada waktu di mana luka mengajarkan bagaimana cara berterimakasih, mungkin itu yang kini sedang Tasya rasakan pada kehadiran Sintia. Sakit memang, lukanya tidak bisa di gambarkan atau hanya sekedar ungkapan. Hanya mampu di rasakan tanpa mampu di bagi.

Sisa dari luka itu nanti akan ia jadikan sebagai pengalaman paling berharga, sejarah yang tidak akan di ulang, lembaran buku yang tidak akan lagi di buka.

Ada yang aneh malam ini, entah kenapa luka sedikit tergeser dengan perasaan aneh yang lain di hatinya ketika melihat sosok Linda yang terlihat begitu akrab dengan Radit.

Ia menghela napas panjang ketika Radit kembali dari dapur dan membawakan sepotong pancake. Beberapa waktu ini Tasya memang lebih sering menghela napas, mungkin karena sesak yang tak kunjung usai. Ia merasa egois karena tidak senang Radit berjalan dengan kehidupannya sendiri, sementara ia tidak pernah ada selama ini.

"Aku ingin mengajukan perceraian besok," ucap Tasya membuka percakapan.

"Kamu sudah benar-benar yakin?"

"Memang ada yang perlu di evaluasi dan membuat ku berubah pikiran?"

"Aku percaya kamu memikirkannya dengan matang. Lanjutkan bila itu memang jalan yang harus di ambil. Tidak ada yang bisa di harapkan lagi bukan?"

Tasya mengangguk pelan seraya mencicipi pancake dengan toping coklat kesukaannya.

"Manusia itu pada akhirnya memang di paksa untuk menerima kehilangan dan merelakan kepergian. Karena ikatan apa pun pasti akan berpisah, hanya mungkin. Jalannya saja yang berbeda. Seperti aku yang menelan perpisahan karena LDR paling jauh, yaitu kematian," lanjut Radit.

Tasya melihat ke arah sahabatnya itu, menatap dalam manik matanya. Berharap menemukan sesuatu di sana.

"Waktu pasti akan membiaskan rasa sakitnya. Kita hanya perlu pasrah, karena nyatanya segala harapan kita tidak bertemu pada takdirnya, itu yang aku tangkap dari sebuah perpisahan." ucap Tasya pelan.

Radit tersenyum, ia membalas tatapan wanita di hadapannya. Sejak hari itu, sejak duduk di sekolah dasar, hingga detik ini, ia masih memandang Tasya dengan perasaan yang sama.

Ia wanita yang lembut dan penuh kesederhanaan, berlimpah kasih sayang pada sesama. Sederhana, Tasya adalah penjelasan Tuhan saat mengartikan sebuah keindahan lewat manusia.

Pria itu mengalihkan pandangan, tak sanggup melihat mata bening yang meneduhkan lama-lama. Sementara Tasya kembali menikmati pancakenya sambil bercerita tentang beberapa hal. Ia tidak bertanya tentang Linda, Tasya tidak ingin tahu.

"Bagaimana perusahaan mu?" tanya Radit.

"Semakin goyah, aku sedang berjuang untuk bangkit. Mungkin beberapa aset milikku akan di jual untuk menutupi kekurangan."

"Katakan padaku, bila butuh bantuan."

Tasya mengangguk. "Entah dosa ku yang mana, sehingga Tuhan mengirimkan segala ujian ini tanpa jeda. Aku bahkan seperti tak mampu lagi bernafas dengan lega sekarang."

"Percaya saja, terkadang memang Tuhan menghadapkan mu pada sebuah fase yang begitu membuatmu sakit, tapi justru itu menyelamatkan mu dari orang sesuatu yang tidak pantas kamu perjuangkan."

Tasya tersenyum. Lagi... Ia mengakui, Radit selalu bisa membuatnya sedikit lega. Ia kembali menyendok pancake itu, salah satu makanan kesukaannya.

"Enak...," ucapnya sambil tersenyum melihat ke arah Radit.

"Habiskan." jawab Radit dengan senyum yang sama.

*****

.

.

.

.

.

Devan membaringkan tubuh pada ranjang yang selama sembilan tahun terakhir ini selalu ia tiduri bersama Tasya. Tempat yang memiliki rasa dan cerita.

Enam tahun lalu saat orangtua Tasya menghembuskan napas terakhirnya, ia adalah salah satu dalang kematian mereka yang tidak di ketahui siapa pun, kecuali Rara. Salah satu pemegang rahasia seluruh kehidupannya. Sejak dulu, sejak ia dan Tasya masih berpacaran Rara adalah orang yang selalu berhasil melancarkan segala aksi sehingga membuat Tasya tergila-gila.

Pernah suatu waktu selepas pulang dari penelitian, Tasya di hadang beberapa pria pengangguran yang biasa nongkrong di tempat itu, Tasya sangat ketakutan, apa lagi karena salah satu dari mereka berani menyentuhnya. Devan datang seperti seorang pahlawan, padahal kejadian itu adalah bagian dari rencananya dengan Rara.

Banyak peristiwa setelahnya yang di rangkai oleh Devan dan Rara, membuat Tasya merasa bila Devan adalah malaikat yang sedang di kirim Tuhan. Dari sanalah cinta wanita itu semakin bertumbuh.

Mengenang kilas balik rentetan masa lalunya, Devan tidak menyangka bila segala tindakannya itu sudah melampaui jauh. Ia yang pintar, mudah berbaur, berhati hangat, ringan tangan pada siapa pun dalam sekejap berubah hanya karena sebuah ambisi.

Sementara Rara di rumahnya tersedu seraya memeluk erat sang anak. Suaminya baru saja pulang dan membabi buta memukulinya. Sementara dirinya larut dalam rasa pedih dan tangis.

Menjelang tengah malam, terdengar suara asing di rumahnya. Rara yang sejak tadi ada di kamar sang anak pergi keluar memastikan siapa yang datang. Seorang wanita seksi cantik di giring masuk ke dalam kamar mereka. Seolah tidak peduli, keduanya mereguk malam dengan memburu penuh *******.

Ini adalah kehancuran kesekian kali bagi Rara. Ia selalu di hadapkan dengan rentetan semesta yang seolah tidak pernah berpihak, rasanya sudah tidak sanggup ia berjalan berseok menuju dapur, lalu mengambil sebilah pisau, hendak menyayat nadi.

[ Aku tidak sanggup...] isi pesan Rara yang di kirimkan pada Devan. Setelahnya ia kehilangan kesadaran dengan darah yang tersimpan.

Tasya baru saja terlelap seketika sebuah telpon masuk mengabarkan bila Rara di larikan kerumah sakit atas kecerobohan bunuh diri. Tak peduli matanya yang berat, ia segera mengambil jaket dan kunci mobil, kemudian sedikit berlari turun ke parkiran mobil. Pikirannya kacau tidak menentu, entah apa yang membuat sepupunya itu sampai mengambil jalan seperti ini.

Hanya tiga puluh menit, Tasya akhirnya sampai di rumah sakit. Rara yang kehilangan banyak darah membutuhkan donor, dan untuk kedua kalinya Tasya memberikan darahnya. Ia berharap ini juga bisa menyelamatkan Rara, seperti saat itu ketika sepupunya itu kecelakaan.

Tidak terselang lama setelah pengambilan darah, Devan datang.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tasya menggeleng pelan.

"Aku juga tidak tahu, dia tidak banyak bercerita."

Sementara suaminya keluar dari ruang rawat, wajahnya pun terlihat kusut

"Ada apa sebenarnya, Reza?" tanya Tasya.

Pria itu tidak menjawab dan duduk di sebuah kursi besi. Tasya dan Devan mendekatinya, berharap menemukan jawaban. Padahal Devan tahu seluruh permasalahan hidup Rara.

"Kalian ada masalah?" tanya Tasya lagi.

"Rumah tangga kami memang tidak pernah baik selama ini, hari-hari selalu di warnai dengan perang dingin." ucap Reza.

Tasya melihat ke arahnya, lalu menyandarkan diri pada kursi, ternyata kehidupan Rara tidak berbeda jauh dengan dirinya.

Terlihat begitu sempurna tapi hanya semu belaka. Berjalan atas dasar pura-pura, bersatu pada takdir yang juga mungkin tidak di kehendaki.

"Kalian pulang saja, aku akan mengabari nanti." ucap Reza.

"Kamu yakin?" Tanya Devan.

Pria itu mengangguk lemah.

Tasya dan Devan menunggu beberapa saat, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan beriringan.

"Aku akan mengurus perceraian kita besok." ucap Tasya, nada suaranya pelan tapi terdengar.

"Kamu sudah memikirkan dengan matang?"

Tasya menghentikan langkahnya, lalu melihat ke arah Devan yang juga ikut berhenti.

"Adakah yang bisa di pikirkan kembali untuk mempertahankan?"

"15 tahun kita apa sama sekali tidak ada artinya karena satu kesalahan ku?" Devan kembali bertanya.

"Kalau kamu merasa 15 tahun kita ada artinya kenapa kamu merusaknya?"

"Aku salah. Tolong pandang kesalahan ku sebagai manusia, beri kesempatan sekali lagi untuk berbenah. Aku bukan malaikat."

"Kalau begitu, tolong pandang aku juga sebagai manusia. Andai hati ini bukan Tuhan yang merakit, mungkin saat ini pun aku sudah melebur, tidak sanggup berhadapan dengan segala kebohongan kamu!"

"Di luar segala kesalahan ku, aku sangat mencintaimu, Sya. Sekali saja beri kesempatan itu."

"Denger Mas Devan...," ucap pelan. Ia merendahkan suara. Tidak ingin memancing keributan. "Kamu tetap Devan pemilik mata yang teduh yang aku kenal, memukau dan tetap indah. Dalam keadaan yang sehancur ini pun aku masih sanggup memuja mu. Tapi hanya sebatas itu, tidak untuk kembali, aku sudah tidak percaya menggantungkan masa depanku padamu."

Tasya kemudian melanjutkan langkah, meninggalkan Devan yang mungkin masih ingin berbicara.

Sebuah keputusan tidak lagi dapat di ganggu gugat, banyak pengkhianatan yang berulang ketika kesempatan kembali datang. Menerima Devan sekali lagi sama dengan membaca sebuah cerita yang sudah di baca sebelumnya, tahu akhir kisahnya seperti apa.

Enam tahun menjalin kasih, sembilan tahun bersama dalam pernikahan sama sekali bukan tidak berarti. Semua begitu indah nyaris tanpa cela. Pasangan paling sempurna dan membahagiakan menurut orang-orang. Tapi segalanya untuk apa bila di bingkai ada sebuah kebohongan.

Semua memang sempurna, sebelum Devan membawanya ke titik terendah, menyeretnya sampai berdarah-darah, membanding seluruh kehidupannya sampai benar-benar berubah.

Tasya terus membawa langkahnya menjauh dari suaminya. Sementara Devan hanya menatap punggung wanita yang masih tersemayam di hatinya itu, matanya memerah di iringi satu tetes air mata yang jatuh. Tangannya mengepal, mulutnya mengumpat, ia berjanji bagaimana pun caranya tidak akan pernah membuat Tasya pergi dari hidupnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat pagi ketika Tasya membawa mobilnya pulang ke apartemen, rasa lelah dan sedikit kantuk mulai menyergap. Beruntung, jarak rumah sakit dan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh, ia akan segera beristirahat setelah pulang dari sini.

Ia membelokkan mobilnya, tapi sebuah kendaraan menghalangi jalan dan membuatnya kaget sampai kehilangan kendali, hingga mobil yang di kemudikan nya menabrak sebuah tiang dan hancur di bagian depan, Tasya sedikit terpental pada kemudi setir, beruntung ia menggunakan sabuk pengaman. Meski begitu darah mulai mengucur di pelipis, ia memejamkan mata menetralisir rasa terkejutnya dan rasa sakit di bagian tubuhnya yang lain.

.

.

.

.

.

.

Ya Tuhan sakit sekali...

1
Yusan Lestari
the best👍
Hilda Hayati
jangan2 kirana nih yg bakal jadi penggnti Tasya
Hilda Hayati
Lumayan
Hilda Hayati
Kecewa
Akun Lima
athornya pengecut anjing kaga ada respon anji k
Akun Lima
thor jangan terlalu goblok dong balas anjink
Akun Lima
thor bisakah kau bersikap adil sumpah karyamu ini Sangat buruk
Dewi Yanti
kpn beres nya sih itu bls dendam
Dewi Dama
saya cuka jln cerita novel..ini...semangat thoorrr...
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
Yani Cuhayanih
aku boleh getok kepala nya pake panci sekalian biar devan dan sintia gegar otak../Curse/
Herta Siahaan
seperti nya acara balas dendam nggak akan habis.... kesadaran masing-masing tdk ada ... kok keknya nggak ingat ajal
Zanzan
udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...
Saadah Rangkuti
kenapa lagi thor ?!😡😡🙏🙏
Saadah Rangkuti
tuh kan pas..ayolah thor sudahi penderitaan mereka 😂😂
Saadah Rangkuti
apa radit yg jadi pendonornya? ya Tuhan 😭😭
Saadah Rangkuti
semua ini memang kesalahanmu Thor...bukan si devan atau siapapun 😭😭
Saadah Rangkuti
aku rasa belum ada bab yg gak bisa bikin emosi thor,dari awal 🙏🙏☺️☺️
Saadah Rangkuti
ya Tuhan..ternyata masih banyak rahasia devan...
Saadah Rangkuti
keterlaluan 😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!