John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)
Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Game 3. Penemuan yang mengejutkan.
Roki berjalan keluar dari kelas dengan langkah yang tenang, melewati gerbang sekolah saat matahari sore mulai terbenam di kejauhan. Hari pertama di SMA Sekawan telah usai, dan suasana di sekitar sekolah perlahan mulai sepi.
Beberapa siswa masih berkumpul di luar gerbang, tertawa dan berbicara. Namun, Roki tidak peduli, pikiran Roki masih penuh dengan kode misterius di buku catatan Rose dan barang-barang kecil yang hilang dikelasnya.
Saat dia melangkah keluar dari halaman sekolah, tiba-tiba terdengar suara dari belakang. "Roki tunggu...!"
Roki berhenti dan menoleh. Rose berlari kecil menghampirinya, wajahnya tampak Ceria saat melihat Roki.
"Boleh aku jalan bareng?" Ucap Rose sambil memiringkan kepalanya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Roki hanya memalingkan wajahnya dan kembali berjalan. Rose menyusul di sampingnya, suasana di antara mereka sangat canggung, sikap Roki yang cuek lah penyebabnya. Mereka berjalan menyusuri trotoar yang agak sepi, hanya suara langkah kaki mereka berdua yang terdengar.
“Kamu masih memikirkan kode itu, ya?” tanya Rose tiba-tiba, memecah keheningan.
Roki menoleh sekilas. “Aku tadi dapat informasi dari Kevin, buku catatan mu sempat hilang ya?” Tanya nya.
Rose agak terkejut mendengar pertanyaan itu. “Eh, iya begitu lah”
Roki terdiam memikirkan beberapa kemungkinan. Selama Roki berfikir Rose. “Roki, masalah ini, bukan mengarah ke hal-hal yang berbahaya kan?" Tanya Rose sambil tangan gemetaran.
Roki melihat tangan kiri Rose yang sedang di pegang tangan kanan, Rose berusaha tidak menunjukkan tangannya yang gemetar.
"Entah lah, aku masih belum bisa memastikan ini akan mengarah ke hal-hal yang berbahaya atau hanya orang iseng saja. Semuanya belum bisa dipastikan sebelum beberapa petunjuk terpecahkan" Penjelasan panjang Roki yang melihat lurus kedepan.
Rose menundukkan kepalanya, tampak bingung dan sedikit takut. Roki emang orang yang cuek, tapi saat ini hatinya merasa empati kepada Rose.
Kemungkinan Roki yang paling kuat di hati dan pikirannya adalah, masih banyak yang tersembunyi di balik misteri ini dan dia tidak punya waktu untuk merasa ketakutan atau pun emosi yang lain, kalo berhadapan dengan misteri, terkadang emosi harus dihilangkan.
Saat mereka berdua mendekati perempatan jalan, Roki tiba-tiba berhenti. Dia menatap ke seberang jalan di mana sebuah apartemen tua berdiri di antara deretan toko yang sudah tutup.
Sedikit informasi, Roki baru pertama kali lewat jalan ini, sejak SMP, Roki sudah hidup di apartemen sendirian. Roki tingal di desa, di desanya hanya ada sekolah SD, Roki menyewa apartemen karena jarak dari desanya ke kota lumayan jauh dan jalan ini juga berlawanan arah dari sekolah SMP-nya dulu.
Apartemen tua itu terlihat seperti tidak terurus, dengan jendela yang berdebu dan cat yang mengelupas di dindingnya. Roki mengerutkan kening, melihat ke lantai dua apartemen.
"Tempat itu," gumam Roki pelan, hampir pada dirinya sendiri.
Rose mendengar itu langsung menoleh ke Roki dan langsung mengikuti arah pandang Roki . "Tempat itu? Kenapa?" ucap Rose yang kebingungan.
Roki menatap Rose dengan tatapan serius. “Aku aku tidak tau melihat dengan benar atau hanya khayalan, kode yang ada di buku mu, tergambar juga seperti jendela lantai dua itu" Kata Roki.
Mata Rose bersinar-sinar saat bertatapan mata dengan Roki, mata Roki yang sebelumnya seperti ikan mati, sekarang terlihat sangat keren.
Roki kembali melihat lantai dua pada apartemen tua. "Bisa jadi tempat itu ada hubungannya dengan kode yang ada di bukumu.”
Rose memandang apartemen tua itu dengan ragu. "Kali memang ada hubungannya, kenapa harus apartemen tua seperti itu?" tanya Rose mulai sedikit ketakutan.
Roki menyipitkan matanya, menatap lebih kedalam ke apartemen tua. “Kita tidak akan tahu sampai kita memeriksanya.”
Rose tertegun. “Maksudmu, sekarang?”
Tanpa menjawab, Roki dengan senyum jahatnya, langsung menyeberangi jalan, langkahnya cepat dan mantap. Rose, yang awalnya ragu, akhirnya memutuskan untuk mengikuti Roki, meski perasaan Rose takut, tapi Rose juga merasa penasaran apa yang akan terjadi kedepannya.
Ketika mereka sampai di depan pintu apartemen tua, Roki berhenti dan memeriksa pintu kayu yang sudah lapuk dan sialnya terkunci. Dengan santainya tanpa mempertimbangkan kedepannya, Roki menendang pintu tersebut dengan sangat kuat, alhasil, pintunya terbuka, namun bagian kuncinya rusak.
"Nanti ditangkap polisi loh" Kata Rose.
"Polisi tidak pernah patroli di sore hari" jawab Roki.
Di dalam bangunan itu tampak gelap dan suram, cahaya matahari sore hanya sedikit menembus melalui celah-celah jendela yang tertutup debu. Bau kayu tua dan debu langsung tercium begitu mereka melangkah masuk. Di lantai satu, adalah ruangan lobi, banyak perabotan usang dan rak-rak kosong yang tampaknya sudah lama tidak disentuh.
Mereka berdua melangkah lebih dalam ke Sebuah ruangan, mata Roki mengamati setiap sudut dengan cermat. Ada sesuatu yang aneh di sini dan firasatnya mengatakan bahwa mereka sedang berada di tempat yang benar.
Saat Roki berjalan sendiri lebih jauh ke dalam ruangan, pandangannya tertuju pada dinding di sebelah kiri ruangan. Terlihat ada sebuah ukiran, tapi karena agak gelap, ukirannya tidak terlihat jelas. Roki mengeluarkan HP-nya dan menyalakan senter pada HP-nya. Setelah di senter, ukirannya pun terlihat jelas.
"Aku tahu ini bukan kebetulan," gumamnya dengan nada yakin.
Rose menghampiri Roki menatap dinding itu dengan mata lebar. "Ini... ini sama seperti kode di buku catatanku!"
Roki mengangguk pelan. "Aku semakin yakin, ada seseorang ingin kita datang ke sini."
Tiba-tiba, terdengar suara di lantai dua pada apartemen itu. Rose dengan refleks bersembunyi di balik Roki, matanya membesar saat dia menatap Roki. “Apa itu?!”
Roki dengan santai keluar di ikuti oleh Rose, matanya tertuju ke arah tangga yang menuju ke lantai atas. “Sepertinya kita tidak sendirian.” kata Roki.
Dengan langkah tenang, Roki mulai menaiki tangga kayu yang berderit setiap kali diinjak. Rose mengikuti di belakangnya, meskipun dia tampak sangat ketakutan. Saat mereka sampai di lantai dua, banyak sekali ruangan, ya namanya juga apartemen.
Matahari semakin tenggelam, sore hari sebentar lagi akan berganti malam hari. Hampir tidak ada cahaya di lantai dua, semakin gelap, suasana semakin mencekam.
Ada ruangan, yang pintunya sudah terbuka lebar. Roki dan Rose masuk ke ruangan tersebut, ada sebuah meja kayu dengan secarik kertas di atasnya. Roki mendekat mengambil kertas itu dan langsung menyeter nya dengan senter HP-nya. Di atas kertas tersebut tertulis deretan angka yang persis seperti angka yang sudah dipecahkan Roki di buku catatan Rose.
Rose mendekat dan melihat angka tersebut, dia bingung dan bertanya kepada Roki "Ini nomor WhatsApp seseorang?"
"Mana ada nomor WhatsApp liga digit" Jawab Roki dengan nada sedikit membentak.
Saat kertasnya dibalik, ada pesan singkat yang ditulis dengan tinta merah.
**"Selamat datang dalam permainan ini."**
Membaca tulisan itu, Rose merasa merinding, sedangkan Roki, tersenyum lebih lebar dan lebih jahat dari sebelumnya.