NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:228.2k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persoalan Rumah Tangga

Seminggu sudah Nurul merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Hatinya serasa beku, namun dia tak pernah menunjukkan itu kepada siapa pun.

Setiap kali teman-temannya di kantor menanyakan kabar, dia selalu tersenyum dan berkata, “Aku baik-baik saja.”

Hanya itu yang terucap dari bibirnya, meski jauh di lubuk hatinya, dia berperang dengan rasa kecewa yang menyakitkan.

Raka, lelaki yang telah dia rawat dan doakan tanpa lelah, kini tak lagi menoleh padanya.

Setelah sembuh, Raka seolah melupakan semua perjuangan yang Nurul lakukan.

Semua pengorbanan, perhatian, dan cinta yang dia berikan tampaknya tak lagi berarti apa-apa. Dan kini, Raka hanya tertarik kembali kepada Nadya, perempuan yang dulu pernah mencampakkannya.

Hari demi hari, rasa sepi itu semakin menghimpit Nurul.

Namun, dia tidak pernah bercerita kepada siapa pun. Baginya, menceritakan kesedihan pada orang lain hanya akan membuatnya terlihat lemah, dan itu bukan dirinya.

Dia kuat, setidaknya itulah yang dia yakinkan pada dirinya sendiri. Meski hatinya hancur, dia tetap berusaha untuk bangkit.

Dalam kesunyian malam, saat semua orang terlelap, Nurul sering kali duduk di sudut kamarnya.

Di sana, di balik cahaya lampu temaram, dia memandang kosong ke arah dinding, bertanya-tanya mengapa cinta begitu menyakitkan.

Namun, tak ada jawaban. Hanya kesunyian yang menemani, membuat air mata yang selama ini tertahan akhirnya jatuh perlahan.

Ternyata cinta yang bertepuk sebelah tangan itu sangat menyakitkan.

Tetapi, Nurul tahu dia tidak bisa terus seperti ini. Hidup harus terus berjalan, dan dia tidak mau lagi membuang waktunya untuk menangisi orang yang jelas-jelas tidak memperdulikannya.

Dengan tekad kuat, dia memutuskan untuk fokus pada masa depannya. Dia mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor.

Setiap tugas yang diberikan kepadanya, dia selesaikan dengan baik, bahkan lebih cepat dari rekan-rekan lainnya.

Orang-orang mulai memuji ketelitiannya, dan hal itu sedikit banyak membuat Nurul merasa lebih baik.

Namun, bekerja saja tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya dari luka hati.

Nurul pun memutuskan untuk mengikuti ujian PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang akan datang.

Dia ingin membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu mencapai sesuatu yang besar.

Setiap hari sepulang kerja, Nurul belajar dengan giat. Buku-buku tebal yang penuh dengan soal-soal dan materi-materi ujian selalu menemaninya hingga larut malam.

Setiap kali rasa lelah atau sedih mulai menghampiri, dia segera mengingat tujuannya, lulus ujian ini, mendapatkan posisi yang lebih baik, dan membangun masa depan tanpa bergantung pada siapa pun.

Raka dan Nadya? Mereka sudah dia buang jauh-jauh dari pikirannya. Baginya, Raka adalah masa lalu, dan Nadya hanyalah seseorang yang tidak perlu lagi dia pedulikan.

“Kalau aku lulus ujian ini, aku bisa membuktikan bahwa aku mampu berdiri sendiri.” Bisik Nurul pada dirinya sendiri setiap kali rasa putus asa mulai menyusup ke dalam hatinya.

Hari-harinya semakin padat. Dari pagi hingga sore, dia tenggelam dalam pekerjaan kantor. Malamnya, dia berkutat dengan buku-buku pelajaran.

Tidak ada waktu lagi untuk merenung atau meratapi keadaan. Setiap kali bayangan Raka muncul dalam pikirannya, dia segera mengalihkan perhatiannya ke layar laptop atau buku di depannya.

Seminggu, dua minggu, waktu berlalu begitu cepat.

Kegiatan yang padat memang berhasil membuat Nurul melupakan sejenak rasa sakitnya.

Dia mulai merasa lebih kuat, lebih mandiri. Namun, ada saat-saat di mana kesepian itu kembali menyapa, terutama saat malam tiba dan dia tidak lagi disibukkan oleh pekerjaan atau belajar.

Di saat-saat seperti itulah, Nurul terkadang tak kuasa menahan tangis.

Dia masih ingat setiap kenangan dengan Raka, setiap tawa yang mereka bagi, setiap doa yang dia panjatkan untuk kesembuhannya.

“Ternyata, orang yang paling dekat denganmu justru bisa menjadi orang yang paling menyakitimu.” Pikir Nurul sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

Namun, Nurul tidak ingin lagi terjebak dalam rasa sakit itu. Dia berusaha keras untuk terus berjalan ke depan.

Setiap kali kesedihan itu datang, dia menguatkan hatinya dan berkata pada dirinya sendiri,

“Aku bisa. Aku harus bisa melewati ini.”

...****************...

Mumu duduk di ruang tamu sambil memandangi istrinya, Erna, yang tengah membereskan peralatan makan malam.

Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya akhir-akhir ini.

Erna sudah beberapa hari terlihat lebih banyak diam, seolah ada beban yang tidak mau dia bagi.

Mumu bukan orang yang mudah panik, tapi kali ini ia merasakan sesuatu yang berbeda.

Hatinya terus bertanya-tanya, tapi ia berusaha menenangkan diri.

Erna meletakkan piring-piring ke rak dan beranjak menuju ruang tamu, duduk di samping Mumu. Namun, tak ada kata yang terucap. Mumu memandangnya sesaat, lalu menarik napas dalam.

“Ayah perhatikan akhir-akhir ini, Bunda lebih banyak diam.” Kata Mumu perlahan, berusaha menjaga nada suaranya tetap lembut.

“Apakah ada masalah, Nda? Mari kita rembuk bersama, jangan dipendam sendiri.”

Erna hanya tersenyum tipis, menatap suaminya dengan tatapan kosong sejenak sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke lantai.

"Tidak apa-apa, Yah. Itu hanya perasaan Ayah saja.” Jawab Erna datar. Jelas dia sengaja mengelak.

Tapi Mumu tahu ada sesuatu yang lebih. Matanya mengamati istrinya dengan teliti.

Dulu, setiap kali mereka berbicara, Erna selalu antusias, terbuka, dan penuh perhatian.

Namun kini, ada jarak yang tercipta di antara mereka. Jarak yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tapi terasa mengikis hubungan mereka sedikit demi sedikit.

Erna terlihat gelisah, memainkan ujung jilbabnya tanpa sadar. Dia menunduk lebih dalam, menyembunyikan wajahnya yang mulai dikuasai keraguan.

Sebenarnya, hatinya sudah lama bergejolak. Pikirannya kacau setelah mendengar kata-kata Purnama, seorang wanita yang sekarang menjadi CS kepercayaannya.

“Yakin tidak ada masalah, Nda?” Mumu mencoba bertanya sekali lagi, kali ini suaranya sedikit lebih tegas.

“Kalau ada yang mengganggu, Bunda cerita kan ke Ayah. Kita ini suami istri. Apa pun masalahnya, kita hadapi bersama.”

Erna hanya diam. Dalam hatinya, dia tahu bahwa Mumu benar, tapi hasutan Purnama sudah menancap dalam di pikirannya.

Purnama, dengan segala kepiawaiannya dalam berkata-kata, telah menanamkan kecurigaan dan keraguan di hati Erna.

Awalnya, Erna berpikir itu hanya kebetulan, tetapi semakin lama, semakin dia terperangkap dalam jebakan yang dibuat oleh Purnama.

“Bunda…” Mumu menyentuh tangan Erna dengan lembut, berharap bisa menembus kebisuan istrinya.

“Ayah bisa lihat kalau ada yang tidak beres. Kalau Bunda tidak mau cerita, Ayah jadi bingung sendiri. Ayah cuma mau bantu.”

Erna menelan ludah. Kata-kata Purnama terngiang di kepalanya. 'Suami Ibuk Dokter kan, Buk. Ibuk harus hati-hati. Dengar-dengar kabar, perawat atau dokter menjadi mitra kerjanya biasanya cantik-cantik, Buk. Tidak menutup kemungkinan akan timbul cinlok karena sering berinteraksi."

Mumu mengerutkan kening. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan perubahan perilaku kecil.

“Ini bukan cuma soal perasaan, kan, Nda? Ada yang lain. Ada yang Bunda sembunyikan dari Ayah.”

Akhirnya, Erna mengangkat wajahnya dan menatap Mumu, namun matanya tidak menyiratkan kedamaian seperti biasanya.

Sebaliknya, matanya dipenuhi oleh keraguan dan rasa bersalah yang begitu mendalam.

“Yah... Bunda hanya merasa lelah.” Katanya, suaranya nyaris tak terdengar.

“Lelah? Apa karena pekerjaan rumah? Apa ada yang bisa Ayah bantu?” Mumu bertanya penuh perhatian.

Erna menggeleng pelan. Dia tahu bahwa Mumu selalu siap membantu, tapi bukan itu yang dia butuhkan saat ini.

Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih gelap yang tengah menghantui pikirannya. “Bukan soal itu, Yah.” Katanya pelan.

Mumu menunggu, berharap Erna akan melanjutkan, tapi dia hanya kembali terdiam.

“Yah, apakah... apakah Ayah masih sayang sama Bunda?” Pertanyaan itu akhirnya keluar, dan Mumu tersentak.

Pertanyaan itu seolah datang dari tempat yang jauh, sebuah pertanyaan yang tak pernah ia duga akan keluar dari mulut Erna.

Mumu menatap istrinya dengan kebingungan.

“Bunda, kenapa bisa tanya seperti itu? Tentu saja Ayah sayang sama Bunda. Apa yang buat Bunda ragu?”

Erna terdiam lagi, kali ini dia mulai menggali lebih dalam perasaannya.

“Entahlah, Yah... Bunda hanya merasa sepertinya Ayah sengaja menjaga jarak. Ayah kelihatan lebih bahagia di tempat kerja dibanding kan di rumah...

1
Yandi Maulana
Memang gak ada kata "jika" sebelumnya /Facepalm/
Suwardi Sumantri
Sayang sekali Mumu terlalu baik hati , seharusnya bapak sama anaknya dikasih pelajaran biar tidak songong dan semakin memupuk dendam dikemudian hari.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
Rikarico
next banyak2 thor
tirta arya
ya dikempesin biar keplnya ga gede lah..gonblok banget nih anak!..🤪🤪🤪🤲😜😜😜😝😝😝😝
Mohammad Djufri
ah bang ali, memang sengaja nampaknya, menggantung cerita....
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
Leni Agustina
lalu lanjut lagi
Sarita
krrekk ,ternyata Mumu kebal senjata .dan si jaka langsung tumbang kena totokan yg mematikan
Casudin Udin
Lalu..
bersambung...
Muchtar Albantani
lalu lau
icih maricih
lalu...apa thor?!
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Sirot Judin
lanjut.....
Leni Agustina
lanjut
Saad Kusumo Saksono SH
Luar biasa
Suwardi Sumantri
Kalau Desta bisa kebakaran jenggot nih kalau sampai tahu Mala mendatangi rumah Mumu
Puspa Dewi kusumaningrum
hah mesti begt y
Rikarico
next
Muchtar Albantani
mumuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!