Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penuh Perhatian
Pria itu membuka kedua matanya setelah mendengar dering ponsel dimana alarm pengingat untuknya segera bangun baru saja berdering, sekitar pukul 7:00 pagi dan dia langsung duduk mengumpulkan seluruh nyawanya yang masih belum terkumpul semua.
Hening, itulah yang dia rasakan saat ini. Biasanya pagi-pagi sekali sudah ada yang sibuk membangunkannya diluar sana, namun sekarang entah mengapa suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Arkana baru saja ingat atas perbuatannya semalam kepada Jingga, dia melirik ke arah pintu kamar mandi dengan tatapan lurus. Kemudian Arkana beranjak dari sana, dia membuka kunci pintu kamar mandi dan membukanya secara perlahan.
Tampak sosok Jingga yang terkulai lemas di kamar mandi membuat Arkana tak merasa kasihan sama sekali, dia bahkan mencoba membangunkan Jingga dengan kakinya.
“ Bangun, aku mau mandi.” Sahut Arkana namun tak mendapat respon apapun dari Jingga.
Arkana kemudian merunduk sambil menyentuh tubuh Jingga yang terasa begitu panas, sekali lagi Arkana berusaha membangunkannya dengan tangan menepuk wajah Jingga.
“ Hey, jangan pura-pura. Aku nggak akan kasihan sama kamu, cepat bangun.” Lontar Akana sekali lagi.
Arkana mulai panik sebab Jingga benar-benar tidak meresponnya sama sekali, dengan cepat Arkana mengangkat tubuh Jingga keluar dari kamar mandi. Kemudian dia meletakkan Jingga di atas tempat tidurnya, pakaiannya yang lembab membuat Arkana terpaksa harus melepaskannya semua.
Dia pergi ke kamar Jingga untuk mengambil pakaian bersih dan kembali untuk memakaikannya. Setelah itu Arkana mengambil tas kerjanya, dia mengeluarkan beberapa alat kedokterannya untuk segera memeriksa keadaan Jingga.
“ 40 derajat, tubuhnya sangat panas dia harus di infus.” Arkana kembali mengambil beberapa perlataran untuk infus yang dia sediakan khusus untuk di rumah jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
**
Perlahan namun pasti Jingga mulai membuka kedua matanya, dia masih merasa sangat pusing hingga pandangannya sedikit kabur. Dia melihat seseorang sedang tertidur di sampingnya, dia tidur dalam posisi duduk dan kepala yang bertumpu pada kedua tangannya.
Jingga juga melihat tali infus yang terhubung ke tangannya, dia pun sadar bahwa dirinya sedang berada di dalam kamar Arkana. Dan dia juga ingat kejadian semalam yang masih membuatnya sangat takut bahkan untuk mengingatnya sekalipun.
Namun yang terpenting saat ini adalah bagaimana akhirnya Arkana merawatnya dengan baik, dia bahkan sampai mengganti pakaiannya dan itu membuat Jingga merasa sangat malu meskipun Arkana adalah suaminya sendiri.
“ Mas, kamu jangan tidur disitu.” Sahut Jingga berusaha membangunkan Arkana.
Arkana mulai bergerak dan mengangkat tubuhnya yang terasa pegal setelah ia tertidur disana, dia sadar sepenuhnya dan kemudian melirik jam dengan panik.
“ Gawat, aku harus ke rumah sakit.” Arkana langsung meraih tas dan kunci mobilnya.
Langkahnya berhenti saat dia hendak membuka pintu, kemudian dia menoleh ke arah Jingga yang masih menatapnya dengan bingung.
“ Jangan lepas infusnya kalau cairannya belum habis, di atas meja ada obat yang harus kamu minum setelah makan siang. Untuk makanan, nanti Jefri yang antar ke kamu.” Ucapnya sebelum akhirnya meninggalkan kamar itu.
Jingga merasa senang atas perhatian Arkana barusan, meskipun kemarin dia sudah sangat jahat mengurungnya di kamar mandi namun entah mengapa sulit untuk membencinya.
“ Sebenarnya kamu nggak jahat kan mas, pasti ada sesuatu yang buat kamu kaya kemarin. Sayangnya aku nggak tahu apa-apa, seandainya kamu mau kasih tahu aku tentang kamu, mungkin hubungan kita nggak akan kaya gini.” Benak Jingga sambil menghela nafas panjang.
**
Suara ketukan pintu baru saja membuat Jingga membuka kedua matanya, jika yang datang adalah Arkana tidak mungkin dia sampai mengetuk pintu kamarnya sendiri.
“ Jingga, ini mama.” Suara mama Widya terdengar diluar sana.
“ Masuk ma, nggak di kunci kok.” Balas Jingga berusaha memperbaiki posisinya.
Mama Widya pun masuk ke dalam kamar tersebut dan langsung menghampiri Jingga.
“ Gimana keadaan kamu, Arkana sudah bilang kemarin kalau kamu sakit. Jadi mama datang untuk melihat kondisi kamu.” Ucap mama Widya sambil menyentuh tangan Jingga.
Jingga paham sekarang kenapa semalam Arkana begitu kesal, dia mencoba melakukan hal itu untuk membuatnya sakit agar kebohongannya tidak ketahuan.
“ Aku baik-baik aja ma, mas Arka merawat aku sampai dia telat ke rumah sakit hari ini.” Ungkap Jingga.
“ Syukurlah, untung saja Arkana seorang dokter jadi dia tahu cara merawat kamu.” Ucap mama Widya.
Di samping itu Jingga merasa beruntung sebab mamanya datang di saat dirinya berada di kamar utama, sehingga mama Widya tidak mencurigai bahwa dia dan Arkana tidak tidur di kamar yang sama.
“ Kamu sudah makan? Minum obat.?”
“ Udah kok ma.”
“ Mama bawa buah-buah segar buat kamu, oh iya apa Arkana masih belum menyewa pembantu di rumah ini.?” Tanya mama Widya tiba-tiba.
“ Kami nggak butuh pembantu ma, aku bisa kok urus semuanya.”
“ Nggak boleh, kamu itu menantu kesayangan mama. Kamu hanya fokus urus suami kamu saja, biar urusan rumah di tangani sama pembantu.”
“ Mama akan telepon jasa mereka, biar mereka segera mengirim setidaknya dua pembantu di rumah ini.” Lanjut mama Widya yang sekarang sudah mengeluarkan ponsel dan bersiap untuk menelpon seseorang.
Jingga tidak bisa mengatakan apa-apa lagi jika sudah seperti ini, sejujurnya dia juga tidak bisa mengurus semua di rumah sebesar itu sendirian apalagi Arkana selalu bersikap tidak baik kepadanya dan sesekali membuat tubuhnya merasa kesakitan.
**
Hari itu juga mama Widya menyewa dua pembantu wanita dengan usia yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, di pastikan keduanya bisa masak dan bersih-bersih rumah sehingga Jingga tidak perlu repot-repot lagi melakukannya.
“ Maaf ya ma kalau aku ngerepotin.” Ucap Jingga yang merasa tidak enak.
“ Kamu tenang saja, mama melakukan semua ini karena mama sayang sama kamu.” Balas mama Widya meliriknya dengan senyuman.
“ Oh iya ma, aku boleh tanya sesuatu nggak.?” Tanya Jingga terdengar mulai serius.
“ Boleh, kamu boleh tanya apa aja ke mama.” Kata mama Widya sambil memperbaiki posisi duduknya.
“ Ini soal mas Arka, aku boleh tahu nggak dulu mas Arka waktu kecil kaya gimana.?”
“ Memangnya Arka nggak pernah cerita tentang dia ke kamu.?”
“ Mas Arka nggak pernah mau cerita soal itu ma, jadi aku mau tahu kisahnya dari mama.”
“ Baiklah, mama akan cerita ke kamu tentang Arka ketika dia masih kecil sampai dia sudah dewasa seperti sekarang ini.
**
Sebuah mobil putih baru saja memasuki pelataran rumah, dia terkejut melihat sebuah mobil berwarna biru terparkir di sebelahnya. Arkana kemudian turun dari mobilnya sambil memperhatikan mobil itu dengan seksama.
“ Mobil siapa ini.?” Tanya Arkana pada satpam.
“ Mobilnya pak Bima, beliau datang menjemput nyonya Widya.” Balasnya seketika membuat Arkana langsung masuk ke dalam rumah.
Arkana melihat sosok Bima yang sedang berdiri di ruang tamu dan memperhatikan sekitar dengan tatapan yang mencurigakan, Arkana langsung menarik tangannya keluar dengan paksa.
“ Ngapain masuk ke rumah orang tanpa izin.?” Ketus Arkana.
“ Ini rumah adikku, aku kakaknya dan aku bukan orang asing.” Jawab Bima dengan main-main.
“ Kamu bukan kakakku, dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi.” Lontar Arkana mengusir Bima dengan kesal.
“ Adik laki-lakiku ini memang benar-benar galak ya, padahal dulu masih sangat muda dan polos. Kamu ingat nggak dulu selalu bergantung sama aku?”
“ Jangan bawa-bawa masa lalu.”
“ Oke..oke, aku Cuma mau jemput mama sekaligus mau lihat adik iparku yang katanya lagi sakit.”
Belum sempat Arkana membalas ucapan Bima, tiba-tiba saja mama Widya muncul dan membuat keduanya segera menjaga jarak.
“ Kamu apa-apaan sih, kakak kamu Cuma mau jenguk istri kamu sekaligus jemput mama.” Lontar mama Widya menatap Arkana lurus.
“ Ini rumahku ma, aku berhak melarang siapa saja masuk ke dalam.” Balas Arkana justru tak berani menatap wajah mamanya saat ini.
“ Terserah, kamu dengar ya mama sudah menyewa dua pembantu di rumah ini yang akan mengurus semua urusan rumah kalian. Jadi jangan biarkan istri kamu yang mengurus semuanya lagi.” Kata mama Widya sebelum meninggalkan rumah itu.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.