( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 - Hot Gossip
Rasya masih menunggu jawaban Shady mengenai hubungannya dengan Dea. Namun Shady tetap bungkam dan tak ingin mengatakan apapun pada orang yang dianggapnya sebagai musuh.
Shady malah berperang dengan pikirannya sendiri memikirkan bagaimana Rasya bisa mengetahui semua yang selama ini dia sembunyikan dengan baik. Shady juga menduga jika ada yang tak beres dengan Rasya yang menjadi pembimbing Dea.
"Aku rasa aku tidak perlu mengatakan apapun padamu. Dea bekerja padaku karena aku memang membutuhkan tenaganya. Dan Dea sudah terbiasa melakukan pekerjaan paruh waktu. Jadi, tidak ada yang perlu kujelaskan padamu," ujar Shady pada akhirnya.
Rasya masih tidak percaya dengan jawaban Shady. Ia ingin mencecar Shady lebih lanjut. Namun sebuah panggilan di ponselnya membuat Rasya harus mendahulukan panggilan itu.
Itu adalah panggilan dari Eksa yang meminta Rasya untuk segera menyelesaikan urusan di kampus lalu datang ke perusahaan.
"Baiklah. Aku akan segera kesana."
Dengan sigap Rasya mengiyakan. Tanpa ada kata perpisahan, Rasya meninggalkan Shady.
Setelahnya Shady juga ikut pergi karena hari ini ia akan sangat sibuk mengurus pekerjaannya.
#
#
#
Waktu bergulir dengan sangat cepat. Beberapa bulan telah Dea jalani untuk mendapat bimbingan penuh dari Rasya. Hingga akhirnya ia hampir di masa yang sangat dinantinya, yaitu kelulusannya.
Kini Dea sedang menunggu giliran sidangnya. Hatinya sangat berbunga ketika mengabarkan hal ini kepada kedua orang tuanya di kampung.
Namun baru sedetik ia merasakan kebahagiaan, tiba-tiba saja Dea mendengar kabar tak sedap tentang suaminya.
"Apa semua ini benar, Bang?" Clara menunjukkan tablet pintarnya di depan Shady ketika sarapan pagi tengah berlangsung.
Shady hanya melirik sekilas dan tidak mempedulikan adiknya. Dea melirik ke arah tablet dan melihat sebuah artikel berita di media online.
Dea langsung menatap Shady meminta jawaban. Shady yang ditatap ketiga wanita itu akhirnya angkat bicara.
"Oke! Itu hanya sebuah gosip! Aku dan Vanessa tidak memiliki hubungan apapun selain partner kerja."
"Tapi foto-foto ini menampilkan kemesraan Abang sama Vanessa," tunjuk Clara pada beberapa foto.
"Itu tidak seperti yang terlihat, Clara! Aku tidak pernah bekerja berdua saja dengannya. Kami memiliki banyak tim. Dan foto itu ... itu adalah hasil editan," bela Shady.
"Tapi yang di foto ini benar Abang kan?" tanya Clara lagi.
"Iya, tentu saja. Itu aku! Tapi kami tidak hanya berdua."
Clara mulai melunak. "Baiklah. Jadi Abang mau bilang jika ada yang menjebak Abang?"
"Entahlah. Mungkin saja." Shady terlihat pasrah. Ia sudah muak dengan semua pemberitaan mengenai dirinya.
"Jika Abang dijebak, maka pelakunya adalah Vanessa sendiri," terka Clara.
"Clara! Vanes tidak akan..."
"Abang tidak perlu membelanya! Semua ini sudah jelas! Dia menginginkan Abang, dan sepertinya dia hampir berhasil!"
"Itu tidak mungkin!" seru Nilam. "Abangmu sudah menikah. Ibu minta sebaiknya kamu jelaskan itu pada Vanessa, Bang!" ucap Nilam tegas.
Shady tidak menjawab. Ia melirik Dea yang memalingkan wajahnya. Meski pernikahan mereka sejak awal sudah bermasalah, tapi Dea berusaha melakukan yang terbaik untuk pernikahan sementaranya itu.
Dea memilih pergi dari meja makan dan bersiap untuk menuju kampus. Menyelesaikan semua urusan studinya lebih penting dari pada harus mengurus gosip panas yang menimpa suaminya.
"Kau marah padaku?" tanya Shady yang ternyata mengekori Dea ke kamar.
"Untuk apa aku marah? Aku tidak memiliki hak untuk itu!" jawab Dea ketus.
"Kau! Berani sekali kau bicara ketus padaku!"
"Kenapa? Bukankah ini yang Mas inginkan? Jika Mas memang ingin bersama dengan wanita itu, maka silakan! Sebentar lagi studiku selesai. Jadi kita bisa berpisah dan Mas bisa menikah dengan wanita yang Mas inginkan!" Dea menyambar tas slempangnya lalu keluar dari kamar.
Dea berjalan cepat menuju halte bus dan menuju ke kampus. Sebenarnya hari ini Dea tidak perlu ke kampus. Namun rasa sakit dihatinya melihat gosip hangat yang beredar, membuat dirinya harus menyembuhkan luka.
Buliran bening mulai membasahi pipi Dea. Dengan cepat ia menghapusnya. Ia tak mau terlihat lemah di depan siapapun bahkan Shady.
"Sebentar lagi, Dea. Sebentar lagi semuanya akan berakhir. Kau akan mendapatkan kembali kebebasanmu!" gumam Dea dalam hatinya.
#
#
#
Sementara itu di sebuah lokasi pemotretan,
Clara dengan langkah yang penuh emosi mendatangi lokasi tempat Vanessa bekerja. Ia tidak suka jika jandanya Raffa ini mendekati sang kakak.
Dengan gerakan cepat Clara menampar pipi Vanessa.
"Dasar wanita ular! Aku tahu akal busukmu untuk mendekati Bang Shady. Tapi aku tidak membiarkan kau mendapatkan Bang Shady."
"Nona Clara!" Roni yang juga ada disana segera melerai agar Clara tidak berbuat lebih jauh.
Sementara Vanessa hanya diam dengan memegangi pipinya yang terasa panas. Ia menatap tajam Clara yang kini juga sedang menatapnya.
"Nona, sebaiknya jangan membuat keributan disini. Jika tuan Shady tahu, maka beliau bisa saja marah!" ucap Roni membujuk Clara.
"Baiklah! Kali ini hanya segini saja. Tapi kau harus ingat! Aku tidak akan tinggal diam dengan semua tindakan licikmu!" tunjuk Clara dengan berapi lalu kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
#
#
#
Rasya menatap layar tabletnya yang menampilkan berita online mengenai Shady dan Vanessa. Rasya hanya tersenyum kecil lalu menghubungi kakak iparnya itu.
"Halo!" Suara di seberang sana terdengar kesal.
"Wow! Ada apa ini? Kenapa kakak iparku ini terlihat sedang marah?"
"Tutup mulutmu, Rasya! Ada apa kau meneleponku?"
"Aku sedang membaca gosip panas tentang dirimu. Kau ini sangat licik ya! Kau masih menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Tapi ingat, jika sampai kau mempermalukan keluarga Kalendra, maka kau tahu sendiri apa akibatnya. Kau tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengan Vano."
"Kau!" Vanessa meradang.
"Jangan berteriak, kakak ipar. Itu harga yang pantas karena kau mengkhianati kak Raffa."
Rasya menutup panggilan secara sepihak. Membuat Vanessa berteriak kesal dan membanting ponselnya. Rupanya jalan untuk mendapatkan Shady cukuplah terjal dan berliku.
#
#
#
Dea kembali ke rumah keluarga Hutama usai berkeliling dengan bus. Ya, sejak tadi Dea tidak ke kampus dan hanya duduk diam di dalam bus. Hingga bus itu kembali memutar ke arah rumah Hutama.
Dea turun dengan langkah gontai dan tidak bersemangat. Menatap rumah mewah yang hampir dua tahun ini ia tinggali.
Sebuah klakson mobil membuat lamunan Dea buyar. Itu adalah mobil Clara yang baru memasuki halaman rumah.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Clara.
"Tidak ada, Mbak. Ini aku baru mau masuk." Dea kembali berjalan.
"Tunggu!" cegah Clara. Gadis cantik itu memindai penampilan Dea dari ujung kaki hingga kepala.
"A-ada apa, Mbak?" tanya Dea yang risih dengan tatapan Clara.
"Kau ini cantik, tapi ... kau terlalu sederhana. Dea, ayo ikut aku!" Clara menarik tangan Dea dan memintanya masuk kedalam mobil.
Ternyata Clara membawa Dea ke sebuah salon kecantikan langganannya. Ia meminta pegawai salon untuk mengubah penampilan Dea menjadi lebih cantik dan elegan.
Tak lupa Clara juga membeli beberapa potong pakaian untuk Dea. Entah kenapa Clara senang melakukan hal ini.
Dua jam telah berlalu, Dea keluar dari dalam ruangan dengan penampilan yang sangat berbeda. Rambut yang biasanya selalu dikuncir ala ekor kuda kini tergerai indah dengan sedikit curly di bagian bawahnya. Wajah yang tidak pernah dipoles makeup itu kini memakai riasan yang natural.
"Wow! Sempurna!" ucap Clara senang.
"Apa ini tidak berlebihan, Mbak?" Dea masih kurang nyaman dengan dress selutut yang dipakainya. Maklum saja selama ini Dea selalu memakai celana panjang yang menutupi kaki jenjangnya.
"Ini namanya mutiara yang terpendam, Dea. Kau sangat cantik! Aku yakin Bang Shady akan kaget melihat penampilanmu."
"Heh?! A-apa? Mas Shady?"
Clara mengangguk mantap. Ia memegangi kedua bahu Dea.
"Dengar! Mulai sekarang kau harus bisa mendapatkan hati bang Shady. Entah kenapa aku lebih suka kau yang menjadi kakak iparku dari pada wanita ular itu."
Kata-kata Clara membuat Dea menelan ludahnya. Dea ingin sekali membantah, namun bibirnya tak bisa mengatakan satu patah katapun.
B e r s a m b u n g
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus