Mutia Arini seorang ibu dengan satu putra tampan dan juga pengusaha bakery wanita tersukses. Kue premium buatannya telah membuat dirinya menjadi seorang pebisnis handal. Banyak cabang telah dibukanya di berbagai kota besar. Pelanggannya adalah golongan menengah ke atas. Di balik kesuksesannya ternyata ada sebuah rahasia besar yang disimpannya. Karena kejadian satu malam yang pernah dilaluinya, mengubah semua arah kehidupan yang dicitakan oleh seorang Mutia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Mutia dan Nadia mengikuti masa orientasi kegiatan perkuliahan. Di jurusan mereka, seorang cowok adalah makhluk langka bahkan tidak ada...ha...ha...Semua mahasiswa adalah kaum hawa. Kenapa? Karena tidak ada bidan yang laki-laki selama ini. Hanya dosen cowok yang berani masuk kelas.
Semester satu diisi materi kuliah matrikulasi, semua masih bisa diikuti dengan lancar oleh Mutia. Kegiatan kuliah dengan jam yang teratur karena belum ada praktek magang di rumah sakit. Mutia memutuskan minta ijin ke ibu asrama dan juga pihak kampus selaku pemberi beasiswa untuk bisa bekerja paruh waktu. Dengan alasan yang kuat, akhirnya Mutia diijinkan bekerja dengan syarat nilai-nilai selama kuliah harus baik. Mutia menyetujui syarat yang diajukan.
Setiap hari, selepas jam kuliah Mutia bekerja di sebuah toko roti dekat kampusnya. Sama pemilik toko, Mutia dipercaya di bagian gudang. Karena hanya di sana yang kekurangan orang. "Mutia, selesai kamu stok smua. Tolong anter tepung yang di sebelah sana ke pantry ya!!!" pinta mba Nina, anak pemilik toko yang kebagian mengelola di toko itu. "Baik mba" jawab Mutia sopan. "Santai aja, lagian kita juga seumuran..he..he..." jawab Mba Nina bergurau. Mutia tertawa. Mba Nina adalah seorang ibu muda dengan anak satu, tapi gaya centilnya nggak kalah dengan anak-anak kuliahan. Karyawan yang ada di toko itu rata-rata karyawan lama, karena sang pemilik tak pernah membeda-bedakan perlakuan antara karyawan yang satu dengan yang lain.
Mutia mengantar tepung yang diminta mba Nina ke pantry. Mutia yang baru seminggu bekerja tentu saja masih adaptasi dengan ritme kerja di sana. "Mba Nina, tepung ini diantar ke siapa?" bisik Mutia. "Serahin ke mas Juna yang di sana itu. Dia chef handal lho" puji mba Nina. Sementara orang yang dibilang mba Nina, memanggil Mutia. "Mutia, sini buruan" pinta mas Juna. Mutia berjalan ke arah Mas Juna dengan membawa tepung yang diminta.
Karena tugasnya di gudang sudah selesai, "Mas Juna ada yang bisa kubantu lagi?" Mutia menawari bantuan ke Juna. "Di gudang sudah selesai?" Juna memastikan. "Sudah mas...di sana bahan-bahan sudah kutata semua dan sudah kumasukkan ke buku stok" jelas Mutia. Juna pun akhirnya mengiyakan Mutia membantunya. Mutia membantu sambil mengamati gerakan tangan Juna yang sangat cekatan membuat adonan kue.
"Mas Juna, sudah lama di sini??" tanya Mutia sambil mengambilkan bahan-bahan yang diminta Juna. "Lumayan lah Mut...Imut...sudah lima tahun aku di sini" ujarnya. "Kok Mut Imut sih mas?" sahut Mutia. "Kalau manggil Mutia, kepanjangen. Enak imut aja...ha...ha..." tukas Juna dengan tangan tetap bergerak. "He...he....mas Juna aneh-aneh aja" Mutia terkekeh.
"Mas Juna, ini namanya roti apa sih?" tanya Mutia yang baru melihat roti dengan bentuk seperti itu. Juna yang baru mengambilnya dari oven, menoleh ke Mutia. "Kamu beneran nggak tau?" tanya Juna. Mutia mengangguk. "Aku tahunya donat dan jajanan yang ada di pasar tradisional dekat rumah mas Juna. Itupun kalau dibelikan oleh ibukku" jawab jujur Mutia. "Cantik...cantik...tapi nggak tau ilmu per-kue-an" gurau Juna. Mereka tertawa bersama. Mutia yang supel dan Juna yang terkadang konyol, membuat mereka cepat akrab.
"Sini mendekat kalau mau kuajari nama-nama kue" panggil Juna. "Ini namanya Croissant, teksturnya renyah dan empuk. Ini cocok dimakan dengan mentega dan teh hangat" tunjuk Juna ke arah roti dengan bentuk bulat sabit begitu menggoda selera. Mutia bahkan sampai menelan ludahnya. Juna beralih menunjuk roti di sebelahnya, "Kalau ini namanya muffin, teksturnya juga lembut dan cocok juga buat camilan" tutur Juna. "Kirain yang ini namanya roti kukus mas Juna. Biasanya kalau di desaku dikasih warna warni" celetuk Mutia dengan polosnya sambil menunjuk muffin. Akhirnya Juna memberi beberapa roti untuk Mutia.
"Makanlah, kamu pasti belum mencoba kan?" tanya Juna. Mutia tersenyum malu, he...he... "Mas Juna, emang boleh?" tanya Mutia kembali. "Boleh, bawa aja. Mba Nina juga pasti ngebolehin" tegas Juna yang masih melihat Mutia ragu-ragu mengambil roti yang diberikan olehnya. "Kamu bungkus juga boleh Mutia, aku juga pernah ngerasain hidup di kos. Pasti bawaanya lapar melulu kan?" gurau Juna lagi. "Mas Juna tau aja" tukas Mutia malu-malu.
Karena belum kebagian untuk jaga outlet depan, Mutia diijinkan pulang terlebih dahulu. Selain itu Mutia juga kerja nya paruh waktu. Tidak purna waktu seperti yang lain. Setelah ijin mba Nina, Mutia pulang menuju asrama. Bahkan oleh mba Nina, Mutia dibawakan lagi beberapa jenis kue yang lain. "Teman-temanmu jangan lupa di kasih ya Mutia" ucap mba Nina centil. "Siap bosque" tukas Mutia mengangkat tangannya membentuk sikap hormat. Mba Nina bahkan tertawa melihat polah Mutia. "Sudah pulang sana...Baru sehari sama Juna, kamu udah ketularan konyolnya Mut..imut..." beber Mba Nina. Mutia berjalan sambil bernyanyi kecil dan menenteng tas plastik yang berisi kue pemberian mba Nina dan juga mas Juna.
Setelah melewati gerbang kampus dan menyapa satpam yang sedang jaga, tak lupa juga Mutia memberi beberapa kue untuk satpam itu. "Makasih Neng" ucapnya. "Sama-sama, mari pak aku ke asrama dulu" ujar Mutia ramah. Pak satpam itu pun menyilahkan Mutia.
Mutia mengetuk pintu kamarnya, dan didapatinya Nadia yang telah tidur sambil membuka buku. Mutia melirik buku yang dibuka oleh Nadia itu..."Ooooo lagi belajar anatomi fisiologi" gumam Mutia. "Nad....Nadia...bangun" Mutia mengguncang bahu Nadia. "Eh...tokek...tokek..." kata Nadia yang ternyata latah itu. Mutia sengaja menyenggol Nadia lagi, "Tokek kentut..." latahnya malah berlanjut. Membuat Mutia terbahak. "Nad, bangun dong. Lagian kamu itu mau membaca buku apa dibaca oleh buku sih????" ujar Mutia.
"Hoaaaaaaahhhhmmmmmm...."Nadia menguap. Dan sebuah roti tepat mendarat di mulut Nadia. "Apaan sih Mutia?" Nadia terkaget dengan mulut penuh roti. Mutia menunjukkan tas plastik penuh roti. Mata Nadia langsung terbuka sempurna, "Wowwww....tau aja kalau lagi laper" ucap Nadia yang kesadarannya kembali penuh. Mutia tertawa dan beranjak untuk mandi. "Jangan lupa dibagiin buat kamar sebelah dan sebelahnya lagi serta sebelah-sebelahnya lagi" tutur Mutia berlalu. "Yang ada aku nggak kebagian dong" teriak Nadia. Mutia yang telah keluar kamar masih mendengar teriakan Nadia hanya tertawa.
Mutia kembali ke kamar dengan wajah segarnya. "Nad, besok mata kuliah apa?" tanya Mutia. "Anatomi Fisiologi sama mikrobiologi" jelas Nadia. "Kok bisa barengan jadwalnya? Berat-berat dong besok?" seloroh Mutia. "Makanya ayo ngemil roti yang kau bawa ini, biar kuat menghadapi kenyataan...ha...ha..." celoteh Nadia. Mutia terpingkal menanggapi ulah sahabat baru nya itu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
to be continued
jadi akhirnya ngga jadi Makan /Smile//Smile/