Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Bini
Aya baru saja keluar dari kelasnya.
"Nona. Nyonya sudah mengunggu di mobil." Kata supir pribadi Mommy Aya.
"Iya pak."
Aya beralih kepada dua temannya.
"Aku duluan ya." Pamitnya pada Winda dan Yusuf.
"Iya hati hati."
"Kalian juga."
Kakinya melangkah meninggalkan keduanya setelah berpamitan.
"Sayang." Mommy mencium kening Aya.
"Kita ke salon dulu atau makan siang dulu?"
"Ke salon dulu aja Mom. Aku juga belum lapar."
"Ok. kalo gitu."
Mobil melaju meninggalkan kampus.
Sekitar 15 menit perjalanan mereka telah sampai. Keduanya langsung masuk dan di sambut ramah oleh para pegawai.
"Bu Alya, Nona Aya." Sapa mereka.
"Panggil Aya saja." Mereka hanya menanggapi gadis cantik itu dengan senyuman.
"Mbak tolong rapikan rambut anak saya ya."
"Baik Bu."
"Sayang, kamu ikut mbak nya dulu ya."
"Lah. Mommy mau kemana?"
"Mommy mau ke atas sebentar."
"Iya deh."
"Mari Nona." Aya mengangguk dan mengikuti karyawan itu.
"Silahkan duduk Nona."
Aya mendudukkan diri di kursi sementara pegawai itu memulai pekerjaannya. Ia melakukannya dengan hati hati takut membuat kesalahan pada putri bosnya. Aya memandangi wajah karyawan wanita itu dari pantulan kaca di depannya.
"Biasa saja mbak. Jangan grogi. Saya gak makan orang kok." Kata Aya sambil tersenyum.
"Iya Nona."
"Sudah lama bekerja di sini?"
"lumayan Nona."
"Oh."
Aya terus mengajaknya mengobrol agar tidak merasa bosan.
Karyawan bernama Alvi itu sangat antusias untuk bercerita sementara Aya hanya mendengarkan sambil sesekali menanggapinya.
"Sudah selesai Nona. Nona sangat cantik."
Katanya sambil tersenyum berharap Aya menyukai hasil kerjanya.
"Terimakasih Mbak. Aku suka." melihat bayangannya dalam cermin.
"Sama sama Nona. Saya merasa senang jika Anda menyukainya." Jawabnya jujur.
"Jangan terlalu formal. Panggil Aya saja. Saya ke Mommy dulu ya. Sekali lagi terimakasih." kata Aya tersenyum.
"Sama sama."
"Sudah cantik, Kaya, Baik lagi." batinnya melihat kepergian Aya.
"Mom. kita langsung pulang." tanya Aya melihat Mommynya menuruni tangga.
"Wih anak Mommy cantik banget." mencubit gemas pipi Aya.
"Ih malu." lirih Aya karena di perhatikan para pengunjung dan karyawan.
"Maaf. Maaf. Kita ke butik Mommy dulu ya sekalian makan siang di sana. Om kamu pesen baju tadi. Nanti katanya mau ketemu di butik."
"Ok."
"Saya pulang dulu ya. Terimakasih sudah rapikan rambut anak saya. Jangan lupa istirahat dan makan siang."
"Sama sama Bu. Hati hati di jalan."
Alvin tergesa gesa memasuki butik.
"Kakak saya mana?" tanyanya pada salah seorang pegawai.
"Di ruangannya tuan. Mau saya antar?"
"Tidak." jawab Alvin singkat dan bergegas pergi ke ruangan Iparnya.
"Kak." kata Alvin sambil mendorong pintu cukup kuat.
"Kamu kenapa sih Vin. Ngagetin aja."
"By mana?"
"Lagi sholat. Nih baju kamu."
Menyerahkan paper bag.
"Memangnya mau kemana sih pesen batik sama kebaya?"
"Mau kondangan." Jawab Alvin sambil mendudukkan diri di sofa.
"Kapan?"
"Nanti malem."
Pandangan Alvin beralih ke meja.
"Siapa yang pesen pizza?"
"Aku Om." Jawab Aya yang baru datang.
Alvin terdiam sesaat memperhatikan gadis cantik dengan rambut sebahu itu. Biasanya sudah cantik dan kali ini 'Sempurna'.
"Om kemasukan setan ya?" tanya Aya sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Alvin.
"Enggak." kata Alvin yang baru saja tersadar.
"Wih kamu makin cantik By." Katanya sambil mencubit kedua pipi Aya.
"Ih aku mau makan."
"Jangan makan itu. Ga sehat."
"Mommy ngebolehin." sambil membuka box pizzanya.
"ga boleh By."
"Biarin Vin. Sesekali."
"Kakak emang gitu."
"Om udah makan?" tanya Aya dengan mulut yang penuh.
"Belum."
"Mau?"
"Suapin."
"Tadi katanya ga sehat." sindir Mommy.
"Biarin." kata Alvin menerima suapan dari Aya.
"By. Ntar malem temenin Om ya."
"Kemana?"
"Ke nikahan orang."
"Vin...Vin.. kakak kira tadi kamu pesen kebaya mau ajak pacar. Ujung ujungnya ajak Aya juga."
"Ya ga papa dong."
"Ih males Om."
"Ayo dong By..." Mohon Alvin.
"Upahnya apa?"
"Kamu maunya apa?"
Aya tampak berfikir.
"Sepeda."
"Nggak kamu dulu pernah jatuh. Inget ga kepala kamu dulu berdarah darah gitu."
"Ih yaudah kalo gitu aku ga ikut."
"Ok...ok..." Putus Alvin menyetujuinya.
Malam hari Alvin menunggu Aya di ruang tengah bersama keluarga.
ctak....ctakk...ctak...
Suara hills beradu menuruni tangga. Pandangan mereka teralihkan. Sosok gadis cantik dengan kebaya berwarna pastel. Rok batik dengan belahan tinggi menampakkan kaki jenjangnya. Leher mulus terekspose sempurna dengan kalung berlian cantik bertengger di sana. Rambutnya di tata rapi dengan make up natural menyempurnakan tampilannya. "Kenapa harus pakai ginian sih Om?" tanya Aya menyadarkan lamunan mereka.
"Wih cantiknya cucu Nenek."
" Kakak Cantik."
"Ya namanya hadir di orang nikahan biasanya pakaiannya gitu sayang?"
"Emang Daddy pernah?"
"Pernah dong."
"yaudah kita berangkat dulu. Keburu malam."
"Hati hati."
"Iya."
Alvin menghentikan mobilnya di sebuah gedung. Pandangannya sedari tadi terbagi antara menyetir dan melirik Aya.
"Ayo By." Alvin mengajak Aya untuk masuk ke dalam. Semua pandangan tertuju pada keduanya. Tepatnya pada Aya. Alvin merangkul pinggang Aya dan bejalan berdampingan. Tatapannya tajam pada laki laki yang memandang lapar gadisnya. Alvin mengajak Aya menghampiri temannya untuk memberi selamat.
" Alvin." kata Doni sambil berjabat tangan dengan temannya itu.
"Selamat Ya." Alvin dan Aya menyalami kedua pengantin.
"Makasih ya udah dateng. Gue kira Lo sibuk terus."
"Sama sama. Masa iya gue ga dateng di nikahan Lo."
"Siapa Vin? Cantik banget." Tanya Mia.
"Calon Bini." Jawab Alvin karena Aya tidak tahu apa artinya itu.
"Wih..kapan nyusul?"
"Secepatnya. Doain aja." Jawab Alvin menepuk punggung Doni.
"Nama kamu siapa? Aku Mia. Temen SMP nya Alvin dulu."
"Aku Aya kak." Menyambut tangan Mia.
Mereka mengobrol cukup lama dan berpamitan untuk pulang.
Tepat tengah malam pria itu masih belum tertidur di atas ranjangnya. Setelah memastikan gadisnya sudah terlelap. Manik matanya masih setia menatap lekat foto di layar ponselnya. Foto yang diambilnya setelah kondangan tadi. Lengkap dengan setelan kebaya dan batik yang melekat di keduannya. Senyum Alvin merekah. Membayangkan dia akan bersanding dengan gadisnya di pelaminan nanti. Pikirannya melayang untuk berangan angan. Memiliki keluarga kecil dengan gadis yang dicintainya. Tinggal berdua sebagai suami istri yang saling melengkapi. "Selamat tidur Calon Bini." kata Alvin mencium foto itu sebelum memejamkan matanya.