Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembalinya Nadin
"Wiiihhh,,, cantik. Boleh ni digoda" canda Boy.
Anwar langsung tersadar, setelah mendengar ucapan temannya.
"Jangan macam-macam, dia temen aku." larang Anwar.
Karena Anwar tau, seberapa playboy nya Boy. Padahal dia juga sudah mempunyai 2 istri.
Anwar bangkit menuju meja Nadin, yang tak jauh dari tempatnya.
"Hai, boleh aku duduk disini?" sapa Anwar.
Nadin, tertegun. Pasalnya Anwar, lelaki yang sangat dirindukan kembali berjumpa. Dulu, dia meninggalkan Anwar, karena dia telah dijodohkan sama orang tuanya dengan kerabat jauhnya.
"Mas Anwar? Duduk Mas. Apa kabar?" tanya Nadin.
"Silahkan Mas, silahkan duduk." lanjut Nadin lagi.
"Mas apa kabar?" ulang Nadin.
"Baik, kamu apa kabar Nana.?" tanya Anwar.
Nadin terkejut, karena Anwar masih memanggilnya dengan Nana. Nana, cuma panggilan spesial dari Anwar.
"Baik juga Mas." jawab Nadin.
"Maaf" lirih Nadin, dengan mata berkaca-kaca. Karena harapannya untuk bertemu Anwar terwujud.
Sebenarnya selama ini jauh di lubuk hati Nadin, dia masih menyimpan nama Anwar. Dia masih berharap suatu saat nanti bisa bersama-sama dengan Anwar. Apalagi setelah bercerai. Ke inginan nya semakin kuat. Dia berharap bisa bertemu dengan Anwar. Namun dia malu, karena dia sadar. Dialah yang meninggalkan Anwar saat itu.
"Hei, kenapa?" lirih Anwar lembut sambil menyentuh tangan Nadin.
"Maaf, aku yang dulu meninggalkanmu." ucap Nadin. Air matanya berjatuhan. Mungkin dia terharu, ataupun bahagia. Karena bisa berjumpa dengan Anwar.
"Kamu nggak salah, yang salah orangtuamu. Jadi, jangan lagi bersedih. Oke." kata Anwar.
"Aku, sudah cerai. Dia yang jadi pilihan orangtuaku tak sebaik yang kukira. Dia terbukti berselingkuh." Adu Nadin. Air matanya berjatuhan.
"Yang lalu biarlah berlalu, kamu jangan sedih lagi oke." kata Anwar sambil menyapu pipi mulus Nadin.
"Bro, kami balik duluan ya. Bini udah nelpon terus" kata Boy datang ke meja Anwar.
"Ingat istri di rumah." bisik Ilham. Tanpa di dengar Nadin.
Tanpa berkenalan dengan Nadin mereka berlalu. Toh nanti mereka juga akan tau siapa perempuan yang di samperin sama temannya itu.
"Bro, kira-kira itu cewek siapa sih? Apa mungkin mantannya? Dulu sebelum Anwar kerja di kecamatan dengar-dengar dia setengah gila karena ditinggalin cewek. Apa jangan-jangan itu ceweknya?" Tanya Boy sama Ilham.
"Mungkin saja, firasat ku mengatakan kalau Anwar masih cinta sama tuh cewek. Tadi, kamu lihat bagaimana dia perhatian." kata Boy.
"Biarkan saja, kita nggak ikut campur urusan orang lain." sambung Ilham lagi.
Sementara itu, Vina di rumah memikirkan perkataan anak-anaknya. Haruskah dia berpisah dari suaminya? Sanggupkah dia menghidupi anak-anaknya, sedangkan selama menikah dengan Anwar dia tidak lagi bekerja. Bahkan untuk seorang sahabat pun dia nggak ada. Dia cuma mempunyai tetangga-tetangganya. Tetapi mereka pun sama sepertinya. Tidak bekerja.
"Ya Allah, tunjukkanlah jalan terbaik untuk hubungan kami, kembalikan cinta suamiku hanya untukku. Kembalikanlah sifat lemah lembutnya seperti dulu." doa Vina.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sudah lima bulan semenjak pertemuan di kafe, Anwar dan Nadin bertukar nomor wa, dan saling menghubungi. Anwar seperti jatuh cinta kembali dengan adanya Nadin. Saat di rumah dia tidak lagi memuk*l atau memaki Vina istrinya. Tetapi, dia berubah dingin. Makanan yang telah Vina siapkan tak pernah di sentuh. Yang ada dia terlalu sibuk dengan handphonenya.
Bahkan Vina, menduga kalau suaminya lagi dekat dengan seseorang. Karena, belakangan ini suaminya terlihat lebih bahagia, dan tak pernah menyentuhnya sama sekali. Padahal, dulu walaupun dia memuk*l Vina. Tetapi untuk urusan nafsu selalu tersalurkan.
"Mas, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Vina, sambil meletakkan secangkir kopi. Mereka sekarang berada di teras depan.
"Hem" gumam Anwar. Tanpa menoleh pada Vina. Matanya sedang fokus ke layar handphone.
"Bisakah kita kembali seperti dulu?" tanya Vina ragu.
Anwar menoleh pada Vina, dan meletakkan handphonenya di atas paha.
" Sekarang aku bertanya, bisakah kau memberikan aku seorang anak perempuan?" Tanya Anwar balik.
"Jika kau bisa memberiku anak perempuan, maka kita akan seperti dulu." lanjut Anwar.
Vina terdiam, pasalnya setelah beberapa kali keguguran dia tak pernah merasakan hamil lagi. Padahal dia selalu mengkonsumsi jamu dan obat yang diresepkan dokter.
"Kenapa? Nggak bisa kan?" pasti Anwar
"Sebenarnya aku pertahankan kamu, karena aku kasihan sama kamu. Kalau aku nggak ada kamu mau tinggal dimana? Kamu saudara gak ada, orang tua juga nggak ada. Tinggal di tempat kost Adit anakmu itu? Memangnya kalian bisa bayar?" sindir Anwar lagi.
Mendengar perkataan Anwar, tanpa bisa di cegah air mata Vina berjatuhan. Sekarang Vina sadar. Jika, Anwar sudah tidak mencintainya lagi.
Vina bersyukur, karena anak-anak tidak di rumah. Jika Adit atau Saka mendengar perkataan Ayahnya. Pasti mereka akan sangat kecewa kepada Anwar.
Semenjak Vina pingsan. Adit dan Saka memutuskan untuk tinggal bersama Bundanya lagi. Tadinya anak-anak berfikir bahwa dengan adanya mereka sikap tempramental Ayahnya. sudah hilang. Makanya mereka berani meninggalkan Bundanya.
"Tidakkah Mas masih mencintaiku" tanya Vina sambil menatap mata Anwar.
Sejenak, mata mereka bertemu. Sebenarnya Anwar masih mencintai Vina. Tetapi, keinginannya untuk memiliki anak perempuan begitu kuat. Apalagi Ibunya selalu mengatakan anak perempuan itu sama pentingnya seperti tabungan masa tau kelak.
"Aku keluar, kamu tidur aja. Jangan tunggu aku. Mungkin malam ini aku tidur di rumah Ibu." tegas Anwar.
"Oo ya, kamu jangan dandan lagi seperti semalam. Karena kedepannya aku tidur di kamar tamu." sambungnya lagi.
Setelah kepergian Anwar, Vina menangis. Padahal semalam dia ingin bermanja-manja dengan suaminya. Vina berfikir mungkin jika dia berdandan maka dia bisa menggoda lagi suaminya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Mas, kok kesini nggak kasih kabar sih. Kalo Nana tau Mas kesini pasti Nana masakin dan dandan yang cantik." Ucap Nadin dengan suara manja.
Anwar datang ke apartemennya Nadin, dia rindu dengan pujaan hatinya.
"Kamu gak dandan aja udah cantik Nana." kata Anwar sambil mencubit hidup Nadin gemas.
"Kamu masak apa? Aku lapar." Sambung Anwar. Sambil memeluk pinggang ramping Nadin.
"Memangnya Istrimu nggak masak Mas? Aku cuma masak rendang sama goreng ayam kesukaanmu." bisik Nadin ditelinga Anwar dan menggigitnya.
"Kamu nakal, sekarang aku mau makan kamu lebih dulu." kata Anwar tertawa.
Dan mereka melakukan perbuatan yang tidak seharusnya.
Terimong gaseh
saleum dari pidie 🙏