bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Dua Puluh Delapan
Tak terasa, sudah Dua Minggu Laudya tidak masuk kerja. Dan besok rencana nya ia akan kembali kerja, tapi sebenarnya tubuhnya masih terasa lemas.
Maxim memberikan saran untuk di tunda lagi satu Minggu, dan tentunya Laudya menolak dan ingin tetap kembali bekerja.
Maxim baru saja pulang, Hari ini ia Lumayan lama berada di Rumah Laudya. tapi bukan untuk ngobrol dengan Laudya, Maxim malah sibuk bermain Games dengan Marvel yang kebetulan sedang libur tidak latihan bela diri.
“Badan kamu masih Lemas kenapa harus masuk kerja dulu? Kan bisa di undur lagi. Lagian Bos kamu sendiri yang minta.” Ucap Bu Mayang.
Mereka sedang berada di Ruang Tengah, sedang nonton acara berita di televisi.
“Gak enak kalau lama di rumah, apalagi kakak belum lama kerja disana. jadi masih ngerasa gak enak kalau izin sakit terlalu lama.” Balas Laudya.
“Kalau ngerasa gak enak badan lagi langsung bilang sama Nak Maxim.” Ucap Bu Mayang.
“Malah jadi ngerepotin dong, Ibu gak perlu khawatir semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Laudya.
Kalau begini, Bu Mayang selalu teringat dengan mendiang suaminya. Dimana kalau lagi sakit pasti selalu gak betah berdiam diri di Rumah, pengennya itu kerja atau melakukan kegiatan apa saja.
“Nak Maxim sering kesini, sampai para tetangga kepo.”
“Pernah tanya sama ibu soal Mas Maxim?” Tanya Laudya.
“Kalau itu mah tentu, ya ibu jawab aja Atasan kamu sekaligus teman. Mau jawab calon takut gak jadi.” Jawab Bu Mayang dengan kekehan nya.
“Ibu itu penasaran loh, sebenarnya kamu itu suka gak sih sama Nak Maxim?” Tanya Bu Laudya.
“Kalau jawab gak suka seperti nya jadi munafik, siapa sih yang gak suka sama pesona nya Mas Maxim walaupun terlihat cuek kalau lagi ketemu banyak orang.” Jawab Laudya.
“Kalau memang suka kenapa gak jadian aja?”
Laudya menghela nafasnya, “Si Ibu ini. gimana mau jadian kan Mas Maxim nya juga gak ngajak pacaran atau Nikah, waktu itu cuma minta izin untuk pendekatan. Masa harus kakak uang yang ngajak, Malu lah.” Jawab Laudya.
“Malunya juga cuma sebentar, dulu waktu ibu pacaran sama Ayah kamu, ibu duluan yang ngajak pacaran walaupun waktu itu Ayah kamu ngulang nembak nya biar Ayah kamu yang ngajak pacaran bukan ibu.” Ucap Bu Mayang.
“Memangnya pas ibu nembak Ayah, Ibu gak takut apa kalau ternyata Ayah cuma nganggap Ibu teman?” Tanya Laudya.
“Ayah kamu itu suka sama Ibu sebelum kita dekat, ibu tahunya dari teman dekat Ayah. berjalan nya waktu, ibu mulai greget kan. Makanya langsung Ibu tembak aja.” Jawab Bu Mayang dengan tawanya. Laudya ikut tertawa, mungkin kalau dirinya punya keberanian seperti Ibu nya juga akan melakukan yang sama.
Sayangnya ia tidak seperti Ibu nya, lebih baik Menunggu daripada yang mulai duluan.
.
Senin pagi yang agak sedikit mendung, Laudya sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Ia menatap keluar jendela.
“Sepertinya mau turun Hujan.” Gumam Laudya.
Dan benar saja, setelah sekarang sudah mulai turun Gerimis.
“Kak, ada Bang Maxim.” Ucap Marvel.
Laudya membalikan Tubuhnya dan menatap Adiknya yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
“Sebentar, Kakak Ambil tas dulu.” Balas Laudya.
Maxim sudah berjanji, selama Laudya belum benar-benar sembuh. Maka ia yang akan menjemput dan mengantar Pulang, kalau sedang ada urusan lain maka supir nya yang akan melalukan tugasnya.
Laudya keluar kamar dan berjalan menuju Ruang tamu dimana sudah ada Maxim, Bu Mayang dan Marvel.
“Yuk berangkat.” Ajak Laudya.
“Ingat ya Kak, kalau gak kuat jangan di paksa untuk kerja.” Ucap Bu Mayang.
“Iya Ibu.”
“Adek ikutkan?” Tanya Marvel.
“Memangnya mau naik sepeda pakai jas hujan?” Tanya Laudya.
Marvel menggaruk tangan nya tidak gatal. “Hehe, gak mau lah.” Jawab Marvel.
“Ayo Abang Antar, tapi nanti pulangnya gak bisa jemput.” Ucap Maxim kepada Marvel.
“Kalau pulangnya mah gampang, tinggal Naik Ojol.” Balas Marvel.
Setelah itu, mereka berpamitan. Dan cuaca di luar juga sudah turun Hujan, beruntungnya tidak di sertai Angin dan suara Petir. jadi Bu Mayang tidak terlalu khawatir dengan Mereka.
*
Kali ini Laudya tidak memperdulikan tatapan para karyawan saat ia keluar dari dalam mobil Maxim, ia akan bersikap cuek.
Kalaupun menghindar, nanti juga pasti akan tetap ketahuan. jadi sekarang jalanin dulu aja.
Mereka berjalan beriringan, banyak yang menyapa Maxim. dan sperti biasa tidak di gubris oleh Maxim.
Sesampainya di lantai atas, “Gak perlu buat kopi. Nanti Mas bisa buat sendiri.” Ucap Maxim. Laudya menganggukan kepalanya.
Maxim sudah masuk ke dalam ruangannya, Laudya memperhatikan meja kerjanya. Ternyata sudah bersih dan rapih, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk merapikan nya.
Laudya duduk pada kursi kerjanya, ia merasa nyaman setelah sudah lama tidak duduk disana lag.
“Semoga saja gak pusing.” Gumam Laudya.
Di saat Laudya sedang berjongkok untuk mengambil pulpen yang jatuh, terdengar suara Nanda.
“Selamat pagi Ibu sekretaris, memangnya sudah sembuh kok udah masuk kerja aja?” Tanya Nanda.
Laudya menegakkan tubuhnya dan menatap Nanda. “Pagi juga Pak Nanda, Alhamdulillah sudah sembuh. makanya sekarang ada disini.” Jawab Laudya.
Nanda menatap lekat Laudya. “Tapi seperti belum seratus persen sembuh deh. Masih lemas kan?”
“Hemm, kok bisa nebak? Cenayang ya?” Tanya Balik Laudya.
“Haha, bukan lah. ya bisa nebak kalau kita perhatikan wajah orang di hadapan kita dengan teliti.” Jawab Nanda.
“Kalau gitu saya masuk dulu ya, kalau ada yang kerasa harus segera lapor. Kalau memang gak mau pulang lebih awal istirahat di ruangan kesehatan yang ada di lantai Enam.” Lanjut Nanda. Laudya menjawab dengan mengangkat kedua ibu jarinya.
.
Di jam Sepuluh, rasa pusing kembali terasa. Laudya sempat memejamkan matanya bahkan ia menaruh kepala nya di atas meja.
Ingin meminum obat, tapi ia lupa kalau Obatnya sudah habis. mencoba untuk minum Air putih, setelah itu kembali memejamkan matanya.
“Kenapa kalau di rumah jarang pusing? Apa karena Matanya gak di pakai buat natap komputer terlalu lama?”
Mungkin setelah rasa pusing nya agak sedikit mereda, ia akan mengikuti saran dari Nanda. untuk beristirahat di ruangan kesehatan, kalau izin pulang pasti akan merepotkan Maxim.
Masih pusing tapi Tidak terlalu parah seperti tadi, Laudya berjalan sedikit demi sedikit menuju Lift.
Kebetulan Maxim dan Nanda sedang Meeting di luar, jadi ia tidak akan memberitahu mereka dulu.
Sampai di ruangan Kesehatan, ternyata kosong jadi ia bisa tenang kalau beristirahat disana.
Biasanya Akan ada Dokter yang berjaga, tapi entah kenapa saat ia Masuk ternyata Dokternya Tidak ada.