Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Bimbang
Kylan mendongak saat tiba-tiba Olivia berkata hal yang menurutnya kurang pantas di tanyakan saat Jojo ada di depan mereka.
"Pertanyaanmu kasar sekali," lirih Kylan.
"Aku kan hanya bertanya. Lagi pula maid tetaplah maid, dia hanya maid. Seharusnya bisa makan di dapur sana, atau makan setelah tuan rumah selesai," ujar Olivia.
"Kak, sebaiknya jaga bicaramu," sela Kai.
"Cukup, jangan berdebat!" seru Kalingga. Ia memberi isyarat pada semua orang untuk mengambil makanan, termasuk Jojo.
Gadis itu merasa kehilangan selera makan setelah mendengar ucapan Olivia. Sebenarnya apa yang Olivia katakan memang benar. Ia hanya maid di rumah ini dan tidak seharusnya makan dalam satu meja bersama tuan rumah. Namun Jojo merasa tidak peduli, di rumah ini bosnya adalah anak-anaknya, bukan Olivia.
"Makanan apa ini?" tanya Olivia. Ia membawa nasi di piring dan memperhatikan lauk pauk yang terhidang di meja. Kai yang sudah menggenggam paha ayam goreng di tangan lalu kembali meletakkannya. Bocah laki-laki itu berniat menjawab, namun Jojo mendahuluinya.
"Ayam goreng, bihun goreng, sayur sup, juga ada sambal dan bakwan. Nama lainnya, makan malam!" seru Jojo menjelaskan dengan penuh penekanan.
Kai dan Kylan yang mendengar Jojo memberi penjelasan dengan penuh keberanian itu tersenyum kecil. Mereka cukup takjub dengan keberanian Jojo berbicara di depan Olivia meski wanita itu sempat tidak menginginkan kehadirannya.
"Kau bisa pergi jika tidak berselera makan," sela Kalingga. Laki-laki itu cukup terganggu dengan sikap Olivia yang terlalu berlebihan.
"Tidak begitu, Kalingga. Aku hanya bertanya. Kenapa kalian sensitif sekali," keluh Olivia.
Tidak ada satupun dari anak-anak Jojo menanggapi ucapan Olivia. Mereka melanjutkan makan dan menghabiskan seluruh isi piringnya.
Meski Jojo lebih sering memasak menu sederhana, anak-anaknya tidak pernah ada yang protes. Selama ini, ia tidak pernah melihat anak-anaknya kehilangan selera makan karena menu yang kurang cocok.
"Tambah lagi, Kai. Aku masih punya lauk di belakang untuk kak Keenan," ucap Jojo saat Kai terlihat gelisah. Ia masih menginginkan ayam goreng yang tersisa satu buah.
"Wah, bagus sekali," ujar Kai. Dengan cepat ia mengambil sayap ayam goreng dan menggigitnya.
Makan malam selesai dengan damai meski sempat diawali dengan sikap Olivia yang kurang menyenangkan. Kai dan Kylan pergi lebih dulu dan masuk ke kamar mereka, sementara Kalingga mengantarkan Olivia ke depan rumah.
"Bolehkah lain kali aku berkunjung?" tanya Olivia sebelum pergi. Kalingga hanya mengangguk dan melambaikan tangan. Ada sesuatu yang berusaha ia jaga di depan Olivia. Karena orang tua wanita itulah yang dulu sempat membantu dirinya saat perusahaan warisan keluarganya bangkrut.
Setelah kepergian Olivia, Kalingga kembali ke dapur dan duduk di kursi makan. Ia memperhatikan Jojo yang sibuk membereskan sisa makanan dan mencuci piring.
"Kak, apa kamu butuh sesuatu?" tanya Jojo.
"Tidak, Jo. Aku hanya mau bertanya sesuatu padamu," jawab Kalingga. Jojo menahan laki-laki itu sebentar selagi ia menyelesaikan pekerjaannya. Setelah selesai, Jojo membuat segelas susu dan meletakkannya di depan Kalingga.
"Tanya apa? sepertinya penting," ucap Jojo. Kalingga tersenyum dan menyesap susu hangat buatan Jojo.
"Kau bisa menjawabku dengan jujur? aku tahu adik-adikku tidak mungkin melakukannya," ujar Kalingga. Kalimat laki-laki itu membuat Jojo mematung. Memangnya apa yang sudah dia lakukan sampai Kalingga berbicara seperti ini?
"Baik, Kak. Aku akan menjawab jujur."
"Kau mengatakan pada mamaku jika aku sakit?" tanya Kalingga. Ia menatap Jojo dengan seksama, memperhatikan gerak tubuh gadis itu yang terlihat gelisah. "Aku nggak marah," lanjut Kalingga.
"Maaf, Kak," gumam Jojo lirih.
"Kenapa kau melakukannya, Jo? Bagaimana aku menjelaskannya agar kau mengerti tentang perasaanku dan adik-adikku terhadap mama kami," ucap Kalingga.
Jojo yang awalnya menunduk, kemudian mendongak. Ia menatap manik mata Kalingga yang tajam.
"Bagaimanapun, Nyonya Merlinda adalah orang tua kalian. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya. Sebagai orang tua, tidak perlu mengatakan sayang berkali-kali untuk membuktikan dia sayang. Tapi, nyonya Merlinda benar-benar menginginkan semua anak-anaknya sehat dan bahagia," jelas Jojo.
"Apa kau bekerja di sini untuk menjadi mata-mata?" tanya Kalingga.
"Kak, aku mohon. Jangan menyudutkan ku, aku bekerja tulus merawat kalian dan mengurus rumah ini. Tolong jangan berpikiran buruk tentangku. Aku tidak tahu pasti apa penyebab kalian membenci nyonya Merlinda. Tapi dia menyayangi kalian, dia mencintai kalian. Aku yakin itu," ujar Jojo.
"Katakan apa yang perlu kau katakan tentang kami, tapi jangan pernah libatkan mama terlalu jauh," ucap Kalingga. Laki-laki itu meneguk habis susu dalam gelas lalu bergegas meninggalkan meja makan.
Jojo tertunduk lemas. Ia benar-benar dilanda perasaan bimbang. Sebagai pengasuh, Jojo tentu bertanggung jawab atas kondisi rumah juga anak-anaknya. Ia tidak tahu harus berbuat apa sebagai penengah di antara keluarga ini.
Jojo paham jika anak-anak asuhnya sangat membenci Merlinda meskipun wanita itu adalah orang yang melahirkan mereka. Namun di sisi lain, Jojo berusaha memahami perasaan Merlinda. Ia begitu menyayangi anak-anaknya. Merlinda sangat ingin tahu kondisi Kalingga juga adik-adiknya melalui Jojo, karena untuk bertanya langsung pada anak-anaknya, Merlinda merasa ragu. Ia yakin jika tidak satupun dari anaknya menginginkan kehadirannya.
Setelah cukup lama duduk seorang diri, Jojo masuk ke dalam kamar. Ia benar-benar mengalami hari yang berat akhir-akhir ini.
Baru saja berbaring di atas tempat tidur, lagi-lagi seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dan kali ini adalah Kai. Bocah laki-laki itu meminta Jojo mengizinkannya masuk.
"Nggak sopan!" seru Jojo. Kai berjalan mondar mandir di dalam kamar Jojo sambil meletakkan sebelah tangan menggosok rambutnya yang mulai panjang.
"Kau ini kenapa?" tanya Jojo. Sudah lebih dari lima menit Kai hanya mondar mandir dan menghela nafas kasar. Bocah laki-laki itu terlihat bingung dan gelisah.
"Kau sudah baca surat yang aku berikan?" tanya Kai. Jojo mengangguk.
"Ku mohon, pikirkan sesuatu dan bantu aku. Please!" seru Kai memohon. "Jika tidak ada yang datang ke sekolahku besok, maka wali kelasku akan datang ke rumah ini," lanjutnya.
"Mudah saja, beritahu kakak-kakakmu. Pilih salah satu di antara mereka, Kak Keenan misalnya. Aku rasa dia akan mengerti kondisimu," tawar Jojo.
"Melibatkan salah satu di antara kakakku sama dengan bunuh diri. Beri aku jalan lain," tolak Kai.
Jojo diam, ia memanyunkan bibirnya sambil duduk di tepi kasur. Ia menopang dagunya dengan dua telapak tangan. Matanya terus mengikuti Kai yang berjalan mengelilingi kamarnya.
"Bagaimana jika menyuruh orang lain berpura-pura sebagai kakakmu. Menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah. Asal kau punya uang, itu mudah," ujar Jojo memberi saran.
Kai menjentikkan jarinya. Ia tersenyum gembira.
"Ide bagus, Jo!" seru Kai senang. "Aku tahu siapa yang bisa menolongku tanpa mengeluarkan biaya," lanjutnya.
"Siapa?" tanya Jojo. Ia senang idenya bisa membantu.
"Kamu!" Kai mengarahkan jari telunjuknya di depan wajah Jojo.
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️