Dokter Al yang sudah sukses dengan kariernya berniat untuk membantu semua temannya yang belum sukses. Karna rasa iba dan tak tega. Membuat Al pun berusaha membantu semampu yang dia bisa. Dan itu dengan persetujuan Bee.
Namun pada suatu hari Al tidak sengaja di jebak seseorang. Orang jahat yang ingin menghancurkan lab di rumah sakit yang selama ini Al bangun.
" Apa mau mu ?" tanya Al pada pria bertopeng itu. Saat pria itu berhasil menangkap Al dan membawanya ke suatu tempat yang asing bagi Al.
" Aku menginginkan kehancuran mu dan juga harta mu" jawab pria itu serak. Sambil menatap tajam pada Al. Hingga membuat Al berusaha untuk tetap tenang. Walau ia dalam bahaya.
Dapatkah Al lolos dari para musuhnya...baca di sini ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Itulah sifat Al yang tidak banyak orang tahu. Jika Al punya segalanya. Bisnis obat, rumah sakit, usaha bengkel dan lahan pertanian di indonesia. Yang ia simpan dengan rapi. Walaupun begitu, masih banyak orang yang penasaran dengan kehidupannya.
Tak lama helikopter mendarat di lapangan luas. Yang di kelilingan pagar berduri. Mereka pun turun bersama, setelah mesin helikopter di matikan.
" Ayo anak anak kita masuk kerumah paman," kata Arhan mengendong Albi. Sedangkan Al mengandeng Bian dan Brian.Yang di ikuti para pengawal Arhan dari belakang.
Mereka menuju rumah besar yang berjarak 10 meter, dari lapangan parkir helikopter. Hingga mereka sampai di teras belakang rumah Arhan.
" Masuklah!!" kata Arhan pada Al dan anak anaknya. Setelah membuka pintu besi itu.
" Apa ini tempat tinggal mu han?" Al masuk sembari melihat sekeliling ruangan. Begitu juga dengan Bian dan Brian yang melihat rumah itu terlihat seperti gudang.
" Ini gudang belakang untuk pertemuan anak buahku. Disana pintunya...ayo boy...kita lihat princes paman. Pasti dia sangat senang dengan kedatangan kalian," kata Arhan menuju pintu lain. Lalu menggesernya. Karna rumah Arhan memang punya keamanan super ketat.
" Wow....rumahnya sangat besar paman?" kata Albi takjub. Yang turun dari gendongan Arhan. Setelah mereka masuk ke ruangan yang cukup besar dan luas. Dan terlihat sofa sofa mewah di tengah ruangan.
" Kau ini bisa saja," kata Arhan tersenyum.
Begitu juga dengan Al dan si kembar. Yang tersenyum tipis dengan tingkah polos Albi.
" Apa kalian suka, Sarah....dimana kamu nak. Sini Abi bawakan tiga sepupumu" teriak Arhan memanggil putrinya. Seraya melihat sekeliling ruangan. Namun tidak ada jawaban
" Abi ...." kata seorang wanita cantik muncul Dan melangkah ke arah Arhan.
" Hana kemari lah, ini Al suami sepupuku. Dan ini anak anaknya. Al, ini Hana istri ku," kata Arhan mengenalkan Hana pada Al.
" Assalamualaikum, senang bertemu anda nona Hana," kata Al menangkupkan kedua tangannya. Yang di balas Hana dengan senyuman sembari mengangguk.
" Walaikum salam Al. Selamat datang dan terimakasih sudah mampir ke rumah kami," kata Hana tersenyum ramah.
" Dengan senang hati, anak anak, salim pada aunty Hana," kata Al. Hingga ketiga anaknya langsung menyalami istri Arhan secara bergantian.
" Astaga...kalian sangat lucu dan tampan juga sangat mengemaskan," kata Hana mengusap ketiga kepala anak anak Al
" Ya Hana, kita perlu menambah anak lagi biar bisa mengalah Bee," kata Arhan mengedipkan matanya. Membuat Hana malu Apalagi suaminya itu terlihat genit di depan Al
" Abi malu ah!! Oh ya bagaimana mereka bisa sampai disini?" tanya Hana.Sekedar berbasa basi pada Al
" Nanti kita bahas, suruh pelayan untuk menyiapkan kamar dan makanan. Biar anak anak bisa beristirahat ," kata Arhan.
" Baik bi, mari anak anak ikut bibi," kata Hana meraih tangan Albi yang menarik perhatian Hana.Karna Albi, anak paling kecil diantara Bian dan Brian.
" Bi ...Al saya permisi dulu," kata Hana pamit pada tamunya.
" Ya silahkan," kata Al tersenyum. Lalu Hana berbalik meninggalkan Al bersama Arhan
" Al ayo keruangan ku, kita ngobrol di sana. Sambil kau rebahan," Sembari tangan Arhan. Memberi kode pada pelayan. Yang berdiri tidak jauh dari ruang tengah. Agar pelayan itu, menyiapkan sesuatu untuk Al. Yang di anggukkan si pelayan. Lalu pelayan itu pergi masuk ke ruang belakang.
" Ya " kata Al mengikuti langkah Arhan menuju sebuah ruangan. Sambil melihat lihat rumah Arhan yang cukup luas. Namun tidak bertingkat. Hanya luasnya dua kali lipat. Dari rumahnya di Boston.
**********
Di rumah tuan Fuad. Bee menemani Alin dan Aura bermain di ruang keluarga. Sambil sibuk di depan laptopnya. Sembari melihat data data keuangan rumah sakit. Yang harusnya menjadi pekerjaan Al..Yang di handle oleh Bee selama Al tidak berada di rumah sakit.
" Bee, apa kau masih sibuk?" kata mami Aisyah yang menghampiri Bee, dan duduk di sebelah Bee.
" Tidak juga mi, apa ada sesuatu?" Bee pun menoleh pada mami Aisyah.
" Apa kau tahu nak, kalo masalah Al berkaitan dengan Rasyid. Jika Al melaporkan Rasyid bagaimana?" kata mami khawatir
" Itu tidak akan terjadi mi, bukan kak Rasyid yang menculik Al. Lagi pula ini masalah obat, bukan masalah saham," kata Bee. Yang tidak mau maminya mengkhawatirkan sang kakak, apalagi dirinya.
" Semoga saja begitu, tapi mami melihat papimu marah pada kakakmu. Karna ulahnya Lab Al jadi sasaran para mafia. Bahkan mereka ikut mengincar Rasyid," kata mami
Bee lalu menghentikan aktivitasnya. Menoleh pada mami Aisyah. Sembari meraih tangan wanita tua yang masih terlihat cantik itu.
" Semarah marahnya Al pada kak Rasyid. Ia tidak mungkin memenjarakan kakakku. Aku mengenal Al dari siapapun. Paling Al hanya menjauhinya. Apalagi papi sudah minta kak Rasyid untuk tidak terlibat dengan rumah sakit.," jelas Bee menyakinkan mami Aisyah.
" Ya mami tahu itu" kata Mami tersenyum. Karna tidak ingin anak anaknya itu saling bermusuhan lantaran harta dan kekuasaan.," Mami pun membalas genggaman tangan Bee. Karna beberapa tahun belakangan ini. Al punya aset besar yang melebihi penghasilan Rasyid di perusahaan besar suaminya. Yang menurun drastis akibat covid. Yang baru saja pulih akhir akhir ini. Membuat Rasyid tertarik melirik bisnis Al. Dengan bermain curang. Namun menantunya itu. Bukan orang yang bodoh. Yang tidak tahu apa apa. Sekalipun Rasyid bermain rapi. Al cukup peka dan sangat berhati hati dalam mengolah data. Sehingga siapapun orangnya.Jelas akan tertangkap basah. Jika menyeleweng dari prosedur aturan Al.
" Jadi mami tidak perlu khawatir kan, Bee akan berusaha jadi penengah kak Rasyid dan Al,"kata Bee. Yang tahu, papinya tidak pernah bersikap semarah itu pada sang kakak. Jika bukan masalah yang sangat fatal di buat oleh sang kakak. Karna seorang pebisnis seperti papinya sangat jauh berpengalaman dari Rasyid. Yang hanya duduk manis mewarisi harta papinya. Bukan perintis bisnis dari nol seperti Al suaminya.
Mami pun tersenyum dan memeluk Bee. Seraya melihat Alina dan Aura yang sedang sibuk bermain Berbie. Mereka tidak sama sekali terusik. Karna mami Aisyah bicara cukup pelan dengan Bee.
" Mami, Bee, istri Arhan memberi kabar. Jika Al dan anak anakmu sudah di rumah mereka. Mereka sudah sampai Oman," kata Sasi yang datang dari ruang tengah.
" Syukurlah, " kata Bee dan mami Aisyah kompak. Sehingga Alina dan Aura menoleh pada Sasi. Saat aunty nya itu menghampiri oma dan maminya.
" Berarti kita bisa menelpon mereka mi?" kata Aura yang beranjak, berlari mendekati Bee di sofa.
" Nanti saja ya sayang, biar papimu yang menelpon. Berikan waktu untuk mereka istirahat dulu," kata Bee
" Tapi Ara kangen mi," rengek Aura memasang wajah manyun. Karna ia jarang berpisah lama dengan para saudaranya.
" Ya sayang mami tahu itu, tapi tuan putri mami ini harus belajar lebih sabar lagi. Bukannya kau penjaga kandang," kata Bee Mengingatkan tugas Aura yang diberikan si kembar pada adik perempuannya itu.
" Hah....penjaga kandang apa?" kata mami dan Sasi kompak. Karna tidak tahu maksud Bee. Membuat Aura langsung terkekeh
" Penjaga rumah oma, aunty. Bukan seperti yang kalian bayangkan. Jika Ara menjaga kandang kelinci atau kandang burung opa ," Jelas Aura dengan wajah cemberut.
Membuat mami dan Sasi pun terkekeh. Karna salah paham dengan kode rahasia, anak anak Al dan Bee. Sedangkan Bee hanya tersenyum dengan apa yang dipikirkan mami dan Sasi
Apa kalian lupa bagaimana jeniusnya Dok Al, cari gara gara cari penyakit saja kalian
Salut sama Albi kok kepikiran bawa kredit card maminya
Tinggal berjuang keluar dari wilayah musuh, jangan sampai ke tangkap lagi
Semoga Dok Al dan anak anak selamat semuanya
Ga sabar nunggu aksi anak anak menyelamatkan Dok Al