Istri Kontrak Tuan Gay

Setelah makan malam, semua orang berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang hangat kedua orang tua Arsen menanyakan apa saja yang mereka lakukan selama di Bandung. Mia menjawab semua pertanyaan dari kedua mertuanya itu dengan sangat bahagia. Arsen hanya menyimak apa yang mereka bicarakan.

Hingga sebuah pesan masuk ke ponsel Arsen dan membuat wajahnya langsung berubah, tanpa disadari mereka.

"Aku ingin bertemu denganmu. Sepertinya setelah menikah kau sudah melupakan aku, Sayang. "

Mendapat pesan itu, membuat wajah Arsen jadi menegang. Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri. Dan hanya menghela nafas kasar. Hingga pembicaraan Mia dan kedua orang tuanya menyita perhatian Arsen.

"Besok aku akan ke kampus, ma. Dan akan melanjutkan kuliahku. " ucap Mia tiba-tiba.

"Ya, baguslah. Kau jadi tidak kesepian di rumah ini saat Arsen bekerja. "

"Iya, dan di kampus nanti aku bisa bertemu dengan teman dan sahabatku lagi. "

"Apa Arsen sudah setuju kamu lanjut kuliah lagi? " kini giliran papa Mondi yang bertanya.

Mia langsung menatap Arsen, dan Arsen menganggukkan kepala nya sebagai jawaban.

"Biarlah Mia melanjutkan kuliah dulu, asalkan dia tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri. " ucap Arsen kemudian.

Mama Rima dan Papa Mondi mengangguk menyetujui ucapan Arsen.

"Ya, sudah ini sudah malam. Waktunya kita istirahat, agar Mia tidak kesiangan besok. "

Mama Rima beranjak dari tempat duduknya dan akan mendorong suaminya ke dalam kamar. Namun langkahnya terhenti sebelum masuk ke kamarnya. Dan menatap Arsen tajam.

"Arsen, jangan lupa buatkan kami cucu, kami sangat menginginkan seorang cucu. " pesan mama Rima lalu melangkah masuk ke dalam kamar.

Mendengar hal itu, Arsen dan Mia kembali berpandangan dan menaikkan bahunya acuh. Lalu mereka berdua naik ke kamar mereka. Arsen segera pergi ke balkon untuk menghubungi Harry tentang pekerjaannya besok. Sedangkan Mia berganti pakaian dengan baju tidurnya.

Setelah berganti pakaian Mia duduk di pinggir tempat tidur dia langsung mengambil ponselnya , dan menghubungi sahabatnya Sisie. Satu panggilan langsung Sisie angkat.

"Halo Sie ,apa kabar? "

"Aduh pengantin baru , udah lupa sama aku ." Kata Sisie dari seberang telepon .

"Enggak lupa , hanya saja Aku baru pulang dari Bandung . Untuk melihat keadaan Rumahku di sana , dan baru pulang tadi siang ."

"Terus gimana keadaan rumahmu di sana , apa semua baik-baik saja ?" Tanya Sisi penasaran.

"Iya baik-baik saja , semuanya dalam keadaan utuh . Aku kemarin dibantu Mas Arsen membersihkan rumahku. "

"Syukurlah kalau begitu , Terus bagaimana dengan pernikahanmu apa semua berjalanan lancar?"

"Itu bisa aku ceritakan besok , besok kita ketemu di kampus ya . Aku akan mulai kuliah lagi besok. "

"Benarkah Mia , wah Bagus kalau begitu . Aku akan menunggumu besok. Dan kau harus menjelaskan semuanya ."

"Iya tentu saja , Aku merindukanmu, Sie dan juga ingin berbicara sesuatu denganmu ."

"Oke kalau begitu , sampai bertemu di kampus besok ."

Akhirnya panggilan pun terputus , setelah mereka sepakat akan bertemu dan berbicara di kampus . Semua obrolan Mia dengan temannya itu ternyata sudah didengarkan oleh Arsen dari awal. Karena saat Mia menghubungi temannya bertepatan dengan dirinya yang baru masuk dari balkon.

"Apa kau serius akan mulai kuliah besok. " tanya Arsen yang mengagetkan Mia.

"Iya, mas. Boleh kan? Kalau mas Arsen mengizinkan aku akan mulai mengurus kuliahku lagi besok. Kalau mas Arsen tidak mengizinkan, aku tidak akan kuliah. "

"Kenapa begitu ? Kenapa harus menunggu izin dariku? "

"Karena kau adalah suamiku , dan aku harus izin suamiku terlebih dahulu . Jika ingin melakukan sesuatu ."

Arsen tertegun dengan ucapan Mia barusan . Wanita di hadapannya ini , benar-benar menganggapnya seorang suami betulan bukan suami kontrak seperti kesepakatan .

"Mas Arsen... Mas Arsen kenapa melamun, apa yang sedang kau pikirkan ?" Mia menyadarkan Arsen dari lamunannya.

"Ah, maaf. Tidak apa-apa Mia. Baiklah aku akan mengiznkanmu untuk kuliah lagi . Tapi dengan satu syarat , Ingatlah pekerjaanmu dan tugasmu sebagai seorang istri ." Arsen memperingatkan

"Iya aku tahu itu , Aku tidak akan mengecewakanmu. "

Mia lalu membaringkan tubuhnya , di atas tempat tidur di samping Arsen. Lalu menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.

"Tidurlah Mas , besok kan kau harus kerja . Dan aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk memasak untuk papa dan mama . "

Arsen hanya menurut , dan mulai merebahkan tubuhnya di samping Mia .

"Mas Arsen , Bolehkah aku bicara sesuatu ?" Kata Mia sambil membalikkan tubuhnya menghadap Arsen. "

Arsen yang sudah mau memejamkan matanya , langsung membuka matanya lagi .

"Apa yang ingin kau bicarakan? "

"Ini tentang permintaan mama dan papa , tidak Bisakah kau mengabulkan satu permintaan mereka , agar mereka bahagia? "

"Permintaan mereka yang mana ? " tanya Arsen tidak mengerti

"Mereka yang menginginkan seorang cucu darimu . Tidak Bisakah kamu mengabulkannya? Yang mereka inginkan adalah anakmu , untuk meneruskan garis keturunan mereka . Agar tidak punah. " Ucap Mia dengan sungguh-sungguh.

"Maksudmu ?"

"Tidak Bisakah kau menyentuhku sekali saja sebagai percobaan. Barangkali hanya dengan sekali menyentuhku bibit kecebongmu itu sudah langsung jadi bayi di dalam perutku ."

"Maksudnya kita berhubungan suami istri ?"

Mia mengangguk .

"Mia kau tahu sendiri kan , Apa dasar pernikahan ini? " ucap Arsen menatap tajam ke arah Mia.

Lagi-lagi Mia mengangguk . "Aku tahu, tapi setidaknya kau bisa mencobanya padaku . Jika kau tidak bisa melakukannya karena aku seorang wanita , aku bisa menggunakan topeng di wajahku . Menggunakan foto kekasihmu. "

Mendengar ucapan Mia , sontak Arsen tersedak . Dan batuk tak henti-henti . Mia yang melihat itu , langsung bangun dan memberikan minuman kepada Arsen . Agar batuknya berhenti.

"Kamu kenapa , apa yang aku katakan tadi salah?tidak kan? Jika kau tidak bernafsu dengan seorang wanita , maka aku akan merubah wajahku menggunakan foto pria Kekasihmu atau foto pria idolamu yang sangat kau inginkan untuk kau sentuh." ucap Mia dengan santainya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Arsen menatap tajam ke arah Mia , dia sungguh tidak percaya dengan apa yang Mia katakan . Benar-benar di luar dugaan .

"Jika aku menyentuhmu , maka kau nanti tidak akan bergelar janda perawan lagi jika aku mengakhiri kontrak kita . Bukankah keperawananmu itu yang sangat kau banggakan , dan akan kau berikan kepada suami yang kau cintai kelak." Kata Arsan mengingatkan ucapan Mia siang tadi.

"Tidak apa-apa , aku rela memberikannya kepadamu . Dan melahirkan anakmu , demi kedua orang tuamu . Aku sangat menyayangi mereka , dan kasihan kepada mereka jika sampai mereka tahu kalau kau tidak ingin menyentuhku sama sekali , apalagi membuat seorang cucu untuk mereka ." Mia mengucapkan semuanya dengan sangat yakin

"Kau tidak pernah tahu , Bagaimana rasanya kehilangan kedua orang tua sebelum memberikan kebahagiaan kepada mereka. Dan bagaimana rasanya merindukan seseorang yang tidak pernah bisa kita sentuh lagi." Mia menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan untuk mentralkan suaranya yang sudah mulai tercekat.

" Jika kau tidak bisa membahagiakan mereka , biarkan aku yang akan membahagiakan mereka . Dengan memberikan seorang cucu kepada mereka. Aku mohon padamu kabulkanlah permintaan mereka yang satu ini. Aku yakin kau bisa menyentuhku mas. Dan kita bisa memberikan mereka kebahagiaan dengan memberikan mereka seorang cucu. "

Mia mengucapkannya dengan tertunduk dan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya. karena saat dia mengatakannya dia juga mengingat kedua orang tuanya yang sudah meninggal dan belum sempat membahagiakan mereka.

Arsen menatap Mia tak percaya dengan apa yang di katakan istrinya itu. Arsen bahkan tidak pernah memikirkan hal itu. Memikirkan perasaan kedua orang tuanya, atau membayangkan bagaimana rasanya kehilangan mereka sebelum bisa membahagiakan mereka.

"Jika kau tidak ingin menyentuhku, karena takut mengambil keperawananku atau tidak bernafsu kepadaku, kita bisa menggunkaan cara lain, yaitu dengan inseminasi buatan, dan operasi caesar saat melahirkan. "

Deg...

Arsen benar-benar tidak percaya dengan apa yang Mia katakan kepadanya. Bahkan dia memberikan beberapa ide gila dalam semalam.

"Katakan padaku, apa alasanmu ingin menuruti keinginan mereka. "

"Karena aku menganggap mereka sudah seperti orang tuaku sendiri. Aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku dan ingin membahagiakan mereka, membuat mereka tersenyum. Sebagai ganti senyuman orang tuaku yang sudah meninggal. "