Kisah Cinta antara seorang duda beranak satu dengan gadis cantik yang ternyata adalah adik dari asistennya sendiri.
Semuanya berawal ketika Ghea bertemu dengan bocah tampan bernama Gathan. Dilanjutkan dengan pertemuan Ghea dengan Gavin, yang ternyata adalah ayah dari Gathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BatagorAci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 16
Tak selang lama, ayah dan bunda turun dari atas.
"Dek, nak Gavin kemana?" Tanya bunda Citra.
"Oh pak Gavin ada dikamar bang Sat, mau dipinjemin baju katanya." Jawab Ghea. Tubuhnya kini tengah memangku Gathan diatas pahanya.
"Emang kesini nggak pake baju, kok pinjem baju abang mu?" Tanya ayah yang ikut bergabung duduk disamping Ghea.
"Bawa yah, kaos doang sih. Sebenernya pake jaket juga. Tapi dipinjemin ke Ghea buat nutupin paha, nih." Jawab Ghea sambil menunjukan Jaket dipangkuannya.
"Kamu sih suka ngumbar aurat didepan cowok, untung aja nak Gavin anak baik-baik, kalo nggak pasti udah aneh-aneh." Ucap bunda Citra pajang lebar.
"Calon mantu idaman banget ya bund." Balas Ghea tersenyum kecil.
"Kalo yang ini namanya siapa, dek?" Tanya ayah Juan pada Ghea sambil mengelus kepala Gathan.
"Sayang, ini ayah mommyh. Ayo kenalan sama kakek." Ucap Ghea pada Gathan.
"Acalamulekum kakek, nama aku Athan kek Athan. Anaknya ommyh." Ucap Gathan sambil menyalami tangan ayah Juan.
Ayah Juan tertegun mendengar Bocah imut itu memanggil Ghea dengan panggilan Mommy. Anak kecil itu juga sangat sopan, dan menjunjung tinggi tata krama terhadap orang yang lebih tua.
"Wah namanya bagus ya, kaya orangnya. Kalo kakek namanya kakek Juan, Panggil kakek Juan ya." Ucap Ayah Juan pada Gathan.
"Kakek Cuan?" Beo Gathan menatap ayah Juan.
"Kakek Juan sayang, pake J ya bukan C." Ucap Ayah Juan menjelaskan.
"Iya kakek Athan tadi J kok." Balas Gathan, walau pengucapan huruf J terdengar menyerupai bunyi huruf C.
"Tuh kek, orang Athan pake J kok. Kakek aja yang nggak paham, iya kan sayang." Ucap Ghea menirukan gaya bicara Ghea.
"Iya mom." Balas Gathan mengangguk pelan.
"Iya-iya kakek yang salah. Gathan yang benar, Gathan pinter banget ya. Belajar sama siapa?" Ucap Ayah Juan.
"Sama kakek sama nenek, kek." Jawab Gathan.
"Oh Gathan masih punya nenek sama kakek ya. Gimana kalo panggil kakek pake panggilan opa , nanti Gathan pasti bingung mau manggil kakek ke siapa." Ucap Ayah Juan.
"Opa Cuan ya?" Guman Gathan.
"Iya sayang."
"Belalti Athan panggil nenek oma juga ya?"
"Iya panggil oma citra ya, opa sama oma sayang." Balas Bunda Citra.
"Iya oma Citla." Jawab Gathan.
Semua orang yang ada diruang tengah tersenyum gemas dengan sikap Gathan yang lugu dan polos.
"Selamat malam, om." Sapa Gavin dengan ramah kepada Ayah Juan.
"Malam, ini ayahnya Gathan ya?" Ucap Ayah Juan.
"Iya om." Balas Gavin, tak lupa ia membungkukkan badannya dengan sopan menyalami tangan ayah Juan.
"Ayo duduk sini." Ajak Ayah Juan pada Gavin.
Gavin pun mendudukan tubuhnya tepat disamping Ayah Juan.
"Gathan nggak rewel kan sama mommy?" Tanya Gavin pada anaknya.
"Ndak daddy, Athan nulut telus sama mommyh." Jawab Gathan dengan mantap.
"Good boy." Balas Gavin.
Percakapan ayah dan anak itu tak luput dari pendengaran kedua orang tua Ghea dan juga Satya selaku abang Ghea.
"Jangan bilang kalian pacaran setelah kejadian seminggu lalu?" Tanya Satya menyelidik Ghea dan Gavin.
"Iya emang, kenapa lu? iri bilang boss!" balas Ghea dengan songong.
"Wah kalian udah jadian toh, Bunda seneng banget denger nya. Bunda langsung punya cucu ganteng, nggak perlu nunggu lama." Pekik bunda senang.
"Dih apaan, gua iri? sorry ya, gua bukan tipe cowok yang begituan. Masa iya udah disosor cuma pacaran doang, dih nggak banget pacar lu!" Balas Satya.
"Saya bakal lamar Ghea kalo emang Ghea sudah siap dan mau nerima semua kekurangan maupun kelebihan saya." Balas Gavin dengan tegas.
"Emang kenapa sih? Ghea sama nak Gavin kenapa emang? Disosor apaan bang?" Tanya bunda bingung.
"Nggak ada apa-apa kok bund, si Bang Sat emang gitu orangnya suka melebih-lebihkan pembicaraan." Seru Ghea cepat.
"Masa sih, Bunda penasaran loh." Balas bunda Citra dengan penasaran.
"Makan aja yuk, udah jam nya nih." Ajak Ghea mengalihkan pembicaraan, tubuhnya sudah berdiri sambil menggendong Gathan. Namun Gavin menahan pergelangan tangan Ghea.
"Jangan ada yang ditutup-tutupi Ghea." Guman Gavin menatap dalam Ghea.
"Huftt...." Ghea menghela napas, dan kembali duduk di sofa.
"Ceritakan sejelas-jelasnya!" Tegas Ayah Juan dengan dingin.
Mereka berdua pun menceritakan dengan sejujur-jujurnya versi mereka masing-masing. Tak ada yang ditutup-tutupi maupun dilebih-lebihi.
"Awalnya saya emang belum percaya sama ucapan Ghea om, tapi Ghea terus yakinin saya. Jujur saya rada minder, pas Ghe bilang terang-terangan kalo suka sama saya, saya kan duda dan Ghea masih gadis. Rasanya nggak pantes aja, sampe akhirnya kita khilaf buat ngelakuin ciuman. Maafin saya om, mau nyesel pun udah terlanjur. Saya tau Ghea bukan muhrim saya, namun napsu sudah menguasi saya juga Ghea. Yang bisa saya lakuin cuma tanggung jawab, kalo emang om berkenan mengizinkan saya menjadikan Ghea sebagai muhrim saya, pasti segera saya laksanakan. Jelas Gavin dengan tulus.
Semua orang dewasa yang mendengar pengakuan Gavin tertegun. Pria ini bener-benar serius dengan perkataannya. Bahkan Satya yang masih menyimpan rasa kesal kepada Gavin malah ikutan terhanyut dengan ucapan Gavin.
"Jadi orang jujur itu emang berat, apalagi kalo dilakuin di dunia. Banyak orang yang berbohong akan kebenaran. Tapi saya salut sama kamu, walau kamu berbuat kesalahan kamu berani mengakuinya. Daripada kamu berbohong ditambah tidak mau mengakuinya itu akan menambah dosa.
Namanya manusia didunia ini pasti akan dipenuhi oleh hawa napsu, jadi om bisa maklumin.
Dan niat kamu memang baik ingin bertanggung jawab, tapi gimana pun jawabannya itu tergantung sama Ghea sendiri. Tapi alangkah baiknya, om saranin kamu jalanin aja dulu hubungan kamu sama Ghea dengan lempeng, puas-puasin pacarannya soalnya besok kalo udah nikah pasti nggak bakal kebagian sama anak sendiri hahaha." Balas Ayah Juan diakhiri dengan canda tawa. Susana tengang pun menjadi agak sedikit cair saat terdengar tawa ayah Juan.
"Iya om." Balas Gavin yang dapat bernafas lega.
"Mommyh Athan mau maem, Athan lapel belum makan, myhh. " Ucap Gathan pelan dengan kepala mendongak menatap Ghea.
"Oh astaga cucu oma laper ya. Ayo-ayo bangun kita makan bareng-bareng, Bunda masak banyak tadi." Seru Bunda memberi komando.
Mereka semua pun serentak bangun dari duduknya. Ghea berjalan terlebih dahulu dengan santai sambil menggendong Gathan, tak mengetahui tatapan Gavin yang mengarah pada kaki jenjangnya.
"Dipending dulu napsunya, baru aja minta maap. Besok kalo udah halal, lu sikat juga sok mangga nggak ada yang larang." Ucap Satya membuyarkan lamunan Gavin sambil merangkul bahu mantan bossnya itu.
Gavin yang tertangkap basah Satya karna diam-diam mengamati Ghea langsung mengalihkan pandangannya kesembarang arah. Dirinya malu dan wajahnya memerah semerah tomat.