Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat S2

Pilar cahaya keemasan yang agung itu perlahan memudar, tetapi gema raungan naga surgawi masih bergetar di jiwa setiap makhluk hidup di Akademi Qing Yun. Langit kembali normal, namun dunia terasa telah berubah selamanya.

Di dalam Puncak Yin-Yang yang kini hancur, keheningan total menyelimuti. Kolam magma dan es telah menguap, hanya menyisakan kawah berasap tempat satu sosok berdiri tak bergerak.

Tian Feng.

Rambut merah darahnya yang menyala perlahan-lahan surut, kembali ke warna hitam legamnya yang biasa. Mata emas murninya yang seperti galaksi juga kembali normal. Aura Ban Sheng Puncak dan Fisik Dou Di yang tadinya berbenturan kini telah lenyap, melebur menjadi satu kesatuan yang tenang, dalam, dan tak terukur.

Ia telah berhasil. Dou Di, Bintang Satu.

Ia mengangkat tangannya. Ia tidak merasakan kekuatan brutal seperti sebelumnya. Sebaliknya, ia merasakan... kontrol. Ia bisa melihat benang-benang hukum alam yang tak terlihat di sekelilingnya—hukum api, hukum ruang, hukum kehidupan.

Tepat saat itu, dua sosok melesat dan mendarat di depannya. Lin Hao (Dou Sheng 9 Puncak) dan Xu Zhao (Dou Sheng 1).

Lin Hao menatap Tian Feng dengan tatapan paling serius yang pernah ia tunjukkan. "Kau..." katanya serak. "Kau baru saja menyalakan suar terbesar di seluruh alam semesta. Setiap eksistensi di atas ranah Dou Sheng di seluruh dunia kini merasakanmu!"

Ia tampak panik. "Master Aula (Dou Di Puncak) yang tersegel itu... dia merasakannya! Dan di Alam Abadi... Patriark Xue Yuan (Dou Di 2) dan Zu Han (Dou Di 6)... mereka juga merasakannya! Mereka tahu kehadiran yang mereka cari kini telah menjadi seorang Kaisar! Mereka akan merobek Penghalang Dunia untuk turun!"

"Biarkan mereka datang," kata Tian Feng tenang.

"TIDAK!" Xu Zhao tiba-tiba menyela, tapi bukan karena panik. Matanya yang abu-abu kelabu menatap dahi Tian Feng dengan intensitas yang membara.

Di dahi Tian Feng, Segel Kaisar Naga yang telah lama tertidur, kini bersinar dengan cahaya emas yang menyilaukan, berdenyut selaras dengan ranah Dou Di barunya.

"Tahta..." bisik Xu Zhao, suaranya gemetar karena emosi yang tak terlukiskan. "Tahta Naga memanggil Anda. Sekarang."

Tian Feng memejamkan mata. Ia juga merasakannya. Sebuah tarikan yang kuat dari koordinat ruang yang jauh. Panggilan dari Alam Naga.

Xu Zhao tidak bisa menahannya lagi. Ia menundukkan kepalanya yang sombong dan berlutut dengan satu kaki. "Tahta di Alam Naga telah kosong terlalu lama. Tao Ti dan para Jenderal lainnya pasti sedang menggila sekarang. Kita harus segera ke sana. Perintah Anda, Kaisar-ku."

"Guru, berdiri," kata Tian Feng, masih merasa canggung dengan gelar itu. "Aku belum..."

"Itu tidak sopan!" balas Xu Zhao tegas, masih berlutut. "Aku adalah Jenderalmu! Anda adalah Kaisarku! Dan Kaisarku harus segera mengklaim tahtanya!"

Lin Hao menatap pemandangan itu, akhirnya memahami. "Dia benar, Tian Feng. Ini adalah satu-satunya pilihanmu."

Tian Feng menatap Xu Zhao, lalu pada Lin Hao. "Apa maksudmu?"

"Kau lemah," kata Lin Hao blak-blakan. Tian Feng mengangkat alisnya. Ia baru saja menjadi Dou Di. "Kau Dou Di Bintang Satu," jelas Lin Hao. "Musuhmu di Alam Abadi adalah Dou Di Bintang Enam dan Bintang Dua. Musuhmu yang tersegel adalah Dou Di Puncak. Kau membutuhkan sekutu. Kau membutuhkan pasukan. Kau membutuhkan fondasi yang lebih kuat."

"Pergilah ke Alam Naga dahulu," desak Lin Hao. "Satukan mereka di bawah panjimu. Klaim warisan Kaisar Long Yuan yang sesungguhnya. Temui Tao Ti (Dou Di 7). Hanya dengan kekuatan penuh Alam Naga di belakangmu, kau bisa kembali ke sini untuk memburu Aula Jiwa Bayangan dan menantang Alam Abadi untuk merebut kembali Xue Ling."

Tian Feng terdiam. Kura-kura tua itu benar. Ini adalah strategi yang paling logis.

Ia menatap Xu Zhao yang masih berlutut. "Baiklah. Berdiri, Jenderal. Kita berangkat."

"Ya, Yang Mulia!" Xu Zhao bangkit, wajahnya berseri-seri.

Tepat saat itu, Feng Xuan, Han Xue, Jian Wuchen, dan Lin Qing'er tiba di puncak yang hancur, terengah-engah, menatap ngeri pada tiga sosok agung di depan mereka.

"Pemimpin... apa yang terjadi?!" seru Feng Xuan, merasakan aura Tian Feng yang kini tak terduga.

Tian Feng menatap rekan-rekan seperjuangannya. "Aku telah menerobos. Tapi aku harus pergi."

"Pergi?! Kemana?" tanya Han Xue.

"Ke Alam Naga," kata Tian Feng. Ia menatap Lin Hao. "Kakek Lin, aku titipkan mereka padamu. Lindungi Paviliun Naga Tersembunyi dengan nyawamu."

Lin Hao mengangguk. "Mereka akan aman."

Tian Feng menoleh pada Feng Xuan, Jian Wuchen, dan Han Xue. "Tetap di sini. Menjadi lebih kuat. Aku akan kembali."

Sebelum mereka bisa memprotes lebih jauh, Tian Feng berbalik menghadap Xu Zhao. "Ayo pergi, Jenderal."

"Dengan senang hati, Kaisar."

Mengabaikan gerutuan Tian Feng atas panggilan itu, kedua naga itu satu Dou Di 1, satu Dou Sheng 1 mengaktifkan kekuatan ruang mereka bersama-sama. Dengan raungan yang mengguncang dunia, mereka merobek Gerbang Dunia yang stabil di udara.

Keduanya melangkah masuk, meninggalkan Dunia Fana, menuju Alam Naga yang kuno.