"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Devano terpaksa harus mengantarkan Evelyn pulang ke rumah. Sebuah rumah mewah milik keluarganya.
Di sepanjang perjalanan, Devano terus saja mengomeli Evelyn.
"Ini alasan aku tidak ingin bertemu denganmu. Kalau bisa seumur hidup kita tidak pernah bertemu. Kamu selalu membuat aku kesal. Sangat merepotkan!"
Percuma saja Devano mengoceh panjang lebar, Evelyn tidak mendengarkannya. Gadis itu malah meracau kemana-mana. Terkadang dia bernyanyi dengan suaranya yang nyaring seperti kaleng rombeng, membuat telinga Devano merasakan sakit.
Devano pun mendengus kesal. Evelyn sama sekali tidak bisa diajak bicara. Seharusnya dia tidak mengantarkan gadis itu pulang.
Setelah sampai di depan rumah, Devano menggendong Evelyn di punggungnya. Seperti menggendong kapas, sangat ringan.
"Apa tahu siapa pria yang paling menyeramkan di dunia ini?" tanya Evelyn dengan mata yang sedikit terpejam, dia menyadarkan kepalanya pada punggung Devano.
Devano tak menjawab. Dan tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan dari Evelyn.
Sehingga Evelyn menjawab pertanyaannya sendiri. "Kamu. Kamu adalah yang paling menyeramkan di dunia ini. Kamu lebih menyeramkan dari valak."
Devano menghela nafas dengan kesal. Tentu saja dia sangat tidak terima. Wajahnya yang sangat tampan disamakan dengan tokoh hantu hollywood.
Begitu sampai kamar. Devano membaringkan tubuh Evelyn dia atas ranjang. Dan mengomelinya lagi. "Heh, bocah! Seharusnya aku tadi tidak menolong kamu. Mungkin setelah ini aku harus membersihkan diri, gara-gara terlalu lama bersentuhan dengan kamu."
Tadi di klub malam Devano sudah meneguk dua gelas wiski, sehingga dia mulai merasakan kepalanya pusing. Devano harus segera pergi dari sana. Semoga di hari berikutnya dia tidak bertemu Evelyn lagi.
Tapi tiba-tiba saja Evelyn beranjak dari tempat tidurnya, menghalangi jalan Devano. Mungkin karena tidak terima dengan ucapan Devano yang mengatakan seolah-olah kakak tirinya itu sangat alergi sudah bersentuhan dengannya. "Di kampus banyak yang bilang kalau aku ini sangat cantik. Bahkan banyak pria bule naksir padaku. Hanya kamu selalu menatap jijik padaku."
Devano pun tersenyum kecut, "Itu artinya mereka harus segera memeriksa mata ke dokter. Siapa tahu mata mereka rabun."
Evelyn mendengus kesal, dia menarik dasi Devano, membuat tubuhnya hampir saja menubruk badan Evelyn yang lebih kecil darinya.
Sehingga jarak diantara mereka sangat dekat, membuat Devano bisa melihat dengan jelas bagaimana cantiknya wajah Evelyn. Membuatnya menelan saliva.
Mata Devano tidak sengaja melihat kebagian kancing kemeja Evelyn yg terbuka, menampilkan belahan dada Evelyn yang sedikit terekspos.
Hidung Devano kembang kempis, wajahnya nampak memerah, dadanya naik turun. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia merasakan gelayar panas merasuki tubuhnya. Mungkin karena efek pengaruh alkohol yang sudah dia minum.
"Kenapa diam saja, kak? Sekarang kamu sadar kan kalau adikmu ini sangat cantik, hm? Apa jangan-jangan kamu terpesona padaku ya?" Mungkin karena Evelyn sedang dalam pengaruh alkohol, sehingga dia berani menggoda kakak tirinya itu.
"Jangan menggodaku!" Devano berusaha untuk menahan diri. Tapi aroma wanita tubuh Evelyn membuat sangat terangsang.
"Ah! Kenapa malam ini dia sangat terlihat menggoda? Pasti gara-gara aku lagi mabuk." Devano mengumpat di dalam hatinya. Apalagi ketika dia merasakan celananya sesak.
"Siapa yang menggodamu? Aku hanya ingin Kak Devano melihat wajahku dari dekat. Biar Kak Devano tidak menghina aku lagi."
Evelyn segera melepaskan dasi Devano yang sedari tadi dia pegang. Seolah mempersilahkan Devano untuk pergi dari kamarnya.
"Kak Devano boleh pergi!"
Gadis itu sama sekali tidak merasa berdosa, setelah membuat Devano kelimpungan. Dia malah mengusir Devano dari kamarnya.
Kemudian Evelyn segera mengayunkan kakinya, ingin segera tidur. Kepala semakin terasa pusing.
Namun, Evelyn dibuat kaget saat Devano tiba-tiba menarik lengannya, sehingga gadis itu kembali menghadap ke arahnya. Menubruk dada bidang pria itu.
"Kak..."
Evelyn ingin protes, tapi dia buat bungkam ketika Devano tiba-tiba meraup bibirnya dengan kasar. Membuat Evelyn terbelalak.
Entah setan apa yang merasukinya. Devano benar-benar tidak bisa menahan diri. Malam ini adik tirinya itu sangat menggoda.
skrg kok aku mlh dukung Evelyn dgn Devano, aku merasa was was dan harus menghindari Gio tuh Evelyn. ada sesuatu yg sulit untuk dijelaskan 🫢