Nyari ide itu susah, please jangan plagiat!
(Diharapkan membaca Pocong Tampan dulu baru ke Anta's Diary.)
Ratu Ananta Prayoga, gadis dengan kemampuan indigo ini selalu dikelilingi oleh para tak kasat mata.
Berbagai petualangan di dunia gaib selalu menghampirinya. Bagaimana Anta akan menjalani hidupnya yang unik bersama para sahabatnya?
Ikuti kisah catatan harian Anta di novel Anta's Diary ini ya.
Follow me, favorit, Like, dan rate bintang lima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Pak Harun (Part 2)
Hayo udah pada VOTE belum?
Vote dulu ya sebelum membaca biar Vie semangat buat update.
Happy Reading...
******
Keesokan harinya, Anta gantian menemui Raja di kantin sekolahnya. Para siswa kelas enam yang melihat Anta mulai bersiul menggoda Anta.
"Haduh masih bocah woi, jangan ganjen!" seru Anta yang langsung menarik Raja mengikutinya.
"Wuidih cakep juga tuh ceweknya anak baru," ucap seorang murid yang terdengar ke telinga Anta.
"Permisi ya, dia anak kelas satu SD, Anta anak kelas tujuh SMP, masa iya kita pacaran, dia adeknya Anta, wooi! Lagian masih bocah kaya kalian belum pada hapal rumus phytagoras aja udah pacaran mulu pikirannya, huh!" seru Anta.
Dua bocah di hadapan Anta langsung meringis menunjukkan deretan gigi mereka yang berantakan. Anta kembali pada Raja. Ia menanyakan perihal Pak Harun. Anta lalu bertemu dengan hantu Pak Harun.
"Tunjukkin sama Anta, contoh yang bisa digunakan buat ngomong ke Bu Nina supaya percaya sama Bapak!" pinta Anta pada hantu Pak Harun.
"Coba bilang sama Bu Nina tulisan I Love You dari saya yang ada di dalam binder file miliknya, karena cuma saya dan dia yang tau tulisan itu," ucap Hantu Pak Harun.
"Hmmm... jadi Pak Hantu sebenarnya pacaran gak sih sama Bu Nina?" tanya Anta.
"Saya gak pernah ajak Bu Nina pacaran karena saya maunya langsung melamar dan menikahi dia," ucap hantu Pak Harun.
"Nah, nanti kalau lamaran Bapak diterima gimana kalau ditolak Bapak juga bakal gimana?" tanya Anta.
"Gak apa-apa saya tetap menghilang yang penting keinginan saya terkabulkan yaitu melamar Nina," sahutnya.
"Melamar dengan apa, Pak?"
"Cincin peninggalan ibu saya, ada di laci pada meja kerja saya, kode aksesnya nanti saya kasih tau. Bilang saja sama Nina untuk mengantar kalian ke meja kerja saya," ucap Hantu Pak Harun.
"Kak Anta ribet banget sih, udah tinggal tunjukin aja sih Pak Harun ke Bu Nina biar ngomong sendiri," celetuk Raja.
"Oh, tidak semudah itu pulgoso, nanti kalau Bu Nina pingsan apa kena serangan jantung, tambah repot dong kita," sahut Anta.
"Kok pulgoso sih emang itu siapa, Kak?" tanya Raja.
"Pemain telenovela jaman dulu yang pernah ditonton Mama Dewi," sahut Anta.
"Oh, ganteng ya, Kak? Bagus tuh namanya," ucap Raja bangga sementara Anta menahan tawanya.
"Oke Pulgoso, kalau begitu Kak Anta balik ya ke kelas, daaahh..."
Anta melangkah pergi dari samping kelas Raja.
"Kamu tahu gak, Ja, Pulgoso itu nama apa?" tanya Hantu Pak Harun.
"Nama aktor telenovela tadi kata Kak Anta, berarti ganteng dong."
"Dia memang nama tokoh di telenovela Marimar, tapi pulgoso itu nama seekor anj*ng."
"Astaga, Kak Anta manggil Raja jaing dong!"
Raut wajah Raja jadi cemberut.
"Woi, bocah tengik! Gila elu ya ngomong sendirian," tegur seorang kakak kelas Raja.
"Hehehe... lagi latihan acting, Kak. Raja mau casting bintang iklan susu peninggi badan," sahut Raja asal.
"Mimpi aja elo!"
***
Keesokan harinya Anta dan Arga mencoba kembali menemui Bu Nina. Tak lama kemudian Raja menyusul bersama hantu Pak Harun.
"Kalian mau apa lagi, mau membual lagi tentang Harun?" tanya Bu Nina.
"Maaf Bu, kan katanya anak kecil gak bisa bohong ya, coba ibu lihat saya, umur saya masih lima tahun lho tapi pinter udah kelas satu SD, saya gak akan bohong," ucap Raja.
Bu Nina malah tertawa melihat Raja.
"Apa Pak Harun punya meja kerja yang ada lacinya dan terkunci, terus kalau mau buka kuncinya ada kode?" tanya Anta.
"Iya punya, dan sekarang di pakai sama Pak Panca," sahut Bu Nina.
"Kita bisa tunjukin kalau kita bisa buka kode kuncinya, sesuai petunjuk Pak Harun," ucap Anta menoleh pada Pak Harun yang menganggukkan kepalanya.
"Kalian ini ya, meja itu adanya di ruang guru, gak boleh sembarangan masuk, sudah kalian pulang saja sana!" seru Bu Nina.
"Kak Anta, yang lope lope itu lho," celetuk Raja.
"Apaan tuh, Ja?" Arga yang tak mengerti jadi bertanya pada Raja.
"Oh iya, itu Bu, katanya dalam binder file ada tulisan I Love You dari Pak Harun," sahut Anta.
Deg!
Raut wajah Bu Nina berubah, kulit kuning langsat di wajahnya yang glowing berubah pucat pasi. Dahinya mengernyit seolah tak mengerti, bagaimana anak-anak ini bisa tau pernyataan cinta Pak Harun yang belum pernah ia jawab.
"Kenapa kamu tahu soal itu?" tanya Bu Nina akhirnya buka suara setelah hening cukup lama.
Hantu Pak Harun sudah berjalan menuju sisi kiri Bu Nina dan sedang memandangnya.
"Dari Pak Harun!" Anta menunjuk sisi kiri Bu Nina.
Wanita itu menoleh ke sisi kirinya dan merasakan hawa hangat dari arah tersebut.
"Apa kalian mau bilang kalau ada hantu Harun di sini?" tanya Bu Nina.
Anta mengangguk, "Iya, apa Ibu siap melihatnya?"
"Kamu bisa menunjukkannya pada saya?" tanya Ibu Nina.
"Arga, kamu sama Raja siap-siap ada di belakang Bu Nina, ya," pinta Anta yang langsung di turuti Arga dan Raja.
Biar bagaimanapun mereka juga harus siap jika Bu Nina mendadak pingsan. Anta meraih tangan Bu Nina dan mengharapkan kalau wanita itu dapat melihat Pak Harun.
"Lihat sebelah kiri Ibu," pinta Anta.
Perlahan-lahan Bu Nina menoleh ke arah kirinya dan melihat sosok wajah yang ia kenal. Awalnya ketakutan melanda, tapi lama - kelamaan ia siap.
"Harun..." Buliran bening itu langsung jatuh menetes dari sepasang mata lentik milik Ibu Nina.
"Halo, Nin. Apa kabar?" tanya Harun.
"Kamu ternyata selalu ada di sekolah ini?"
"Ya, perlu waktu lima tahun buat aku yang cuma bisa memperhatikan kamu dan berharap kamu lihat aku, tapi ternyata gak bisa. Dan takdir membawa aku bertemu dengan anak-anak ini. Mereka bisa membantu aku melihat kamu," ucap hantu Pak Harun.
Hening cukup lama saat kedua mata milik Pak Harun dan Bu Nina saling menatap penuh kerinduan.
Sementara di belakang tubuh Bu Nina Arga dan Raja sudah siap dari tadi merentangkan kedua tangannya menyambut tubuh Bu Nina jika jatuh pingsan.
"Jadi acara lamarannya, Pak?" tanya Anta akhirnya setelah cukup letih berdiri.
"Melamar?" Bu Nina menoleh pada Anta.
"Hari itu sebelum aku mengalami perampokan ada hal yang ingin aku berikan kepadamu," ucap Pak Harun lalu masuk ke ruang guru menembus pintu. Hal itu langsung membuat Ibu Nina terperanjat dan mulutnya terbuka lebar.
"Wah, siap-siap, Ja. Takut oleng," bisik Arga.
"Bu, Bu Nina, jangan bengong! Ayo kita ikuti Pak Harun!" ajak Anta.
Mereka mengikuti Pak Harun masuk ke ruang guru.
"Kodenya 150709," ucap Pak Harun.
"Bu, katanya kode 150709," ucap Anta.
"Hah, itu kodenya?" tanya Bu Nina.
"Iya, tanggal pertemuan kita saat pertama kali bertemu," sahut Pak Harun.
"Aaaaaaaahhhh so sweet banget Bapak Guru ini," celetuk Anta.
Ibu Nina menghampiri laci kerja tersebut dan membuka laci berkode itu. Di dalamnya tergeletak kotak merah yang diminta Pak Harun agar Ibu Nina mengambilnya. Lalu ia buka kotak tersebut. Dan ternyata benar di dalamnya ada cincin emas seberat lima gram.
"Hari itu aku ingin melamarmu, tapi saat Kepala Sekolah memberi perintah padaku dan Panca untuk mengambil dana bantuan pemerintah untuk sekolah, kami kerampokan, dan maaf jadi gagal melamarmu," ucap Hantu Pak Harun.
Ibu Nina langsung terduduk lemas di kursi yang ada di belakangnya. Ia menangis sejadi-jadinya.
"Sebenarnya sebulan sebelum kamu meninggal aku udah tahu dari Ibu Imelda kalau kamu mau melamar aku, tapi tak kunjung juga kamu utarakan, seandainya kamu bilang, kita pasti sudah menikah," ucap Bu Nina yang terisak seraya memandangi cincin emas tersebut du tangannya.
"Maafkan aku, Nin. Maaf karena aku terlambat, yang penting kini aku tahu kalau kamu juga cinta sama aku," ucap Pak Harun.
"Sampai sekarang, aku masih dan selalu cinta sama kamu," sahut Ibu Nina.
"Menikahlah dengan orang lain, Nin. Jangan pikirkan aku lagi," pinta Pak Harun.
"Aku belum bisa, Run. Kamu terlalu berarti dan sulit kulupukan."
Tiba-tiba sosok hantu Pak Harun berubah wujud menjadi sedia kala. Ia tak lagi terlihat menyeramkan.
"Boleh aku memelukmu sebelum aku pamit," ucap Pak Harun.
Ibu Nina mengangguk. Keduanya lalu saling berpelukan. Anta tak sadar jadi menitikkan air mata melihat adegan romantis itu.
"Kalian sedang apa di sini?" tegur Pak Panca yang tiba-tiba hadir masuk ke dalam ruang guru itu.
"Umm... ini sedang saya beri pengarahan," ucap Ibu Nina seraya menyeka air matanya.
Setelah Hantu Pak Harun menghilang akhirnya Anta dan lainnya pamit. Mereka juga tak lupa mencium tangan Ibu Nina dan Pak Panca. Namun, saat Anta mencium tangan Pak Panca sebuah gambaran muncul sekelebat di pikirannya.
******
To be continue...
Mohon dukungannya, mampir juga ke Novelku lainnya.
- Pocong Tampan
- With Ghost
- 9 Lives
- Kakakku Cinta Pertamaku
- Forced To Love
- Diculik Cinta
Vie Love You All...😘😘😘
Salam Asli Sabahan.Malaysia😘😘😘😘🥰🥰🥰🥰
kaget karna teman yg baru bangun pingsan✅