NovelToon NovelToon
Kabut Cinta, Gerbang Istana

Kabut Cinta, Gerbang Istana

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Fantasi Wanita
Popularitas:682
Nilai: 5
Nama Author: souzouzuki

Jadi dayang? Ya.
Mencari cinta? Tidak.
Masuk istana hanyalah cara Yu Zhen menyelamatkan harga diri keluarga—yang terlalu miskin untuk dihormati, dan terlalu jujur untuk didengar.

Tapi istana tidak memberi ruang bagi ketulusan.

Hingga ia bertemu Pangeran Keempat—sosok yang tenang, adil, dan berdiri di sisi yang jarang dibela.

Rasa itu tumbuh samar seperti kabut, mengaburkan tekad yang semula teguh.
Dan ketika Yu Zhen bicara lebih dulu soal hatinya…
Gerbang istana tak lagi sunyi.
Sang pangeran tidak pernah membiarkannya pergi sejak saat itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon souzouzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bunga Liar Mekar dalam Dua Hari

Matahari baru naik setengah jengkal dari balik atap-atap kayu istana. Udara pagi menyelinap lewat celah kisi jendela, membawa aroma embun dan debu tua dari lorong barak.

Suasana barak barat pagi itu... tak seperti biasanya.

Ada suara-suara yang terlalu pelan tapi terlalu banyak. Bisikan-bisikan yang berhenti setiap kali Yu Zhen lewat. Tatapan yang seakan ingin menyelidik tanpa bertanya.

Ia baru selesai membasuh wajah saat Qin’er datang tergesa dari arah depan barak. Nafasnya belum teratur, tapi matanya memuat kabar.

“Zhen!” bisiknya, “kau dengar? Tadi subuh, Pengawas Ning menerima surat dari Kediaman Xuan. Katanya... kau akan diboyong ke sana, pagi ini juga.”

Yu Zhen menoleh pelan, lalu mengangguk ringan. Wajahnya biasa saja.

“Aku sudah tahu,” ucapnya singkat.

Qin’er membelalak. “Kau…? Sejak kapan?”

Yu Zhen merapikan ujung selendangnya.

“Semalam. Saat dipanggil Selir Xuan.”

Qin’er ternganga. “Kenapa kau tak bilang apa-apa?!”

Yu Zhen menoleh sejenak. “Karena saat aku kembali... kau sudah tertidur.”

Qin’er tampak ingin protes, tapi tak bisa. Ia menghela napas, lalu menatap sahabatnya lebih dalam.

“Lalu... bagaimana rasanya? Akan diboyong langsung ke Kediaman Selir Agung.”

Yu Zhen tidak menjawab. Tapi sebelum Qin’er sempat bertanya lagi, langkah seseorang terdengar di luar pintu barak.

Seorang pelayan laki-laki yang tak mereka kenali masuk dengan langkah cepat, membawa sebuah kotak kecil yang dibungkus kain rami bersih.

Ia menunduk singkat, lalu berkata:

“Titipan dari Kediaman Dalam. Tidak disebutkan nama. Untuk Dayang Yu Zhen.”

Qin’er menerima dengan curiga, membuka secarik kertas kecil yang terlipat di atas kotak.

Isinya hanya satu baris:

“Untuk luka yang belum kering.

Jangan terlalu banyak berpikir. Minum pagi ini sebelum berangkat.”

Yu Zhen menatap kotak itu lama. Lalu menatap Qin’er... dan tanpa sadar, wajahnya menghangat.

“…Apa mungkin…?” gumamnya pelan.

Qin’er menaikkan alis. “Apa?”

Yu Zhen buru-buru mengalihkan pandangan. Tapi pikirannya sudah berlari terlalu jauh.

Itu... dari dia? Pangeran Keempat?

Hatiku berdetak tak karuan.

Padahal... kenapa dia seperti ini padaku?

Obat, makanan... bahkan perhatian kecil. Aku bukan siapa-siapa.

Tidak berasal dari keluarga besar. Tidak punya wajah cantik seperti para selir.

Aku hanya dayang biasa...

Tapi...

…kenapa dia mengingat lukaku?

Ia menyentuh perbannya pelan. Dan tiba-tiba, pipinya memanas.

Qin’er menatapnya heran. “Zhen, kau... baik-baik saja?”

Yu Zhen hanya mengangguk cepaT. Terlalu cepat.

“Aku hanya... aku pikir... itu mungkin dari Pangeran Keempat,” jawabnya, suaranya nyaris seperti bisikan.

Qin’er terdiam. Lalu tersenyum tipis, tapi tidak meledek. Ia tahu... ge-er macam ini, bukan ge-er biasa. Ini... ge-er yang bisa menyesatkan langkah seseorang di istana.

“Kalau benar dari beliau... kau harus hati-hati, Zhen,” bisiknya. “Karena rasa... bisa lebih berbahaya dari luka.”

Yu Zhen menunduk, tapi tidak menjawab.

Dalam hatinya, ada bagian kecil yang mulai percaya.

Mungkin... dia memang memperhatikan.

Dan bagian itulah yang paling membuatnya takut.

Yu Zhen belum sempat kembali menaruh kotak obat itu, ketika suara langkah khas terdengar di belakangnya.

Shuang Mei.

Gadis itu datang dengan senyum yang dibuat manis, tapi terlalu rapi untuk disebut tulus.

“Selamat pagi, Yu Zhen,” ucapnya. “Atau... harusnya aku bilang, selamat... ya?”

Yu Zhen menoleh pelan. Senyum tak bisa ia tahan sejak tadi, dan kali ini, ia tak berusaha menyembunyikannya.

“Pagi, Shuang Mei. Terima kasih.”

Shuang Mei menyilangkan tangan pelan di depan perut, seolah hendak memberi selamat dengan cara sopan.

“Tentu. Hanya dua hari... dan kau sudah pindah ke Kediaman Selir Agung. Itu... pencapaian.”

Nada pencapaian-nya nyaris terdengar seperti racun manis. Tapi ia tetap tersenyum.

Aku kehilangan muka, tapi aku tidak bodoh.

Dayang Kediaman Xuan adalah status resmi. Dan mulai hari ini... aku tak bisa lagi bicara padanya seperti dulu.

Shuang Mei mendekat setengah langkah.

“Semoga... kau tetap ramah pada kami yang biasa ini, ya. Siapa tahu, suatu saat aku butuh... bantuan?”

Yu Zhen tahu maksud di balik kata-kata itu. Tapi ia sedang terlalu hangat pagi ini untuk merasa terganggu.

“Mungkin aku akan butuh bantuanmu duluan nanti,” balasnya ringan.

Dan Shuang Mei terdiam sejenak, tidak menyangka respon itu begitu lembut.

Dia... sedang dalam suasana hati yang terlalu baik untuk membenci. Atau... sedang tinggi.

Lalu Shuang Mei melihat sesuatu: secarik kertas kecil, yang baru saja dilipat oleh Yu Zhen, lalu perlahan diselipkan rapi di balik baju bagian dalamnya.

Zhen lalu mengambil kotak kecil tadi, membuka tutupnya perlahan, dan meminum isinya tanpa ragu.

Shuang Mei tidak bertanya. Tapi matanya mencatat.

Kertas tanpa nama. Obat khusus. Pagi ini.

…Itu pasti dari dia.

Pangeran Keempat.

Dan seperti biasa, istana tak pernah kehabisan yang bisa dibisikkan.

Yu Zhen menatap sisa cangkir yang kini kosong. Tapi ia merasa… hangat.

Ia tidak paham, kenapa semangat hidupnya terasa ringan hari ini.

Ia tidak menyadari, bahwa itulah efek baik dari sesuatu yang lembut tapi kuat:

cinta yang belum tahu diri.

Tentu... jika suatu saat batinnya sudah terlalu terikat,

ada efek buruk juga yang menunggu.

Tapi untuk hari ini... hanya satu hal yang ia tahu:

Ia tersenyum... tanpa sadar.

Shuang Mei baru hendak membuka mulut, menyusun pertanyaan yang sudah lama dipendam di ujung lidah—

Tapi sebelum ia sempat bicara, suara derap langkah dan denting gantungan hias dari arah luar terdengar jelas. Langkah-langkah teratur dari rombongan istana, dan suara kain mahal yang bergesekan.

“Rombongan dari Kediaman Xuan,” bisik salah satu dayang di sudut ruangan.

Qin’er langsung tersentak.

Ia mendekat cepat, lalu memeluk lengan Yu Zhen, matanya sudah basah tanpa bisa ditahan.

“Zhen... aku di sini tak tahu harus berteman dengan siapa lagi... tanpamu.”

Tangannya menggenggam erat. Bibirnya bergetar.

“Kau satu-satunya orang yang tak... mempermainkan perasaan orang lain di tempat ini.”

Yu Zhen tidak langsung bicara. Tapi hatinya mencelos sejenak. Ia tahu... Qin’er tulus. Dan mungkin—tanpa sadar—Zhen sudah mulai bergantung pada ketulusan itu juga.

Namun ia tidak ingin melemahkan momen ini dengan tangis.

Ia menepuk lembut tangan sahabatnya, lalu tersenyum—lembut, tapi tenang.

Dan saat itu, tatapannya jatuh pada Shuang Mei, yang berdiri tak jauh, diam-diam mengamati.

Zhen menoleh padanya.

“Satu pesan dan perintahku, Shuang Mei.”

Suasana mendadak hening. Bahkan Qin’er sempat mengangkat kepala, heran.

“Jaga dia untukku.”

Shuang Mei menahan napas. Perintah itu... bukan hanya sekadar titip teman. Tapi perintah dari dayang Kediaman Selir Agung. Statusnya sekarang... bukan lagi setara.

1
Arix Zhufa
semangat thor
Arix Zhufa
saya mmpir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!