Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten"
WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Surat Dari Elyana
Excel segera membuka surat itu dan membacanya.
Assalamualaikum,
Teruntuk Mas Excel,
"Mas, aku minta maaf, terpaksa aku harus pergi. Karena aku sudah tahu, bahwa kamu memang tidak pernah mencintai aku. Aku tidak tahu kalau sikap datar dan dinginmu adalah sebenarnya bukti kamu tidak mencintai aku.
Sayangnya, aku terlambat menyadari. Sehingga aku terlena dan mencintaimu begitu dalam. Sampai pada akhirnya hal yang selama ini kamu pendam dan sembunyikan, terbongkar juga.
Aku baru sadar, setelah penemuan foto kamu dengn perempuan tenaga kesehatan yang ternyata kekasihmu itu, dan kamu mengakui. Detik itu, hidupku terasa hancur seketika. Aku merasa tidak percaya bahwa kamu bisa sekejam itu memperlakukan aku.
Ternyata selama ini aku salah menilai, aku selalu menganggap sikap datarmu adalah bawaan. Bahkan ketika aku tidak pernah sekalipun mendapat perhatianmu, ditanya kabar, disapa ramah, atau mengatakan hati-hati di rumah, aku menganggap biasa saja, dan anggapanku tetap sama, yakni karena kamu memang terlahir datar dan dingin. Namun ternyata semua itu salah.
Oleh karena itu, sekarang aku sadar. Dan itu sungguh sangat menyakitiku. Aku terlalu bodoh karena percaya padamu. Kamu hanya menjadikan aku pemuasmu saja, tanpa bisa meraba perasaanku. Sekarang aku menyerah dan mengalah. Setelah aku sadar, sesadar-sadarnya, aku memang tidak ada apa-apanya dibanding kekasihmu itu. Dan aku terlambat menyadari itu.
Maafkan aku karena aku sudah hadir dalam hidupmu. Selamat tinggal, dan aku mohon kamu jangan pernah cari aku. Mulai detik ini, aku minta cerai darimu. Tolong ceraikan aku. Aku tidak minta apa-apa darimu. Jadi, jangan persulit permintaan aku. Tertanda Elyana.
Excel mengakhiri membaca surat dari Elyana. Dia menatap dalam surat itu sampai matanya terasa perih. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Dia tidak terima ditinggalkan Elyana.
"Elyana kenapa kamu pergi? Kenapa kamu bawa anakku? Kamu bisa saja pergi, tapi aku pastikan Nada akan bisa kurebut kembali. Jika kamu tetap memaksa pergi, maka aku pastikan Nada ada di tanganku," teriak Excel seraya meremas surat dari Elyana.
Excel pergi lagi dari rumahnya, ia bermaksud mencari Elyana. Excel juga meminta bantuan orang-orang dekatnya supaya memberitahukannya jika mereka melihat Elyana.
"Kalau ketemu istriku, tolong bawa paksa beserta dengan anakku," seru Excel dalam saluran telpon. Dia sudah menghubungi teman-temannya yang sudah tahu pernikahannya dengan Elyana.
"Kemana perginya Elyana? Aku rasa dia tidak akan melebihi jauh dari kampung halamannya. Tapi, bagaimana kalau dia ternyata menemui papa dan mama? Celaka. Aku harus pura-pura menanyakan kabar mereka. Mama dan papa pasti akan memberitahu kalau Elyana ke sana atau tidak," putusnya sembari menggulirkan keypadnya mencari nama kontak sang mama.
"Tumben kamu menghubungi mama. Ada apa? Kalian sehat-sehat saja, kan Cel? Gimana Nada dan istrimu? Sudah sebulan mereka tidak kau bawa kemari. Bawalah, mama rindu. Mama tidak bisa ke rumah kalian, sebab di sini sibuk dampingi papamu," balas suara dari sebrang sana, yang tentunya itu suara sang mama.
"Kabar kami sehat, Ma. Nanti, kapan-kapan kami akan usahakan datang menengok mama dan papa. Saat ini Excel sibuk," ucapnya bohong demi menutupi keadaan sebenarnya. Excel pun mengakhiri panggilan.
Hatinya kembali gundah, karena Elyana sudah jelas tidak berada di rumah kedua orang tuanya. Lalu, jalan kedua adalah menghubungi orang tua Elyana di kampung, yang juga kampung halamannya dulu.
"Assalamualaikum Nak Excel. Alhamdulillah kabar kami baik. Kami rindu kalian, kapan kalian bisa datang kemari, bapak dan ibu serta Elida, sangat merindukan Nada." Pak Arman, ayahnya Elyana yang mengangkat telpon dari Excel, reaksinya sama seperti kedua orang tuanya. Itu tandanya Elyana tidak pulang ke kapung halaman orang tuanya.
Excel menghela nafas dalam, dia sangat frustasi, ke mana Elyana perginya? Sementara nomer Hp nya saja tidak bisa ia hubungi.
"Ya Tuhan ke mana Elyana? Di mana dia kini tinggal? Aku harus cari tahu pada teman-temannya. Tapi, selama ini Elyana tidak pernah bahkan jarang pergi keluar rumah. Mungkinkah dia punya teman? Akhhhh, ke mana aku harus mencari tahu Elyana?" kesalnya sembari membanting setir saking frustasinya.
***
Sehari dua hari sampai seminggu, Elyana kini sudah menjalani hidup sederhana di rumah kontrakan petak yang luasnya hanya 5x4 meter. Tapi, baginya luas dan nyaman. Hanya tinggal berdua dengan Nada.
Akan tetapi, seminggu yang ia lewati bukanlah hal yang mudah. Dari mulai Nada rewel, nangis tiap malam, yang tentu saja yang dia sebut adalah papanya. Nada hanya biasa menghiburnya dengan memeluk dalam diam sembari mengusap bahunya, sampai Nada tertidur saking lelahnya merengek dan menangis karena rindu papanya.
"Hiks, hiks." Tangisnya pecah kembali, menyaksikan sang anak begitu rindu dengan papanya. Elyana sungguh merasa berdosa, karena memisahkan Nada dengan papanya.
"Maafkan mama, Nak. Mama bukannya jahat padamu, tapi mama sadar diri karena mama tidak ada artinya untuk papa kamu. Nada yang sabar, ya. Tolong bantu mama, Nada jadi anak yang baik dan patuh sama mama," bisiknya menatap wajah sang ana yang kini terlelap dalam tidurnya. Sesekali sedu-sedan dari bocah kecil itu terdengar.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menyerah dan mengembalikan Nada sama papanya? Tidakkkk, itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan pernah memberikan Nada sama papanya si bajingan itu. Tidakkk," bisiknya penuh emosi.
***
Seminggu lebih telah berlalu, tiba-tiba Yeri menghubungi, dia memberitahukan bahwa dirinya telah kedatangan Excel yang mencari Elyana. Sebisanya Yeri menyangkal kalau ia tahu di mana keberadaan Elyana.
"Suami kamu, tahu aku dari Bi Ocoh. Mungkin Bi Ocoh diinterogasi oleh suamimu dan menanyakan siapa-siapa saja teman-teman kamu yang pernah datang ke rumah. Kamu sebaiknya hati-hati dulu, El. Jangan, keluar dari lingkungan rumah kontrakan ayah aku. Sepertinya orang-orang suruhan suami kamu, sedang disebar untuk mencari kamu," kabar Yeri.
Elyana tersentak mendapat kabar mengejutkan itu, dia benar-benar bingung kini. Mana susu formula Nada habis, niatnya tadi akan pergi ke swalayan di pinggir jalan besar itu untuk membeli susu formula.
"Apa yang harus aku lakukan, sementara susu Nada habis?" bingungnya sangat buntu.
"Mama, cucu," pinta Nada dengan wajah memelas. Elyana meraih dot susu Nada, lalu membuat air tajin dari gula merah lalu diberikan pada Nada. Sayangnya, Nada justru tidak mau minum. Dia kembali merengek dan menangis.
"Ya ampun, bagaimana ini? Haruskah aku pergi dan membeli susu ke swalayan itu? Di warung terdekat tidak ada susu formula yang diminum Nada, kalau susu kaleng, Nada tidak cocok, dia justru mencret."
"Mamaaaa." Nada kembali menjerit. Terpaksa, Elyana membawa Nada pergi ke swalayan untuk membeli susu formula. Dengan hati yang dilanda was-was, Elyana akhirnya ke swalayan sembari melihat kiri dan kanan bak maling. Tiba di swalayan, Nada segera membeli susu formula dan beberapa cemilan, setelah itu dia buru-buru membayar dan pergi dari swalayan itu secepatnya.
"Tunggu," tahan seseorang menghentikan Elyana yang akan melangkah menuju jalan ke arah kontrakannya.
Bersambung,
Kira-kira siapa yang menahan Elyana itu? Nantikan episode berikutnya, besok. Jangan lupa dukungannya ya, terimakasih. 🥰🥰🥰🥰