Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota metropolitan, adalah seorang pemuda yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bullying. Setiap hari di kampusnya, ia menjadi sasaran ejekan teman-teman sekampusnya, terutama karena penampilannya yang sederhana dan latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Namun, segalanya berubah ketika sebuah insiden tragis hampir merenggut nyawanya. Dikeroyok oleh seorang mahasiswa kaya yang cemburu pada kedekatannya dengan seorang gadis cantik, Calvin Alfarizi Pratama terpaksa menghadapi kegelapan yang mengancam hidupnya. Dalam keadaan putus asa, Calvin menerima tawaran misterius dari sebuah sistem Cashback yang memberinya kekuatan untuk mengubah hidupnya. Sistem ini memiliki berbagai level, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, di mana setiap level memberikan Calvin kemampuan dan kekayaan yang semakin besar. Apakah Calvin akan membalas Dendam pada mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayya story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentosa Corporation Bangkrut
Calvin bertanya pada sistem apakah sistem bisa membantu Calvin mengungkap kebenaran kepublik tentang sabotase Sentosa corporation.
"Sistem apakah kau bisa membantuku memberikan Bukti kejahatan Sentosa Corporation yang telah menya otase bisnis ku,dan kebakaran gudang ku?"
[Ding! Tentu tuan,semua bukti Telah berada di dalam laci meja kerja tuan"
Calvin membuka laci meja dengan ekspresi dingin. Di dalamnya, terdapat sebuah flash drive berwarna hitam dengan logo khas sistem yang hanya bisa dilihat olehnya. Dia mengambilnya, lalu segera memasukkannya ke dalam laptopnya.
Ketika file terbuka, matanya menyipit. Video pertama menampilkan rekaman di sebuah ruangan gelap dengan pencahayaan remang-remang. Harsono Sentosa duduk di kursi utama dengan beberapa orang di sekelilingnya. Salah satunya adalah Aron, eksekutor bayaran yang telah menyabotase bisnis Calvin.
"Pastikan itu terlihat seperti kecelakaan. Kita tidak bisa membiarkan Alfarizi Group berkembang lebih jauh."
Aron mengangguk sambil tersenyum dingin.
"Tenang saja, Pak Harsono. Saya sudah menyiapkan orang-orang yang akan membakar gudang mereka malam ini. Kita juga akan membuat seolah-olah penyebabnya adalah korsleting listrik."
Seorang eksekutif lain menambahkan, "Saya juga sudah mengatur agar laporan investigasi dari dinas pemadam kebakaran menunjukkan bahwa ini adalah kecelakaan biasa. Tidak akan ada yang curiga."
Harsono menyeringai.
"Bagus. Aku ingin Calvin Alfarizi melihat apa yang terjadi ketika dia menantangku. Ini baru peringatan. Jika dia masih berani melawan, kita akan membuatnya benar-benar hancur."
Calvin mengepalkan tangannya. Amarah membakar dalam dirinya, tetapi dia segera menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya. Ini bukan saatnya bertindak gegabah. Dia memiliki bukti kuat, dan itu bisa digunakan untuk menyerang balik.
Dia segera memanggil Lara dan Aldo ke ruangannya. Ketika mereka melihat video itu, ekspresi mereka berubah drastis.
Lara menutup mulutnya, terkejut. "Astaga… Mereka benar-benar melakukannya. Aku tahu mereka licik, tapi ini sudah keterlaluan!"
Aldo menggeleng-gelengkan kepala.
"Ini bukti yang kita butuhkan, Bos. Jika ini tersebar, reputasi Sentosa Corporation akan hancur. Harsono bisa kehilangan kepercayaan dari investor dan bahkan menghadapi tuntutan hukum serius."
Calvin tersenyum tipis.
"Kita tidak akan gegabah menyebarkan ini sekarang. Kita mainkan ini dengan cermat."
Dia berbalik, berjalan ke jendela kantornya, menatap langit malam yang gelap.
"Harsono, kau pikir aku hanyalah anak muda tanpa pengalaman? Kau sudah memilih lawan yang salah."
"Lara, kita siapkan media. Tapi jangan langsung menyerang mereka," kata Calvin.
"Sebarkan isu tentang adanya sabotase bisnis di kota ini. Buat publik curiga bahwa ada permainan kotor di dunia bisnis."
Lara mengangguk penuh semangat.
"Aku bisa menghubungi beberapa jurnalis dan influencer yang kita miliki. Kita buat ini menjadi berita besar, tapi tanpa menyebut nama Harsono dulu. Biarkan mereka meraba-raba dan merasa terancam."
"Aldo, kita butuh pengacara terbaik. Kita tidak hanya akan menyerang Sentosa Corporation, tapi juga memastikan bahwa mereka tidak bisa melawan balik," kata Calvin.
Aldo tersenyum tajam. "Kita bisa membawa ini ke kejaksaan. Jika kita bisa menekan beberapa pihak dalam pemerintahan, Harsono tidak akan punya jalan keluar."
"Kita buat mereka berpikir bahwa kita akan menyerang dengan satu cara, lalu menyerang dari arah lain," kata Calvin. "Kita beri mereka jebakan."
"Maksudmu?" tanya Aldo.
Calvin tersenyum dingin.
"Sebarkan informasi palsu bahwa kita akan membawa kasus ini ke polisi secepatnya. Harsono pasti akan berusaha menghancurkan bukti lain yang bisa memberatkannya. Saat dia sibuk menutupi jejaknya, kita akan menjatuhkan pukulan terakhir."
Lara dan Aldo saling bertukar pandang sebelum akhirnya mengangguk.
"Baik, Bos. Kita akan jalankan rencana ini," kata Aldo.
Lara menambahkan, "Aku akan memastikan semua media siap saat kita memberi pukulan terakhir."
Calvin duduk kembali di kursinya, mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. "Sekarang, kita lihat bagaimana Harsono bereaksi."
Di Kantor Sentosa Corporation.
Harsono Sentosa duduk di kantornya, membaca berita terbaru di layar tablet. Wajahnya mengernyit saat melihat banyak media mulai memberitakan isu sabotase bisnis yang terjadi di kota.
Dia menoleh ke Aron.
"Kau yakin semua bukti sudah dihancurkan?"
Aron mengangguk.
"Tentu saja Pak, Tidak akan ada yang bisa mengaitkan kita dengan kebakaran gudang itu."
Namun, seorang eksekutif lain tampak cemas. "Pak Harsono… Ada desas-desus bahwa Alfarizi Group memiliki rekaman bukti tentang kejadian itu."
Harsono mendengus. "Bodoh! Itu hanya taktik mereka untuk menekan kita."
Tapi jauh di dalam hatinya, untuk pertama kalinya, dia merasakan sesuatu yang asing yaitu rasa keraguan.
Di sisi lain, Calvin duduk di kantornya, menonton bagaimana perang ini berkembang.
Dia tersenyum dingin.
---
Calvin menyilangkan tangan, matanya berkilat tajam. Dia tahu Harsono pasti mulai panik sekarang. Dengan strategi yang telah disusun, hanya tinggal menunggu waktu sebelum Sentosa Corporation runtuh.
"Baik, Lara, Aldo. Kita lanjutkan ke tahap berikutnya," kata Calvin dengan suara dingin.
"Ya, Bos!" jawab keduanya serempak.
Malam itu, berita tentang skandal bisnis semakin panas. Media-media besar mulai menayangkan laporan investigasi tentang adanya dugaan sabotase dan persaingan bisnis tidak sehat. Walau nama Sentosa Corporation belum disebutkan secara langsung, orang-orang mulai berspekulasi.
Di media sosial, tagar #SabotaseBisnis dan #SiapaDalangSebenarnya mulai trending. Para netizen berspekulasi bahwa ada perusahaan besar yang terlibat dalam sabotase dan pembakaran sebuah gudang perusahaan teknologi baru yang sedang berkembang pesat.
Banyak influencer dan jurnalis mulai melakukan investigasi mandiri. Beberapa bahkan sudah mendekati pegawai Sentosa Corporation untuk menggali informasi lebih lanjut.
Di kantornya, Harsono Sentosa membanting tablet ke meja dengan wajah merah padam.
"Sial! Siapa yang membocorkan ini?" bentaknya.
Aron dan beberapa eksekutif lainnya tampak tegang.
"Pak, kita Semua masih belum tahu," kata salah satu dari mereka. "Tapi yang jelas ini bukan berita yang muncul begitu saja. Seseorang pasti mengatur semuanya dengan sangat rapi."
Aron menggeram. "Ini pasti Calvin Alfarizi! Dia pasti punya bukti dan sedang mencoba membuat kita lengah!"
"Tapi darimana dia dapat bukti kalau memang itu Calvin?" Tanya seseorang Orang disana yang tidak percaya.
Harsono mengepalkan tangan.
"Kita harus bergerak cepat. Hancurkan semua dokumen dan rekaman yang bisa memberatkan kita! Aku tidak mau ada satu pun bukti yang tersisa!"
Namun, tepat saat mereka mulai bergerak, tiba-tiba ponsel Harsono bergetar.
Sebuah pesan masuk dari salah satu pengacaranya.
"Pak Harsono, kita punya masalah besar. Jaksa penuntut umum baru saja menerima laporan kasus dari tim investigasi khusus. Mereka memiliki bukti kuat tentang keterlibatan Sentosa Corporation dalam sabotase bisnis."
Wajah Harsono langsung memucat.
"Tidak… ini tidak mungkin…"
Sementara itu, di kantor Alfarizi Group, Calvin tersenyum puas saat melihat berita terbaru.
"BREAKING NEWS: SENTOSA CORPORATION TERLIBAT SKANDAL SABOTASE BISNIS, JAKSA MULAI INVESTIGASI!"
Berita itu tersebar luas di berbagai media. Video rekaman yang diperoleh Calvin telah dirilis secara anonim melalui jaringan investigasi independen. Dengan begitu, Sentosa Corporation tidak bisa menuduh Alfarizi Group sebagai dalang di balik bocornya informasi ini.
Investor mulai menarik dana mereka dari Sentosa Corporation. Saham perusahaan itu merosot drastis dalam satu malam. Kepercayaan publik runtuh.
"Bos, kita berhasil!" seru Lara dengan penuh semangat.
Aldo tertawa kecil. "Harsono pasti sedang panik sekarang."
Calvin hanya tersenyum tipis. "Ini baru Awal. Kita belum selesai."
Di hari berikutnya, Harsono mendapati dirinya dikelilingi oleh jurnalis yang mengerubungi kantornya.
"Pak Harsono, apakah benar Sentosa Corporation terlibat dalam sabotase bisnis?"
"Apakah benar gudang yang terbakar adalah akibat dari perintah Anda?"
"Bagaimana tanggapan Anda tentang investor yang menarik dana mereka dari perusahaan Anda?"
Harsono berusaha tetap tenang, tetapi wajahnya pucat.
"Saya tidak akan menjawab pertanyaan bodoh seperti itu!" bentaknya sambil berjalan cepat ke dalam gedung.
Namun, sesampainya di dalam, lebih banyak berita buruk menantinya.
"Pak Harsono," kata salah satu pengacaranya dengan wajah serius. "Jaksa baru saja mengajukan tuntutan resmi. Kita akan menghadapi penyelidikan besar. Jika terbukti bersalah, Anda bisa dikenakan hukuman pidana."
Harsono terdiam. Tangannya mengepal.
Dia tidak percaya. Dalam waktu kurang dari seminggu, kerajaan bisnis yang dibangunnya selama puluhan tahun mulai runtuh.
Beberapa hari kemudian, akibat tekanan hukum, skandal besar, dan hilangnya kepercayaan dari investor, Sentosa Corporation resmi mengajukan kebangkrutan.
Harsono Sentosa ditangkap untuk diinterogasi.
Para eksekutif Sentosa Corporation yang lain mulai meninggalkan perusahaan, beberapa dari mereka bahkan mengkhianati Harsono dan memberikan kesaksian kepada jaksa demi menyelamatkan diri.
Calvin menyaksikan semuanya dari kantornya dengan tatapan dingin.
"Akhirnya, satu lawan tumbang," gumamnya.
Lara dan Aldo tersenyum puas.
"Apa langkah kita selanjutnya, Bos?" tanya Aldo.
"Terimakasih sistem" ucap Calvin dalam hati