Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Fokus Takdir Masing-masing
Karena sama-sama bekerja di bagian divisi pemasaran, Mayang dan Elgar pun dipertemukan. Saat ingin melangkah, Mayang melirik ke arah Hana dengan sinis, dia yakin Hana tidak akan pernah mendapatkan yang lebih dari Heri, karena dibandingkan dengan dirinya, Hana tidak akan ada apa-apanya.
Saat pembahasan berlangsung, Mayang terus memperhatikan bagaimana cara Elgar menyampaikan pendapat. Bibirnya sedikit tertarik ke atas, sementara mata menatap penuh kagum. Namun, saat sadar bahwa Elgar tidak memiliki jabatan tinggi di perusahaan, dia langsung buang jauh-jauh kekaguman itu.
Karena dia butuh pria ber-uang juga masa depan yang jelas. Supaya kehidupannya tetap terjamin.
"Bagaimana menurut Anda, Bu Mayang?" tanya Elgar, yang belum tahu jika wanita di depannya adalah orang yang telah merebut suami Hana.
"Saya sangat setuju, ide kalian bagus. Jadi saya yakin produk kerja sama yang akan kita launching akan laris manis di pasaran," jawab Mayang sambil tersenyum. Dia sudah mencatat semua poin pentingnya, jadi setelah ini dia hanya perlu laporan untuk mengambil persetujuan perusahaan.
Setelah meeting itu selesai, Mayang tak langsung pulang ke perusahaannya. Dia justru pergi ke toilet karena melihat Hana yang menghilang dari meja resepsionis. Di sana Mayang samar-samar mendengar orang sedang muntah.
Begitu pintu toilet terbuka, Mayang melihat Hana dari pantulan cermin. Hana terkejut dan mereka saling bersitatap.
"Harusnya perusahaan lebih selektif dalam memilih karyawan. Orang penyakitan kok direkrut," sindir Mayang sambil cuci tangan dan membenahi rambutnya yang tergerai. Dia sama sekali tak curiga jika saat ini Hana sedang hamil.
Tak ada niat meladeni, Hana langsung berusaha untuk menghindar. Namun, Mayang malah mencekal pergelangan tangannya, dan Hana langsung menepisnya kasar sambil berkata. "Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!"
Mendengar itu tentu Mayang langsung mendelik. Dia maju satu langkah, membuat mereka hampir tak berjarak. Wanita itu menatap Hana dengan sengit.
"Kamu masih marah ya, Kak? Ingatlah, sekarang Kakak bukan siapa-siapa Kak Heri. Dan perlu Kakak tahu tangan yang Kakak sebut kotor ini adalah tangan yang selalu membelai tubuh mantan suamimu, bahkan saat kalian masih menikah," balas Mayang memanas-manasi, supaya Hana kembali merasakan sakit hati.
Akan tetapi apa yang diharapkan Mayang tidak terjadi, bukannya menangis ataupun terlihat sedih, Hana justru tersenyum miring.
"Kamu bangga? Itu sama sekali bukan pencapaian, karena selain kamu jalangg di luar sana pun bisa melakukannya. Atau kamu memang sejenis dengan mereka? Berhati-hatilah, karena orang yang didapat dari hasil merampas, biasanya akan dirampas lagi. Tapi kalian cocok sih, sampah dengan tempatnya!" timpal Hana dengan kalimat yang lebih menohok. Bahkan dalam sekejap wajah Mayang sudah merah padam.
"Kamu bicara seperti itu karena kamu tidak berhasil mempertahankan suamimu!" sentak Mayang tak mau kalah, tangannya mengepal karena menahan emosi yang mulai naik ke puncak ubun-ubun.
"Eits—kamu lihat kan bagaimana Heri tidak ingin berpisah denganku, tapi karena ibu mertuamu yang menyuruhnya dia menurut. Lagi-lagi aku perlu menasehatimu—asal kamu tahu, ibu mertuamu tidak sebaik yang kamu bayangkan. Sebentar lagi—aku yakin kamu akan merasakan perbedaannya," balas Hana dengan tatapan meledek, Mayang sampai tak bisa menahan diri hingga ingin menjambak rambut cepol Hana, tapi beruntung Hana langsung mencekalnya.
"Jangan harap kamu bisa kembali pada Kak Heri!" cetus Mayang dengan mata yang melotot tajam, sementara cuping hidungnya kembang kempis seperti kerbau yang hendak menerjang lawan.
"Tidak akan! Ambillah pria yang tidak punya pendirian itu, anggap aku sedang bersedekah karena tidak menyulitkan jalan kalian untuk bersama. Jadi, setelah ini tolong jangan ganggu hidupku lagi, fokuslah pada takdir masing-masing!" balas Hana dengan sungguh-sungguh. Setelahnya dia langsung menghempaskan tangan Mayang, karena sudah terlalu lama buang-buang waktu.
Hana melenggang tanpa bicara apapun lagi, sementara Mayang berdecih berkali-kali, karena tak bisa membalas Hana. Mereka tidak tahu kalau ada yang menguping sebagian pembicaraan mereka berdua.
*
*
*
Meditra Group memberikan jatah libur kepada karyawan selama dua hari yakni Sabtu dan Minggu sesuai ketentuan yang berlaku dari pemerintah. Untuk itu Hana menggunakan waktu senggangnya untuk pergi ke panti asuhan, awalnya dia sudah mengajak Rindy, tapi untuk seorang kasir supermarket sulit rasanya mengambil libur di hari-hari weekend. Jadilah Hana pergi sendiri.
Hana pergi ke tempat yang membesarkannya itu dengan menaiki ojek, dia membawa sedikit bingkisan untuk menyenangkan anak-anak yang ada di sana, juga ibu panti, yakni Ibu Rima.
Saat tiba Hana langsung disambut hangat, sampai membuatnya menangis, karena dari tempat inilah dirinya bisa tumbuh seperti ini.
"Gimana kabar kamu, Han?" tanya Ibu Rima setelah melepas pelukan.
"Seperti yang Ibu liat, Hana sehat," balas ibu hamil itu. Sementara bingkisan yang dia bawa sudah diserbu oleh anak-anak.
"Jangan berebut, Nak," seru Ibu Rima, yang akhirnya diambil alih oleh anak yang paling besar supaya dibagi dengan adil.
"Maaf ya, Bu, Hana cuma bisa ngasih seadanya," ujar Hana, karena saat ini dia belum gajian.
"Kenapa harus minta maaf? Segini saja Ibu bersyukur kamu masih ingat untuk datang," balas Ibu Rima sambil membelai rambut Hana, kemudian mengajak wanita itu untuk masuk.
Jujur saja Ibu Rima merasa penasaran dengan kehidupan rumah tangga Hana, karena setelah Heri menelpon, sementara Hana tak kunjung datang, dia jadi curiga kalau keduanya sedang ada masalah.
"Mau minum apa, Han?" tanya Ibu Rima.
"Nanti Hana ambil sendiri, Bu, lagian air putih juga cukup," jawab Hana, teringat dengan perkataan dokter untuk menghindari makanan dan minuman yang penuh dengan perisa.
Ibu Rima tersenyum, kemudian setelah mereka duduk berhadapan wanita paruh baya itu menyentuh punggung tangan Hana. Rasa penasarannya sudah tak terbendung.
"Han, beberapa hari yang lalu Heri telepon ke Ibu buat nanyain kamu," ujar Ibu Rima yang membuat mimik wajah Hana langsung berubah seketika.
"Nanya apa, Bu?" Hana berusaha terlihat santai, supaya Ibu Rima tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.
"Katanya hari itu kamu mau datang ke sini, dia mastiin kamu udah nyampe apa belum. Ibu jawab apa adanya, Han, karena Ibu mikir kamu masih di jalan. Tapi ternyata Ibu tahu, Heri bohong. Kalian ada masalah ya? Apa sudah diselesaikan?" tanya Ibu Rima berhati-hati, agar Hana tidak tersinggung.
Hana terdiam sejenak, kemudian membalas genggaman tangan wanita paruh baya itu. Dia perlu menjelaskan bahwa dia memang sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan pria itu.
"Bu, aku dan Heri memutuskan untuk bercerai. Jadi, kalau dia tanya-tanya tentang Hana, Ibu jawab saja tidak tahu. Hana ingin hidup tenang, Bu," papar Hana yang membuat Ibu Rima merasa terperangah. Hana sama sekali tak ingin bicara keburukan Heri, karena walau bagaimanapun pria itu pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya, pernah memberikan warna paling menarik, juga canda dan tawa.
"Bercerai?" ulang Ibu Rima masih dengan wajahnya yang terkejut.
Sementara Hana mengangguk sambil tersenyum lega, seakan dia telah berhasil melepas beban.
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅