NovelToon NovelToon
Hamil Setelah Diceraikan

Hamil Setelah Diceraikan

Status: tamat
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cerai / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:387.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: ntaamelia

Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.

Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.


"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.

"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.

Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?

Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia

salam anu 👑

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Menjadi Pahlawan

Rumah keluarga Hermawan.

Di saat semua orang pergi untuk menikmati weekend, Mayang yang baru saja bangun karena merasakan perutnya yang keroncongan. Dia melirik jam di atas nakas, waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, lantas dia bangkit dari ranjang dan mencuci wajahnya.

Setelah itu Mayang langsung pergi ke dapur untuk mencari makanan. Di meja sudah tersedia beberapa macam, tapi dingin karena sudah terlalu lama dibiarkan.

"Rumah kok keliatannya sepi banget, Kak Heri juga nggak izin kalo mau pergi," gumam Mayang sambil melirik sebuah note yang ditinggalkan Fitri—ART yang direkrut dari sebuah yayasan, bahwa dia sedang belanja ke pasar.

Karena terlalu malas untuk menghangatkan makanan, padahal dia tinggal pencet-pencet saja, akhirnya Mayang makan seadanya.

Di saat dia tengah menikmati sarapan, tiba-tiba ayah angkat sekaligus ayah mertuanya masuk ke dapur. Mayang langsung mengalihkan perhatian pada Papah Aris hingga pandangan mereka bertemu.

Kedua-duanya tak saling bicara, karena perhatian pria paruh baya itu justru tertarik pada pakaian minim nan tipis yang dikenakan oleh Mayang. Padahal seharusnya wanita itu mengenakannya di kamar saja.

"Kenapa, Pah?" tanya Mayang, memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Eu—May, kamu bisa buat kopi nggak?" tanya Papah Aris dengan satu alis terangkat.

"Bikin kopi?" ulang Mayang sambil menatap ke arah kompor. Menyalakan benda itu saja belum pernah, apalagi sampai membuat yang lain-lain. Akhirnya Mayang menggelengkan kepala. "Nggak bisa, Pah. Emangnya Mamah sama Kak Heri kemana sih? Aku bangun kok nggak ada siapa-siapa."

"Mereka pergi, Mamah katanya ada arisan, Heri nggak tahu kemana, dia nggak ada bilang sama Papah," jawab Papah Aris apa adanya. Dia melangkah masuk dan mengambil teko listrik yang biasa digunakan untuk memasak air.

Dia terpaksa membuat kopi sendiri karena tak bisa mengandalkan Mayang.

"Jadi di rumah cuma kita berdua?" ujar Mayang seraya melanjutkan makannya. Dia sama sekali tak memedulikan penampilannya yang mengundang bahaya.

Papah Aris terdiam sejenak, lalu membenarkan perkataan Mayang. Saat ini tak ada siapapun selain mereka berdua. Dan entah muncul darimana semua pikiran serta bayangan kotor di kepala pria paruh baya itu. Setelah Hana pergi, kini targetnya lain lagi. Tiba-tiba Papah Aris menyeringai tipis.

Setelah mencolokkan teko listrik, Papah Aris menarik kursi dan duduk tepat di sebelah Mayang. Pria itu menyentuh paha menantunya yang tak berpenghalang sambil berkata. "Baguslah, kalau ada Mamah atau Heri, kalian itu bertengkar terus. Papah jadi ikutan pusing."

Mayang sedikit tersentak juga merasa geleyar menggelikan karena area sensitifnya dipegang. Dia melirik ke arah tangan Papah Aris yang masih bertengger dan malah membuat gerakan mengepuk-ngepuk.

"Kamu tuh kenapa sih? Kok kelihatannya ada masalah terus?"

Mayang menghela nafas.

"Ya Kak Heri tuh suka beda pendapat sama aku. Dia pikir aku sama kali sama Hana yang gampang dibodohi dan iya-iya aja. Ditambah Mamah juga suka resek, aku makin kesel deh jadinya," jawab Mayang tanpa berusaha menghindar.

Papah Aris tampak manggut-manggut, seolah memahami posisi Mayang saat ini.

"Iya Heri tuh orangnya nurut sekali sama Mamah. Makanya kadang Papah juga bingung gimana cara bilangin dia. Tapi ya kalo kamu butuh teman curhat, kamu boleh dateng ke Papah," balas Papah Aris, kini tangannya berpindah untuk mengusak kepala Mayang.

"Masalah apapun?" tanya Mayang yang merasa bahwa pria paruh baya ini berada di pihaknya.

"Iya termasuk tentang Mamah. Kalo Papah bisa bantu, ya Papah bantu," jawabnya dengan mimik sungguh-sungguh. Dia akan berusaha menjadi pahlawan untuk Mayang, supaya wanita itu terus datang kepadanya.

***

Saat malam hari pinggang dan kaki Hana mulai merasa pegal. Dia berusaha merebahkan diri, tapi waktu istirahatnya sering terganggu karena selalu ingin buang air kecil.

"Aw, pinggangku sakit sekali," keluhnya setelah kembali dari kamar mandi. Andai Hana masih memiliki pasangan, mungkin saat ini Hana sudah bisa bermanja-manja.

Namun, sekarang untuk sekedar berbagi cerita saja sulit. Siapa yang dengan suka rela mendengarkan ocehannya? Rindy? Wanita itu juga punya kesibukan, bahkan jam segini Rindy belum pulang.

"Hah." Hana langsung menggelengkan kepala untuk membuyarkan lamunannya. Memikirkan hal tersebut hanya membuat dirinya menjadi lemah. "Untuk apa aku berpikir seperti itu? Aku masih bisa melakukannya sendiri. Toh yang bayiku butuhkan hanya aku."

Karena perutnya belum terlalu besar, Hana masih bisa menjangkau kakinya. Dia melakukan pijatan kecil supaya lebih rileks. Juga pada pinggangnya yang sedari tadi terasa tak nyaman.

Inilah salah satu perjuangannya sebagai seorang single parent. Namun, dia tidak akan pernah menyesali keputusannya pisah dari Heri, jika dia masih ada di rumah itu, mungkin penderitaannya lebih dari ini.

"Aku harus jadi ibu yang bahagia, supaya anakku juga selalu happy. Baik-baik di dalam sana ya, Nak, Mamah akan usahakan apapun untuk kamu. Jadilah penguat Mamah," ucapnya sambil mengelus-elus perut. Kemudian dia kembali merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur.

***

Seperti sebuah ruang lingkup yang sangat kecil. Perusahaan tempat Heri bekerja juga berniat untuk melakukan kerja sama dengan Meditra Group, hingga hari ini pria itu ditunjuk sebagai perwakilan untuk bertemu dengan Pak Danu.

Heri menganggap bahwa ini adalah kesempatan emas untuknya supaya bisa mendapat bonus besar, andai kerja sama ini berhasil.

Sepakat bertemu di Meditra Group, Heri datang kesana bersama sekretarisnya. Namun, saat tiba dia malah dibuat tercengang. Langkah yang semula cepat langsung memelan otomatis, bahkan dadanya ikut bergemuruh saat melihat wanita yang dia ceraikan malam itu berdiri di balik meja resepsionis.

"Hana," gumamnya dengan perasaan campur aduk. Karena sudah hampir satu bulan mereka tidak bertemu, dia terus mencari tapi hasilnya selalu nihil. Dan ternyata Tuhan masih menakdirkan mereka.

Hana tak kalah shocknya saat melihat Heri yang terus menatap lekat, kemudian berjalan ke arahnya. Dia ingin menghindar, tapi saat ini dia sedang berjaga sendiri karena Vanya sedang ke toilet.

"Kamu di sini, Han?" tanya Heri melihat Hana yang tampak cantik dengan seragam dan make up itu. Namun, karena sedang bekerja Hana tak menanggapi pertanyaan pria itu, dia berusaha profesional dengan menetralkan perasaannya yang sama bergemuruh.

Bahkan rasanya ludah Hana tercekat di tengah tenggorokan.

"Selamat pagi, Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Hana dengan suara yang sedikit bergetar. Namun, kepalanya terlihat tegak, ingin menunjukkan bahwa hidupnya baik-baik saja tanpa seorang suami sekalipun.

Mendengar itu Heri tercengang. Apakah Hana benar-benar melupakannya secepat ini, padahal kenangan mereka sangat banyak.

"Han, bisa kita bicara sebentar?" tanya Heri belum menyerah. Vanya yang baru datang sampai bingung, karena sepertinya suasana di sana sedang tegang, dia menatap Hana dan Heri secara bergantian.

"Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya Vanya berusaha mencairkan.

Melihat Heri yang terus bergeming, sekretarisnya yang menjawab. "Kami ingin bertemu dengan Pak Danu Prawira. Sudah janjian di jam sepuluh."

Lalu wanita berambut ikal itu menepuk pelan lengan Heri, hingga pria itu langsung tersadar. Sementara Vanya menghubungi sekretaris Pak Danu untuk mengonfirmasinya. Ternyata benar sudah ada jadwal yang tertera untuk pertemuan tersebut, sehingga Heri dan sekretarisnya langsung diantar untuk naik ke atas.

Hana hanya diam saja dan tak sedikitpun melirik saat Heri melangkah pergi. Sementara pria itu masih berharap bisa bicara dengan mantan istrinya.

'Kehadirannya tidak akan berpengaruh apapun. Dan anakku—hanya anakku, dia tidak akan bisa mengakuinya!'

1
Surati
Bagus ceritanya 👍🙏🏻
Bahari Sandra Puspita
finally happy ending yeaayy!!!
keren banget mak ceritanya, selalu suka deh pokoknya..
ternyata sampai akhir, si mantan mertua gak ada tobat2nya ya..
padahal udah dikasih pembalasan yg luar biasa..
happily ever after for Elgar and Hana..
penantian cintamu gak sia2 ya El, akhirnya Hana ditakdirkan jadi milikmu walopun harus singgah dulu sama Heri..
pelajaran buat para laki2, jadi suami itu harus punya prinsip..
memang harus tetap berbakti pada ibu karena bagaimanapun jg ibu adalah pintu surganya..
tapi ya gak harus mengorbankan perasaan sang istri jg, karena laki2 yg terbaik adalah laki2 yg paling baik dg istrinya..
semua sudah diatur dg porsi yg pas..
tinggal menjalankan saja sesuai porsinya masing2..
jadi mertua jg harus tahu diri, gak boleh ikut campur rumah tangga anak2nya jika tidak diminta..

makasih mak buat ceritanya yg luar biasa..
semoga selalu diberikan kesehatan..
tetap semangat untuk berkarya dan semoga sukses selalu ya mak..
🙏🏻💪🏻😘🥰😍🤩💕💕💕
Ratu Anu👑: Kembali kasih kakak, thanks buat dukungannya ya💋💋💋
total 1 replies
💞DARRA💞💖
bagus
Juan Sastra
meski marah ,, harusnya ggak gebukin ortu juga kali thorr
Juan Sastra
entah benih siapa yg nyangkut,, heri kah ?
papahertua kah ??
atasan kah ??
Juan Sastra
kok gitu papanya heri,,bukannya mayang anak angkatnya ,, tapi aahh entahlah thorr
Juan Sastra
kayak dulu....???
udah sering dong,, jadi ggak ORI ,, wah hebat heri 👍.
Evi Nopianti
bagus banget Thor
Juan Sastra
good hana
Juan Sastra
nikmati aja mah,,
Juan Sastra
syukurin aja mah,,ggak apa apa kan mantu idaman
Juan Sastra
hana jgn byk omong,,sia sia,,,
buktikan jika kamu mampu,,
Juan Sastra
skak mat,, salah pilih suami
Juan Sastra
nyeri hatiku thorr,,, anak sama mamah sama buruknya,,, lebih baik bebas hana toh nasib siapa yg tahu ke depannya..
Yuni Hartati
Biasa
Rismawati Damhoeri
habis, satu lobang buat rame2 sih....
Rismawati Damhoeri
yah baguslah...
Alexandra Juliana
Ga dikasih bonchap nih Thor?
Alexandra Juliana
Maaf ya Her kamu sdh kehilangan hak kamu sbg ayah krn kamu telah menyia2kan ibunya. Anakmu akan memanggil pria lain Ayah..Nikmati kesendirianmu
Alexandra Juliana
Alhamdulillah bayi Hana laki2 jd dia g perlu bapaknya sbg wali klo nikah nanti..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!