NovelToon NovelToon
Menikahi Sepupuku

Menikahi Sepupuku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Cinta setelah menikah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

07

Hari yang ditunggu telah tiba, tepatnya pesta pernikahan Wira dan istri barunya. Setelah penatnya mengatur dekorasi dan sebagainya mereka pun menikmati hasil kerja mereka dengan duduk bersantai menikmati hidangan dan juga menyambut tamu.

Banyak sekali tamu yang datang ke pesta itu, Wira tiba dirumahnya yang telah dihiasi dengan dekorasi megah dan indah.

"Makasih Amira, ini semua pasti ide kamu kan?" Tanya Wira.

Amira hanya mengangguk seraya memakaikan jas kepada sang suami, padahal jauh didalam hatinya ia masih terluka.

"Semoga kamu bahagia selalu" ucap Amira dan Wira hanya tersenyum bahagia.

***

"Aduh ini kenapa altarnya berubah? Bukannya seharusnya ada di tengah-tengah ya?"

"Oh Bu Amira bilang altarnya lebih bagus kalau di dekat tangga Bu Zarina, jadi ketika pengantin wanita nya turun dari tangga langsung tiba di altar jadi dekat"

"Oh gitu, tapi seharusnya kan lebih bagus kena cahaya penerangan dari lampu gantung itu"

"Saya cuman ikutin perintah Bu Zarina" ucap tim dekorasi itu.

Disaat semua para tamu undangan tengah duduk dengan khidmat di tempat yang telah di khususkan, Jean berada di tempat yang jauh dari kerumunan. Ia hanya berdiri dengan pandangan kosong saat ayahnya berjalan di altar pernikahan, Jean lalu memandang kearah ibunya yang terlihat jauh dari jangkauan nya sedang berusaha menahan air mata agar tidak tumpah di hari bahagia itu. Jean lalu melihat ke altar saat MC memanggil istri ayahnya.

Seorang gadis berjalan dengan hati-hati menggunakan gaun pernikahan berwarna putih serta rambut hitam panjang nan tergerai. Mata Jean tak dapat berkedip sedikitpun saat melihat gadis itu.

Jean berjalan perlahan, mencoba mendekati panggung untuk melihat dengan lebih jelas gadis yang berjalan mendekati ayahnya.

Namun karena tempat itu sangat ramai dan suara musik yang kencang suara Jean tak sampai terdengar oleh gadis itu. Jean terus berusaha untuk lari mencapai altar namun saat itu tangannya ditarik oleh seseorang.

"Jangan Jean" itu suara ibunya.

Jean menoleh kebelakang dan melihat ibunya menarik lengannya.

"Apa yang mama lakuin? Itu Luna ma!!! Jean mulai emosi. Urat-urat lehernya mulai terlihat.

"Ikhlasin nak..." Ucap Amira lirih.

"Ikhlas? Jadi mama udah tau semuanya? Tapi gak ngasih tau aku?"

Jean berteriak memanggil nama Luna namun nihil, gadis itu tak mendengarnya.

Jean menarik lengannya kasar dan berusaha untuk lari ke depan namun bodyguard menghalangi nya.

"Minggir kalian semua" teriak Jean.

Gadis itu berjalan seraya membawa buket bunga, ia memandang wajah suaminya. Ketika mereka berhadapan, Luna mengetahui bahwa Jean tengah membuat keributan di belakang sana.

Mata mereka bertemu tatap, Jean masih berusaha untuk menyelip kerumunan namun para tamu tiba-tiba berdiri sehingga menghalangi nya untuk berjalan menuju altar.

Seolah ini sudah ketetapan dari Tuhan, sehingga ia tidak bisa menghalanginya.

Ia menatap wajah Luna, gadis yang sangat dicintainya, gadis yang selalu ia jaga kini telah resmi menjadi istri ayahnya sendiri.

Wira menangkup wajah istrinya, wajah mereka sangat dekat. Lalu mereka berciuman. Jean memejamkan matanya, hatinya terasa sangat sakit. Ia berbalik membelakangi ayah dan istrinya yang tengah memadu kasih di altar.

Terlebih lagi ketika MC mengatakan bahwa Anggasta junior akan segera lahir, Jean semakin terluka. Ia tidak sanggup melihat kedepan ia hanya berjongkok ditengah-tengah keramaian. Tak peduli dengan teriakan dan tepuk tangan dari tamu undangan.

Shan yang juga terkejut setelah melihat pemandangan didepan matanya itu berusaha mencari Jean, pasti pria itu sangat terkejut melebihi dirinya.

Ia menemukan Jean dan memeluknya.

Jean menumpahkan air matanya, Lidahnya terasa Kelu. Ia tidak mampu berkata apapun lagi.

Shan menepuk punggung Jean, dia membiarkan Jean memeluk dirinya erat dan menangis di pelukannya.

"Kita pergi dari sini ya" Shan membantu Jean berdiri.

Buket bunga yang dilempar oleh Luna diperebutkan oleh banyak orang sehingga bunga itu jatuh kehadapan Jean. Luna melihatnya dari kejauhan, sepertinya wanita itu sengaja melempar bunganya sangat jauh.

"Aku akan selalu nunggu kamu" ucapan Jean yang kini terputar di pikirannya. Pelukan hangat pria itu, sentuhan tangannya, tatapan matanya, Luna meneteskan air matanya.

"Kenapa sayang?" Tanya Wira.

"Ga apa-apa, aku cuman bahagia" jawab Luna.

Jean melihat kebawah, bunga itu jatuh di dekat kakinya. Namun seorang tamu di pesta itu segera mengambilnya dan menyisakan satu tangkai bunga yang terjatuh. Saat Jean hendak mengambil bunga itu, ia berubah pikiran lalu berdiri dan memijak bunga tersebut.

"Kita pergi dari sini ya?" Ajak Shan.

Namun Jean tak merespon, ia malah pergi duluan meninggalkan Shan.

"Lah malah gue yang ditinggal?"

Saat itu seorang waiter membawa dua nampan berisi minuman dan tidak sengaja menabrak Shan hingga gelas-gelas itu jatuh dan pecah.

"Aduh maaf kak, gak sengaja"

"Iyah gapapa" Shan melihat gaun nya yang basah, namun ia segera berjongkok untuk membantu waiter tersebut memungut pecahan beling di lantai.

"Kak gapapa kak, biar saya aja. Saya yang salah" ucap waiter itu.

"Gapapa kok, ini banyak banget. Harus cepat di bersihkan" ucap Shan.

"Gue mau pergi, tolong bilang sama mama ya" ucap Jean. Namun tidak ada respon dari Shan. Jean menoleh kesamping lalu kebelakang. Ia melihat Shan tengah berjongkok bersama seorang waiter membersihkan pecahan beling.

"Dasar ceroboh" gerutu Jean.

Pria itu berbalik dan menghampiri Shan, namun seseorang berteriak kearah mereka agar segera pergi karena lampu gantung besar berwarna gold yang berada diatas mereka tampaknya akan segera jatuh. Namun karena besarnya suara musik, mereka tidak dapat mendengar suara yang memanggil mereka.

"Tunggu bentar yah kak, aku mau ambil tempat sampah dulu" ujar waiter itu.

Shan terlihat mengangguk. Lampu gantung itu sudah tidak dapat mempertahankan posisinya sehingga dalam hitungan detik lampu itu akan jatuh mengenai Shan.

Shan merasa ada hal yang aneh, saat ia melihat ke atas lampu itu sudah berjarak dekat kearahnya.

Namun dengan sigap Jean melindungi Shan dengan punggungnya.

Dan alhasil lampu gantung yang besar itu jatuh mengenai punggung Jean.

Suara benda jatuh itu menjadi pusat perhatian. Dengan segera saja para tamu menjadi panik dan beberapa bodyguard dengan segera menyingkirkan lampu gantung tersebut.

Darah segar mengalir di pelipis Jean.

"Lo gapapa?" Tanya Jean.

"Lo bodoh banget sih? Mau jadi pahlawan?" Omel Shan.

Jean memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Ia bahkan tidak bisa mendengar Shan berkata apa-apa lagi. Pandangan nya buyar dan ia mulai kehilangan keseimbangan tubuhnya.

Semua orang di pesta itu juga terkejut melihat kejadian itu.

Jean kemudian mengambil serpihan kaca dari lampu gantung itu yang menempel di rambut Shan.

"Kenapa bisa jatuh lampunya?" Teriak salah satu bodyguard.

"Ini pasti kerjaan kalian yang gak becus kan?" Zarina menyalahkan tim dekorasi.

"Maaf nyonya, sebelumnya kami udah memeriksa dan lampunya baik-baik aja. Pasti ada yang sengaja melonggarkan bautnya"

Segera Wira berlari dari altar dan menerobos kerumunan untuk melihat keadaan putranya.

Jean segera dilarikan kerumah sakit dan telah mendapat pemeriksaan dari dokter.

"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya Wira.

"Lukanya cukup parah, bagian belakang kepalanya agak robek. Ini harus segera dijahit"

"Ini semua gara-gara Lo Shan!" Ucap Raniya.

"Kenapa gue?"

"Ih gak sadar diri banget, seharusnya lampu itu jatuh ngenain Lo bukan Jean"

"Oh atau jangan-jangan insiden lampu gantung yang jatuh itu ulah Lo ya?" Curiga Shan.

"Ih kok gue? Kurang kerjaan banget gue buat gituan"

"Udah lah kalian gak usah ribut" ucap Hanin.

Semua orang menunggu diluar, dokter segera menangani Jean di dalam ruangan.

Beberapa jam kemudian dokter keluar.

"Untuk saat ini sebaiknya jangan kunjungi Jean dulu, biarkan dia istirahat sebentar"

"Baik dokter" ucap Wira.

"Tapi aku mau lihat Jean mas, sebentar aja" Amira sangat khawatir.

"Kamu dengar apa kata dokter tadi kan? Jean harus istirahat" ucap Wira.

"Makasih banyak dokter" ucap Hanin.

"Kalau begitu saya permisi" dokter pun pergi.

"Sebaiknya biarin Jean istirahat dulu" ucap Hanin.

Amira yang duduk di kursi tidak merespon, ia hanya khawatir dengan kondisi putranya. Ia memegang tangan Jovan dan menangis.

"Jean baik-baik aja ma" ucap Jovan.

***

Malam harinya, Mereka kembali mendatangi rumah sakit. Jean sudah siuman namun badan nya masih sakit sehingga ia masih susah bergerak.

Amira masuk kedalam ruangan tersebut.

"Mama pasti habis nangis. Iyah kan?" Tanya Jean.

"Darahnya banyak banget, mama takut Jean"

"Ga ada yang perlu mama takutin, aku baik-baik aja" ucap Jean.

Seseorang mengetuk pintu kamar, ia lalu masuk dan menutup pintu kamar kemudian berlutut menyentuh kaki Amira.

"Saya minta maaf tante" ucap Luna lirih, ia menumpahkan air mata yang sudah sedari tadi ia tahan.

"Pergilah Luna" ucap Amira pelan.

"Saya mohon tolong maafkan saya, ini semua kesalahan saya" ucap Luna menahan suara tangisnya.

"Saya sudah memaafkan kamu, saya sudah ikhlas" ucap Amira.

"Ngapain Lo kesini?" Kesal Jean.

"Aku mau minta maaf"

"Gak perlu, mending Lo pergi. Makin sakit kepala gue liat muka Lo"

"Jean kamu gapapa kan?" Tanya Luna.

"Apa peduli Lo?"

Jean sama sekali tidak menatap wajah Luna yang menangis sesenggukan.

"Aku khawatir" ucap Luna menunduk.

Jean tertawa getir. "Khawatir? Gak usah munafik, pergi Lo dari sini!!!" Usir Jean.

"Jean aku mau kamu dengerin penjelasan aku dulu" Luna berusaha memegang tangan Jean tapi Jean menepisnya kasar.

"Luna sebaiknya kamu pergi" kata Amira.

"Tante saya mau ngomong sebentar sama Jean" ucap Luna yang masih berusaha menarik perhatian Jean.

"Gak perlu, Lo keluar sekarang juga!!" Usir Jean.

"Luna please" mohon Amira.

Luna berdiri, ia meremas roknya.

"Jean" panggil Luna dengan suara lirih.

"Oh ya gue lupa bilang, selamat ya atas pernikahan Lo dan selamat menikmati malam pengantin... Oh ya gue lupa, kalau kalian sudah menikah sebulan yang lalu. Pasti udah lewat yah?" Ucap Jean.

Saat itu juga pintu kamar dibuka oleh Wira.

"Sayang kamu ngapain disini?" Tanya Wira.

"Aku..."

Belum sempat Luna berbicara Jean memotongnya.

"Mama Luna khawatir sama aku katanya pah, gimana juga kan aku udah jadi anaknya Mama Luna" ucap Jean.

Wira merasa tersentuh dan mengusap punggung istrinya lembut.

"Terimakasih Luna, sudah menerima aku dan keluargaku. Menyayangi aku dan anak-anak ku" ucap Wira.

Luna hanya diam dan tersenyum getir.

"Ayo kita pulang" ajak Wira kepada Luna

"Kita gak nunggu..." Luna melirik Amira

"Gak masalah kalian pulanglah"

Mereka pun pergi meninggalkan kamar Jean.

"Sejak kapan mama tau?" Tanya Jean.

"Obatnya jangan lupa diminum" Amira mengalihkan topik.

"Dokter bilang beberapa hari ini kamu jangan ke kantor ataupun ke kampus dulu. Jangan sampai kecapekan" ucap Amira sembari meletakan obat diatas nakas.

"Itu bukan jawaban dari pertanyaan Jean ma, jangan mengalihkan pembicaraan"

"Kamu istirahat dulu, nanti kita bicara" Amira keluar dari kamar Jean.

Jean kesal dan melempar obat obatan yang diberikan ibunya ke sembarang arah.

Ia mengingat bagaimana Luna dipeluk, dan di sentuh oleh ayahnya saat di pesta. Meskipun tak melihat bagaimana mereka berciuman dengan mesra Jean sudah bisa membayangkannya dan rasanya sangat menyakitkan. Ia mengingat bagaimana dirinya sangat menghormati dan menghargai Luna sebagai seorang perempuan dengan tidak pernah menyentuhnya. Ia mengingat bagaimana saat pertama kali mereka berpelukan dan merasakan aroma tubuh Luna hang harum dan sangat melekat ditubuhnya.

Sekarang gadis itu tidak akan pernah ia rayu lagi, tidak akan pernah ia spam chat lagi, suara tawa dan senyum manis kekasih pujaan hatinya yang selalu ia bayangkan sebelum tidur kini akan menghiasi malam lelaki lain.

***

1
Nurul Fitria
Keren author semangat terus dalam berkarya 🌹❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Sasya
Seruuu banget Thor 😭😭 lanjut kan Thor 😭
audyasfiya
Author ada ajaa yaa idee lu Thor 😭😭
Lorenza82
Wahhh wahhh author the best 👍👍👍😭😭❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Rossa
Semangat author 👍👍👍❤️❤️❤️
Moon Syifaardila
Author sekali update langsung 20 bab 😭😭😭👍 mantap betullllllllk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!