Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petaka Ketika Mertua Datang
Usai sudah Wilda menunaikan salat isya. Di keheningan malam, ia bermunajat pada Allah SWT, memohon kemudahan dan kelancaran dalam proses perceraiannya dengan Arya. Hatinya masih dibalut kesedihan dan kekecewaan, namun ia berusaha untuk menerima takdir yang telah digariskan.
"Ya Allah, hamba memohon, berikanlah kemudahan dalam setiap urusan hamba. Jika perceraian ini adalah jalan yang terbaik bagi hamba, maka mudahkanlah segala urusannya. Kuatkanlah hati hamba untuk menerima segala ketetapan-Mu," doa Wilda dengan khusyuk.
Setelah selesai berdoa, Wilda beranjak dari tempat salatnya. Ia teringat akan ibunya yang sudah menunggunya. Wilda memang sudah berjanji akan membantu Nurjannah, ibunya, untuk membeli bahan-bahan di pasar. Nurjannah berencana untuk membuat nasi uduk dan gorengan untuk dijual keesokan harinya.
"Ibu sudah menungguiku," gumam Wilda. Ia segera mengganti pakaiannya dan bergegas keluar rumah.
Langit malam sudah semakin larut, namun pasar masih terlihat ramai. Para pedagang masih menjajakan dagangan mereka, meskipun tidak seramai di siang hari. Wilda dengan cekatan membantu Nurjannah memilih bahan-bahan yang dibutuhkan. Ia tahu betul apa saja yang diperlukan untuk membuat nasi uduk dan gorengan yang enak.
"Wilda, kamu memang anak yang sangat membantu. Ibu sangat berterima kasih padamu," puji Nurjannah.
Wilda tersenyum. "Ibu, ini sudah kewajiban Wilda untuk membantu Ibu. Ibu sudah merawat Wilda dari kecil hingga dewasa. Sekarang giliran Wilda yang membalas kebaikan Ibu," kata Wilda dengan tulus.
Sambil berbelanja, Wilda dan Nurjannah berbincang-bincang. Nurjannah bercerita tentang susahnya mencari nafkah di tengah kondisi ekonomi yang semakin sulit. Wilda mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tahu betul bagaimana perjuangan ibunya untuk menghidupi keluarga mereka.
"Ibu, Wilda janji akan berusaha yang terbaik untuk membantu Ibu. Wilda ingin Ibu tidak perlu lagi bersusah payah bekerja," kata Wilda dengan semangat.
Nurjannah terharu mendengar perkataan Wilda. Ia tahu, putrinya itu adalah anak yang sangat baik dan penyayang. Nurjannah percaya, Wilda akan selalu ada untuknya dalam keadaan apapun.
Setelah selesai berbelanja, Wilda dan Nurjannah kembali ke rumah. Mereka membawa belanjaan yang cukup banyak. Wilda kemudian membantu Nurjannah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi uduk dan gorengan. Ia tidak merasa lelah, meskipun hari sudah semakin malam. Baginya, kebahagiaan ibunya adalah yang utama.
"Wilda, kamu istirahat saja. Biar Ibu yang menyelesaikan semuanya," kata Nurjannah.
"Tidak apa-apa, Ibu. Wilda ingin membantu Ibu sampai selesai," jawab Wilda.
Nurjannah tersenyum. Ia tahu, Wilda memang anak yang sangat rajin dan suka membantu. Ia sangat bersyukur memiliki anak seperti Wilda.
Hingga larut malam, Wilda dan Nurjannah masih sibuk di dapur. Mereka bekerja sama dengan kompak untuk menyiapkan dagangan mereka. Wilda berharap, dagangan mereka besok laku keras, sehingga mereka bisa mendapatkan rezeki yang cukup.
****
Pagi itu, warung nasi uduk dan gorengan milik Nurjannah dan Wilda sudah ramai dikunjungi pelanggan. Aroma nasi uduk yang harum dan gorengan yang renyah menggugah selera siapa pun yang menciumnya. Wilda dengan cekatan melayani para pelanggan, senyum ramah selalu menghiasi wajahnya. Nurjannah juga tak kalah sibuk, ia menyiapkan nasi uduk dan gorengan di dapur. Di tengah keramaian, tiba-tiba datanglah Zulaikha, ibu Arya. Kedatangannya langsung menarik perhatian para pelanggan. Zulaikha berjalan dengan angkuh, wajahnya terlihat tidak ramah. Ia langsung menghampiri Wilda yang sedang melayani pelanggan.
"Wilda, saya ke sini mau bicara penting dengan kamu," kata Zulaikha dengan nada dingin.
Wilda sedikit terkejut melihat kedatangan ibu mertuanya. Ia tahu, Zulaikha tidak pernah menyukainya. "Ada apa, Bu?" jawab Wilda dengan sopan.
Zulaikha tidak mempedulikan kesopanan Wilda. Ia langsung berbicara dengan nada tinggi, "Kamu jangan memperlambat proses cerai dengan Arya. Semakin cepat kalian bercerai, semakin baik untuk kita semua."
Wilda terdiam mendengar perkataan Zulaikha. Ia merasa sakit hati dengan ucapan ibu mertuanya itu. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang.
"Bu, perceraian ini bukan kemauan saya. Andai mas Arya nggak selingkuh maka saya juga gak mau gugat cerai," jawab Wilda dengan suara lirih.
Zulaikha tertawa sinis. "Alah, jangan pura-pura tidak tahu. Kamu pasti sengaja mengulur-ulur waktu agar Arya tidak menceraikan kamu," tuduh Zulaikha.
Wilda menggelengkan kepala. Ia tidak habis pikir mengapa ibu mertuanya selalu menyalahkannya.
"Bu, saya tidak pernah berniat untuk memperlambat perceraian ini. Saya hanya ingin semuanya berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku," jelas Wilda.
Zulaikha tidak mau mendengarkan penjelasan Wilda. Ia terus saja menuduh Wilda yang tidak-tidak. Bahkan, Zulaikha dengan tega menyebut Wilda mandul di depan para pelanggan yang sedang makan di warung nasi uduk dan gorengan tersebut.
"Kamu itu mandul, Wilda! Tidak bisa memberikan keturunan untuk Arya. Pantas saja Arya ingin menceraikan kamu," kata Zulaikha dengan nada menghina.
Seketika, suasana di warung nasi uduk dan gorengan menjadi hening. Para pelanggan yang mendengar ucapan Zulaikha terkejut dan tidak percaya. Mereka tidak menyangka seorang ibu bisa berkata sekejam itu kepada menantunya sendiri. Wilda menahan air matanya yang hampir tumpah. Ia sangat malu dan sakit hati dengan perkataan Zulaikha. Namun, ia berusaha untuk tetap tegar.
"Bu, saya mohon, jangan berkata seperti itu di sini," kata Wilda dengan suara bergetar.
Zulaikha tidak mempedulikan permintaan Wilda. Ia terus saja menghina Wilda tanpa rasa bersalah. Setelah puas menghina Wilda, Zulaikha pergi dari warung nasi uduk dan gorengan dengan wajah puas. Wilda hanya bisa terdiam dan menahan air matanya. Ia tidak menyangka ibu mertuanya akan mempermalukannya di depan banyak orang. Hatinya hancur dan terluka.
****
Tanpa sepengetahuan Wilda, ternyata Mikael sudah berada di dalam mobilnya sejak tadi. Ia menyaksikan dengan jelas bagaimana Zulaikha mempermalukan Wilda di depan banyak orang. Mikael juga mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan oleh ibu mertua Wilda itu, termasuk kata-kata yang menyebut Wilda mandul dan akan bercerai dengan suaminya. Mikael tidak menyangka bahwa seorang ibu bisa berkata sekejam itu kepada menantunya sendiri. Ia merasa iba dan kasihan terhadap Wilda. Mikael semakin yakin bahwa Wilda adalah wanita yang baik dan kuat. Ketika Zulaikha berjalan melewati mobilnya, Mikael dengan cepat keluar dari mobil dan menghampiri wanita itu.
"Maaf, Bu," sapa Mikael dengan sopan. "Saya ingin bertanya, apa maksud Ibu mengatakan hal itu kepada Wilda tadi?"
Zulaikha yang sudah merasa puas karena berhasil mempermalukan Wilda, kini harus berhadapan dengan Mikael. Wanita tua itu menatap Mikael dengan tatapan sinis.
"Kamu tidak perlu ikut campur urusan keluarga saya," jawab Zulaikha dengan ketus.
Mikael tidak menyerah. Ia terus berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Wilda dan Arya.
"Saya hanya ingin tahu yang sebenarnya, Bu. Saya tidak ingin ada kesalahpahaman di sini," kata Mikael.
Zulaikha menghela napas kasar. Ia merasa kesal karena Mikael terus saja bertanya tentang Wilda.
"Sudahlah, Nak. Kamu tidak perlu repot-repot mengejar Wilda. Dia itu bukan wanita yang baik untukmu," kata Zulaikha dengan nada merendahkan.
Mikael mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti mengapa Zulaikha begitu membenci Wilda.
"Maksud Ibu?" tanya Mikael.
"Sudahlah, lupakan saja. Yang jelas, kamu jangan pernah berhubungan lagi dengan Wilda," kata Zulaikha sambil berlalu meninggalkan Mikael.
Mikael terdiam. Ia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara Wilda dan keluarganya. Namun, ia bertekad untuk mencari tahu semuanya. Ia ingin melindungi Wilda dari orang-orang yang ingin menyakitinya.