Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.
Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Silvia kembali ke ruangan Ambar setelah melihat Reynald pergi. Hatinya lega karena Reynald tidak lagi menanyai Kepala Perawat yang dulu pernah menangani Ambar.
"Bu, apa Ibu sudah bicara dengan Reynald? Apa kata Reynald?" tanya Silvia penasaran.
"Suamimu masih tetap pada keputusannya. Tapi, kamu jangan khawatir lambat laun Reynald akan berubah pikiran." Ambar menenangkan Silvia.
"Semoga saja, Bu. Jika tidak, aku takut anak ini tidak akan punya ayah." Silvia mengusap perutnya menunjukkan kesedihan yang mendalam.
"Huus, jangan bicara seperti itu. Anak itu adalah keturunan keluarga Hartawan, dia cucuku. Trah keluarga ini, jaga dia baik-baik." Ambar berharap Silvia bisa melewati semua ini dengan sabar dan tak gampang menyerah.
Silvia menggenggam tangan Ambar, disimpan di pipinya cukup lama.
"Aku beruntung punya Ibu, makasih karena selama ini Ibu selalu membelaku."
"Jangan bicara begitu, Ibu akan selalu ada untukmu."
***
Di rumah kedua.
Reynald menyilangkan kakinya menunggu istrinya yang tak kunjung datang dari kantor, dia sudah tidak sabaran ingin segera bertemu. Sesekali dia berdiri kemudian duduk kembali, hingga tak berselang lama terdengar suara gerbang terbuka dan mobil yang menjemput istrinya sudah tiba.
Pria arogan itu menyambut kedatangan Yasmin di depan pintu utama, begitu pintu mobil terbuka mata Reynald langsung melayangkan tatapan tajamnya pada sosok Sang Istri.
"Mas, katanya aku disuruh ke rumah sakit. Ko kamu ada di rumah? Aku baru mau ganti pakaian dulu habis itu ke sana." Yasmin terkejut melihat Reynald ada di rumah.
Bukannya menjawab, Reynald malah menarik Yasmin masuk.
"Nanti saja, lagian Elma baru akan kembali ke Jakarta besok. Aku sudah menjadwalkannya untukmu," jawab Reynald setelah keduanya berada di dalam kamar.
Reynald menatap lekat Yasmin.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil mengusap lembut perut Yasmin.
"Aku baik-baik saja, hanya pagi-pagi ada mual. Dan aku terus ingin makan, bawaannya lapar terus," jawabnya sambil terkekeh.
Reynald tersenyum lebar mendengar perkataan istrinya. Ada kehangatan yang membuatnya nyaman, apalagi dia akan menjadi calon ayah dari buah hati yang sedang di kandung Yasmin.
"Itu karena sekarang dalam rahimmu ada buah hati kita, kamu senang?"
"Tentu saja aku senang, Mas."
Reynald merangkul pinggang Yasmin, sudah hampir satu minggu lebih keduanya tidak memadu kasih dan dikecupnya bibir istrinya yang terbuka merekah.
Kecupan itu berubah jadi penuh nafsu dan menggairahkan. Reynald sudah tidak tahan lagi ingin merasai tubuh istrinya dalam penyatuan bergelora.
"Mas, pelan. Ada buah hati kita di dalam sini," bisik Yasmin sambil menunjuk perutnya.
Reynald menyeringai, senyumnya sangat menggoda dan nakal.
"Tentu saja aku akan pelan-pelan." Reynald menyatukan tubuhnya dalam penyatuan cinta mereka dan menenggelamkan dirinya ke dalam tubuh yang selalu jadi candu untuk dirinya.
***
Silvia terus mondar-mandir sedari tadi, menunggu suaminya kembali. Sudah beberapa jam sejak sore Reynald belum menampakkan batang hidungnya kembali.
"Dia sengaja beralasan pulang padahal untuk bertemu istrinya." Kesal Silvia pada Ambar.
"Nanti juga Reynald kembali lagi, tunggu saja."
"Tapi, Bu. Kapan mereka akan bercerai? Sedangkan hubungan mereka tambah hari kian mesra. Aku sudah tidak sabar, aku ingin Reynald juga memperlakukanku layaknya istrinya sendiri. Aku juga sedang hamil." Silvia mengeluarkan semua isi hatinya untuk menarik dukungan Ambar.
Akan sulit bagi Silvia menarik perhatian Reynald Suaminya tidak akan mudah dikelabui.
"Tunggulah sampai Ibu membaik, kita akan sama-sama membuat dia menyerah dan mau meninggalkan Reynald." Tatap Ambar pada Silvia.
'Kalau aku menunggu ibu, kapan dia akan menyerah? Aku harus bertindak sendiri!' batin Silvia.
Sementara di rumah kedua, Reynald sudah bersiap kembali ke rumah sakit. Dia membawakan makanan yang sengaja disiapkan Yasmin. Inginnya Yasmin menjenguk ke rumah sakit, berhubung Silvia ada di sana, Reynald menyuruhnya untuk menunggu saja di rumah. Pertemuan Yasmin dan Silvia akan membuat suasana menegang dan berujung perseteruan panas.
"Kamu mengerti kan?"
"Iya, Mas. Aku mengerti. Mungkin lain kali saja." Yasmin. tertunduk sedih.
Bukan hanya menghindari pertemuan Yasmin dan Silvia, Reynald juga menutupi sikap ibunya yang tiba-tiba berubah.
"Kalau begitu aku berangkat dulu, kamu baik-baik di sini," ujar suaminya sambil mengecup kening Yasmin.
Usai kepergian Reynald, Yasmin dikejutkan dengan kabar dari rumah sakit tempat ayahnya di rawat.
"Saya akan datang sekarang juga." Yasmin menutup sambungan teleponnya. Untuk sejenak dia mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu.
Dia hanya berganti pakaian dan langsung pergi tanpa mengabari Reynald. Pikirannya cukup kalut memikirkan kondisi ayahnya.
"Tapi, Bu. Anda tidak bisa pergi tanpa seizin Pak Reynald. Kami bisa-bisa dipecat jika tidak mematuhi perintah," ujar salah satu bodyguardnya.
"Saya sudah bicara dengan pak Reynald. Dan beliau mengizinkannya," ucap Yasmin berbohong.
Para bodyguard Yasmin saling bertatapan satu sama lain, ragu antara percaya dan tidak.
"Baiklah, Bu. Anda boleh pergi, dengan syarat kami akan mengikuti mobil anda sesuai protokol keamanan."
Inginnya Yasmin mengeluh, dia bukan pejabat atau orang penting dan tidak harus mendapatkan pengawalan ketat.
"Baiklah," ucapnya lemah.
Sesekali Yasmin menghubungi ibunya, perasaan sesal baru dia rasakan. Sudah agak lama dia tidak menengok ayahnya di rumah sakit semenjak menikah. Hanya mengikuti perkembangan lewat sambungan telepon dari Sang Ibu.
Setibanya di rumah sakit, Yasmin melirik pada mobil yang mengikutinya sedari tadi.
"Pak, tolong sampaikan pada mereka. Tidak usah mengikuti saya sampai ke atas. Karena akan mengundang perhatian orang lain," pinta Yasmin pada sopirnya.
"Baik, Bu," jawabnya.
Yasmin mengangguk pelan, kemudian dia keluar dari mobil menuju ruangan di mana ayahandanya di rawat.
Langkah kakinya terhenti ketika melihat ibunya meraung di depan ruangan ayahnya.
"Bu." Suara Yasmin tercekat.
Ibu menengok ke arah Yasmin yang sudah berdiri di belakangnya.
"Yasmin." Ibu menghambur memeluk Yasmin.
"Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menangis? Ayah.. Ayah bagaimana?" Yasminikut bersedih dengan pelupuk matanya sudah basah.
"Ayahmu, ayahmu sempat sadar. Tapi, kondisinya kembali drop. Dokter memperkirakan kemungkinan sangat kecil sekali untuk diselamatkan." Ibu menangis di pelukan Yasmin.
"Benarkah? Apa yang menyebabkan ayah seperti itu?"
"Ibu juga tidak tahu, dokter sedang memeriksanya lebih lanjut."
Yasmin menatap sedih ruang perawatan ayahnya yang tertutup rapat. Andaikan segala kemungkinan buruk terjadi, Yasmin akan sangat menyesal sekali telah melewatkan waktu terakhir bersama Sang Ayah.
"Bu, kita duduk sambil menunggu dokter ya." Yasmin menghela ibu ke kursi tunggu di depan ruang perawatan.
"Bu, maafkan Yasmin karena baru datang. Ada sesuatu yang membuat mas Reynald menyuruhku untuk tetap di rumah. Tadinya aku berencana menemani Ibu di akhir minggu ini, sekalian ada yang mau aku sampaikan sama Ibu," papar Yasmin sambil bersimpuh dengan kedua tangan menggenggam tangan Sang Ibu.
"Ada apa, Nak? Apa ada masalah antara kamu dan pak Reynald?" tanya Ibu cemas.
'Aku tidak akan memberitahukan tentang bu Silvia, aku tidak mau membuat pikiran ibu bertambah berat."
"Bu, aku saat ini sedang hamil," ungkap Yasmin.
Kedua mata Ibu menatap haru Yasmin. Diraupnya wajah Yasmin ditatapnya kedua manik mata Yasmin bergantian. Seakan tak percaya atas apa yang disampaikan puterinya.
"Kamu hamil, Nak?" tanya Ibu tak percaya.
"Iya, Bu... Aku hamil."
***
"Jadi dia ada di rumah sakit tempat ayahnya dirawat? Baguslah, kerjamu memuaskan!" Senyum Silvia mengembang, dia segera keluar dari ruangan Ambar.
Silvia harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.
"Aku akan melenyapkanmu, Jalang!"
***
BERSAMBUNG..
aku takut ni jebakan ...
jgn smpai kmu mnyesal.
dan taruhannya rumah tanggamu bersama Renata....
smga aja mama mu kena serangan betulan ... krna tau sifat Silvia seperti apa..
jgn ya Rey....baca dlu isi surat nya .kli aja jebakan bedmen ... hahahhah
Lanjut Thor.... jangan kelamaan dong up nya biar gak keburu lupa ceritanya, ok lanjut dan tetap semangat upnya 💪💪💪💪😘😘😘😘🤩🤩🤩🤩😍😍😍🥰🥰🥰🥰