Monica Harvey memiliki berat badan hampir 100 kg karena kebiasaan makannya yang tidak teratur, dia tak peduli meski dia sering di bandingkan dengan sang kakak Alexa yang mempunyai body yang sekssiii dan berwajah cantik.
"Mo, jika kau gendut tidak akan ada yang mau menikah denganmu"
"Maka aku tidak akan menikah.." namun seolah dunia mengejeknya belum genap 24 jam dia bicara, Monica harus menerima pernikahan yang tidak di inginkannya.
Marvin Alfaro terpaksa menikah dengan gadis gendut pilihan kakeknya sebelum sang kakek meninggal dunia , lalu memilih mengabaikannya setelah menikah, dengan dirinya yang tinggal di kota berbeda, namun betapa terkejutnya tiga tahun kemudian dia melihat sebuah dokumen perceraian dari istrinya yang hampir dia lupa keberadaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga..?
"Pertama, hapus vidio ku di ponselmu"
"Kedua, kita tidak akan tinggal di kamar yang sama, sebelum aku memutuskan akan menerimamu kembali, tidak ada sekz tidak ada ikut campur urusan masing- masing, aku tidak mau kau mengekangku tentang apa yang aku lakukan, tugasmu hanya membuktikan padaku jika kau benar- benar menyukaiku, selain dari itu semuanya bukan urusanmu!"
.
.
.
Marvin sedang meremas rambutnya dengan menunduk lesu di ruang kerja, di depannya ada David yang duduk memperhatikan tuannya.
"Jika tidak tidur di kamar yang sama, dan tidak menghabiskan waktu bersama, bagaimana caraku lebih dekat dengannya dan meluluhkannya.." Marvin mengeram kesal, sedangkan David tengah berfikir bagaimana cara tuannya lebih dekat dengan nyonya Monica.
Saat mendengar tuannya akan mempertahankan pernikahan tentu saja dia sangat senang, dan berharap tuan dan nyonyanya bisa saling mencintai nantinya.
David tahu tuannya belum sepenuhnya yakin dengan perasaannya, dan melakukannya hanya demi harta keluarganya, namun adalah sebuah kemajuan jika tuannya ingin mencoba, dan sepertinya kejadian di gudang anggur terakhir kali cukup membekas di kepala tuannya hingga tuannya memilih mempertahankan pernikahan mereka.
Biarlah semua proses terjadi, dan semoga saja tuannya bisa merasakan cinta dan kebahagiaan sebenarnya dengan nyonya Monica, dan semoga dalam tiga bulan tuannya bisa berubah.
"Pertama jika kau ingin meluluhkan wanita, cari tahu apa kesukaannya, dan hobinya.."
"Pahami perasaannya dan mengerti dia dari dalam.."
"Lalu apa kesukaannya?" Marvin bertopang dagu, dan menatap David.
David menghela nafasnya "Nyonya suka bunga, hanya itu yang aku tahu.. untuk selanjutnya anda harus mencari tahunya sendiri." Marvin mengangguk, lalu beranjak dari duduknya, dan menghubungi seseorang.
Marvin menyeringai saat merasa dia akan meluluhkan Monica dengan mudah, tentu saja dia harus segera memulai kesempatannya agar tidak menyiakan waktu, dan dalam waktu kurang dari tiga bulan akan dia buat Monica jatuh cinta.
Seorang pelayan mengetuk pintu dan mengatakan bahwa makan siang telah siap, Marvin pun bergegas di ikuti David pergi ke ruang makan.
"Dimana istriku?" Marvin bertanya pada Lucy yang sedang berdiri di dekat meja makan, Marvin tersenyum saat mengucapkannya Marvin merasa ada getaran di hatinya, sedikit bahagia saat kata istri terucap, apa ini yang seharusnya dia lakukan sejak dulu..? dan kenapa rasanya sebahagia ini.
"Nyonya sedang berada di taman belakang tuan, sebentar lagi beliau akan datang.." Lucy menjawab pertanyaan Marvin, dan Marvin mengangguk tanda mengerti.
Tak berapa lama Monica benar- benar datang dari arah belakang rumah dan Marvin segera bangun dari duduknya dengan tersenyum "Apa yang kau lakukan di belakang rumah? duduklah kita akan makan"
Monica merasa aneh saat Marvin tersenyum lalu menarik kursi untuknya, tanpa kata Monica segera duduk dan melihat Lucy.
"Kamu tidak duduk Lucy?" Lucy mendongak dan menggeleng kecil "Kenapa?"
"Maafkan aku Nyonya kami akan makan di dapur.." Monica mengeryit, mereka terbiasa makan bersama, bahkan bersama para pelayan yang lainnya.
"Kamu tidak suka makan denganku?" Monica teringat lalu menoleh ke arah Marvin dan David yang juga ada di meja makan, sedang menatapnya heran, sekarang dia mengerti kenapa Lucy tidak bisa makan dengannya.
"Tidak masalah bukan jika Lucy ikut makan dengan kita?" Marvin menatap datar Lucy yang menunduk, lalu tersenyum pada Monica.
"Tentu.." Monica tersenyum lalu menarik Lucy agar duduk di kursi di sebelahnya.
Marvin memperhatikan interaksi antara Monica dan Lucy, yang begitu akrab dan Monica yang tersenyum tulus, lalu di sebelahnya David berbisik.. "Tuan, Nyonya tidak membuat status diantara mereka, beliau bahkan mengajak Lucy untuk menghadiri wisuda kelulusannya."
Marvin tertegun, benar selama ini dia tidak pernah tahu apa saja yang dilakukan Monica, Monica yang sebatang kara pasti kesepian, ah.. ternyata benar dia seorang suami yang brengsek.. Dia hidup seolah tidak memiliki istri di luar kota, sedangkan mungkin Monica menunggunya disini.
"Apa yang kau fikirkan?" Marvin tersenyum lalu menggeleng. "Cepatlah makan" Monica menyiapkan piring mengisi nya dengan menu makan siang dan menyimpannya di depan Marvin.
Lagi- lagi Marvin di buat tertegun dengan perlakuan Monica, meski sudah lama dia mengabaikannya, namun Monica masih melayaninya saat dia datang
"Jika tidak ingin makan sebaiknya jangan memaksakan diri!" Monica mencibir saat Marvin masih menunduk menatap makanan yang tadi di siapkan Monica.
"Aku akan makan.." Marvin mulai makan namun tatapannya tak lepas dari Monica yang duduk di sebelahnya, sedangkan Monica lebih banyak berbicara dengan Lucy.
Ponsel Marvin berdering dan Marvin segera mengangkatnya "Kau sudah datang? baiklah aku akan ke sana" Monica melihat Marvin yang segera berdiri dan pergi setelah menerima panggilan, Monica mengedikkan bahu acuh lalu kembali makan.
Beberapa saat kemudian Marvin sudah kembali dengan seikat bunga mawar di tangannya, dan membuat Monica mengeryit saat Marvin menghampirinya lalu memberikan bunga itu kepadanya "Untukmu, aku dengar kau suka bunga.." Monica tertegun sesaat lalu tangannya terulur untuk mengambilnya "Mulai sekarang apapun yang kau inginkan katakan saja padaku, aku akan mengabulkannya."
Monica tersenyum.. "Kau menyukainya bukan?" melihat Monica tersenyum membuat Marvin memilliki keyakinan bahwa akan mudah meluluhkan wanita pencinta bunga ini.
Disekitar mereka pelayan melihat dengan tersenyum mereka pasti mengagumi apa yang dilakukan Marvin, memberi bunga bukankah salah satu hal yang romantis yang biasa di lakukan seorang kekasih.
"Ya, terimakasih.." tepat saat itu beberapa pelayan muncul dari arah belakang rumah dan membawa beberapa keranjang bunga mawar.. "Nyonya dimana kami menyimpan ini?"
Semua orang di sana menoleh dan mendadak hening saat melihat bunga mawar yang sama persis seperti yang di belikan oleh Marvin juga ada di keranjang pelayan.
Monica tersenyum "Simpan itu di meja, aku akan merangkainya lebih dulu.."
Pelayan yang sejak tadi di tatap oleh semua orang segera mengangguk dan pergi dari sana.
Marvin meneguk ludahnya dan melihat Monica yang masih tersenyum ke arahnya, namun kali ini senyumnya dengan seringaian puas "Terimakasih bunganya tuan Marvin, tapi aku tersinggung kau membelinya dari luar sedangkan aku menanamnya di belakang rumah, lain kali jika kau ingin memberikannya pada kekasih mu cukup beri tahu aku, ya!. aku akan buat rangakaian yang indah untukmu.."
Marvin mengerjapkan matanya, saat Monica pergi, dia masih mematung dengan tatapan tak percaya, Marvin bahkan masih melihat punggung Monica yang pergi begitu saja dengan tenang setelah membuat dirinya malu di depan pelayan.
Sedangkan di belakangnya David hanya mampu menepuk dahi, atas kebodohan tuannya.
Like..
Komen..
Vote..