I Love You, Mba!
"I love you, mba!"
Pupil mata Shazia melebar kala tak sengaja bertemu dengan seorang pria muda berpenampilan persis seperti preman pasar. Berambut gondrong, sedikit berkumis dan berjambang, bertindik, memakai jeans robek di kedua lutut, tiba-tiba melontarkan kata-kata nyeleneh tersebut padanya.
Pria tersebut senyam senyum entah apa maksud nya. Terlihat keren kagak, ngeselin iya.
Shazia tak mengenalnya, tapi pria tersebut berkeliaran disekitaran dekat rumah Emran, kekasih nya. Siapa dia? kakak Emran kah? adiknya kah? sepupunya kah? tapi jika dilihat dari penampilan dan sikapnya, pria tersebut sama sekali seperti bukan bagian dari keluarga alim dan paham agama seperti Emran.
Belum sempat Shazia menegur sikap anehnya, pria tersebut langsung pergi. Tapi pria tersebut menoleh dan mengedipkan mata pada Shazia disela langkahnya.
Mata Shazia sontak membola, dan segera berpaling sambil menggerutu kesal.
"Ish, dasar orang aneh."
"Shazia !"
Shazia terkejut mendengar suara Emran. Ia segera mengalihkan tatapannya ke arah kedatangan Emran, lalu menghela nafas lega setelah melihat sosoknya.
Tapi Shazia merasa ada yang aneh. Kenapa Emran datangnya dari arah lain bukan dari arah rumahnya?
"Maaf ya, Sha. Kamu harus menunggu agak lama," ucap Emran lembut setelah mendekat dengan Shazia." Tadi aku beli ini dulu di toko yang ada di sana." Emran menyambung ucapannya sembari memperlihatkan kantong plastik putih yang ditentengnya pada Shazia.
Shazia tersenyum hingga lesung pipinya menyembul. Lesung pipi yang membuat gadis itu tak hanya terlihat cantik saja tapi juga sangat manis. Cantik dan manis kombinasi yang membuat wajah Shazia tampak begitu cantik paripurna.
"Enggak apa-apa kok." Shazia memperlihatkan sikap biasa saja, tapi sebenarnya hatinya kecewa.
Bagaimana tak kecewa. Pertama, Emran tak menjemput, padahal pria itu sendiri yang meminta Shazia datang ke rumahnya dengan alasan masih sibuk dengan pekerjaannya. Kedua, Shazia harus menunggu cukup lama di pintu gapura yang menuju ke arah rumahnya karena Emran janji akan menyusulnya di gapura tersebut. Sampai ia digodain sama seorang pria bertampang seperti preman.
Tak mungkin kan, ujug ujug Shazia datang sendirian ke rumah Emran. Bukan dia banget datang ke rumah seorang laki-laki begitu saja. Apa lagi ini pertama kalinya ia mengunjungi rumah keluarga Emran yang notabane nya ayahnya seorang ustad.
"Ya sudah kalau gitu yuk, ibu dan ayah ku sudah siap menyambut kedatangan calon menantunya yang sangat cantik ini," goda Emran dengan senyuman yang tak kunjung hilang dari wajah tampan nya.
Mendengar kata-kata itu, semburat merah jambu mendadak menghiasi pipi Shazia. Perasaan kecewa nya kini diganti dengan perasaan senang. Tapi ada perasaan gugup juga, mengingat pertemuan ini merupakan pertemuan pertama kalinya dengan orang tua Emran. Bagaimana respon orang tua Emran padanya nanti? Demi apa ! ia sangat deg deg kan sekali.
Bismillah. Shazia menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba menghilangkan perasaan gugupnya.
Setelahnya, Shazia mengikuti gerak langkah Emran menuju rumahnya. Tapi di sela melangkah, sorot matanya tak sengaja menangkap sebuah pemandangan yang cukup lucu. Dimana seorang pria muda sedang dijewer dan diomeli oleh seorang pria paruh baya memakai kopiah putih.
Sebentar, sebentar itu kan....Shazia mengernyit. Pria yang dijewer itu kan pria yang sempat bertemu dengan nya dan melontarkan kata-kata yang sukses membuat jantungnya berdegup. Bukan baper sih, tapi lebih tepatnya menyebalkan.
Shazia segera menutup mulut, menahan tawanya yang ingin meledak. Tampangnya saja yang terlihat seperti preman, tapi nyalinya ya ampun.....Shazia cekikikan dalam hati. Entah lah, rasanya ia cukup terhibur melihat pemandangan lucu tersebut.
Langkah Emran terhenti begitu sadar Shazia berhenti. Ia mengikuti arah tatap Shazia, lalu menghela nafas dan geleng-geleng setelah tak penasaran. Bukan lagi pemandangan yang baru, tapi seringkali dilihatnya ketika anak itu datang ke rumah ini.
"Shazia !"
Shazia terkesiap dan bersikap kikuk saat Emran menyebut namanya.
"Ngapain sih kamu nontonin anak bragajulan yang enggak punya akhlak itu? buang-buang waktu kita aja." Dari nada bicaranya, sepertinya Emran tak menyukai pria yang ia panggil anak bragajulan tersebut.
Shazia tak bersuara. Hanya matanya saja yang berkedip dengan arah tatap pada Emran. Benarkah yang berbicara agak sarkas ini Emran, kekasih nya yang selalu bersikap lemah lembut padanya bahkan pada semua orang?
"Sudah, yuk. Ibu ku sudah terlalu lama menunggu kita." Emran kemudian berlalu.
Shazia geleng-geleng tak mengerti, lalu segera menyusul Emran yang sudah melangkah lebih dulu.
Sebenarnya, Shazia ingin bertanya pada Emran tentang laki laki yang sedang diomeli tadi. Tapi melihat sikap Emran yang sepertinya tak suka, keinginan nya itu pun terpaksa diurungkan.
"Ayok, masuk." Emran mempersilahkan Shazia masuk ke dalam rumahnya yang tampak asri setelah mengucapkan salam.
Shazia mengangguk senyum.
Setelah di bawa pada perkumpulan keluarga Emran yang diadakan di halaman belakang rumah asri tersebut, Shazia tertegun melihat cukup banyaknya orang di sana. Ia pikir hanya orang tuanya saja, rupanya saudara-saudara dari paman bibi sepupu bahkan ada beberapa anak kecil pun turut berkumpul di sana. Sepertinya Emran memang sengaja mengumpulkan seluruh anggota keluarganya untuk memperkenalkan Shazia sebagai calon wanita yang akan ia nikahi.
Shazia langsung memperlihatkan senyuman terbaiknya saat orang-orang itu menatap padanya.
"Wah, ini to calon istrimu, Ran?" Tanya Malik, paman Emran.
Emran mengangguk senyum." Iya, paman."
"Cantik banget, Ran. Cocok sama kamu," kata istri Malik yang juga ikut memuji kecantikan Shazia.
"Terima kasih, Bi," ucap Emran melirik pada Shazia.
Shazia tak bersuara. Ia hanya tersenyum malu-malu.
Tak hanya paman dan bibi Emran saja yang memuji kecantikan Shazia, tapi beberapa saudara-saudara yang lain pun turut memujinya.
Kemudian, Emran meminta Shazia untuk menyalami seluruh keluarganya termasuk ibunya, Nuria yang sejak tadi hanya diam. Sikap nya pun tampak biasa saja, tak seantusias keluarga yang lain.
"Umi, ini Shazia. Wanita yang pernah Emran ceritakan pada Umi." Emran memperkenalkan Shazia pada Nuria yang duduk santai dan agak terpisah dari saudaranya yang lain.
Nuria sedikit mengangkat wajahnya melihat pada Shazia. Ia tersenyum tipis dan segera kembali ke posisi asal.
Shazia yang kikuk karena sikap Nuria yang tampak cuek pun hanya diam mematung, sampai Emran berbisik." Ayok salaman sama Umi."
Dengan perasaan gugup, Shazia menuruti perintah Emran. Ia merendahkan badannya seraya menyodorkan tangannya pada Nuria, karena posisi wanita baya itu sedang duduk.
"Nama saya, Shazia, Umi."
Nuria menyambut tangan Shazia tanpa sepatah kata dan wajah datar. Sepertinya ia terpaksa melakukan nya.
Tak lama, seorang pria paruh baya datang seorang diri.
Shazia terdiam sesaat kala Emran memperkenalkan pria baya tersebut padanya." Ini kan orang tua yang menjewer laki-laki tadi." Shazia membatin." Jadi ini ayah nya Emran. Terus laki-laki yang di jewer tadi siapa nya Emran ?"
"Ayok, nak Shazia silahkan duduk." Sikap ayahnya Emran lebih hangat dibandingkan dengan sikap ibunya.
Shazia mengangguk senyum lalu duduk di samping Emran.
Obrolan santai dan diselingi candaan pun berlangsung sambil menikmati cemilan yang tersedia di atas meja yang membentang panjang.
Sikap keluarga besar Emran yang baik dan welcome padanya membuat hati Shazia menghangat dan merasa cukup nyaman berada di tengah-tengah mereka.
"Ehem. Apa kamu masih memiliki orang tua, Shazia ?" Nuria yang sejak tadi diam saja tiba tiba bersuara dengan kalimat pertanyaan pada Shazia.
Shazia sempat tertegun, namun kemudian ia mengangguk ragu.
"Ibu mu seorang apa? ehem, maksud saya kerja apa?" Tanya Nuria lagi, sementara lainnya hanya menyimak.
"Ibu saya hanya orang biasa. Dan dia punya usaha kecil-kecilan, umi," jawab Shazia gugup namun berusaha bersikap tenang.
"Ayah mu?"
Deg. Pertanyaan Nuria berikutnya berhasil membuat jantung Shazia berdentam hebat. Umi menanyakan ayahnya yang ia sendiri tak tahu siapa dan dimana keberadaanya.
"Ehem. Kamu tahu kan, Emran itu berasal dari bibit bebet bobot yang jelas. Dan Ayah Emran seorang ustad yang cukup terkenal dan disegani. Ya, kami enggak mau aja sampai Emran salah memilih pasangan hidupnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Reogkhentir
Awal kesah yang menarik gaya tulisannya hapal benar ini jangan sampai terputus ditengah jalan ya seperti yang satu nya, sukses selalu
2025-02-01
2
🌠CintaAfya💞
kk hadir di sini
dan terima kasih thor sudah kembali ke nt semoga terus semangat utk berkarya
2025-01-29
2
Nar Sih
hadir kmbli nih kak ,dan makasih kak anami udah balik lgi setelah libur lama👍
2025-01-28
4