NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga. Eva, perempuan dengan hati selembut embun, dikhianati oleh pria yang dulu ia sebut rumah.

"Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa." gumam Eva Alexia


Bagaimana takdir cinta Eva Alexia selanjutnya? Apakah dia akan tetap mempertahankan pernikahan nya atau mengakhiri semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Tidak Akan Menceraikan Kamu

Eva melangkah dengan langkah gontai, matanya berkaca-kaca menahan tangis yang sejak tadi nyaris tumpah. Hatinya terasa perih, seakan disayat-sayat oleh kata-kata yang baru saja didengarnya. Sakit sekali rasanya diperlakukan seperti itu, seolah dirinya tak punya nilai hanya karena belum mampu memberi keturunan.

Jika dia bisa memilih, tentu saja dia ingin punya anak. Dia ingin merasakan bagaimana rasanya mengandung, melahirkan, dan membesarkan buah hati bersama orang yang dicintainya. Tapi apa daya, sampai saat ini Tuhan belum juga mengabulkan doa-doanya. Setiap bulan datang dengan harapan, lalu pergi dengan kekecewaan. Setiap doa yang dipanjatkan seakan menguap begitu saja ke langit tanpa jawaban.

Ia berjalan perlahan menuju taman dekat rumah, tempat yang dulunya jadi pelariannya saat semuanya terasa terlalu berat. Di sana, di bangku kayu yang sudah mulai lapuk dimakan waktu, Eva duduk sendiri. Angin malam menyapu wajahnya, membawa serta dedaunan yang gugur dari pepohonan. Namun tak ada yang bisa menenangkan hatinya.

Suara mama mertuanya masih jelas terngiang-ngiang di telinganya. Suara yang tajam, dingin, dan tanpa belas kasih. "Perempuan mandul tetap saja tidak berguna!"

Kalimat itu terulang-ulang dalam benaknya, seperti palu yang menghantam batok kepalanya tanpa henti.

Eva menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Tapi air mata itu akhirnya jatuh juga, membasahi pipinya. Ia menunduk, bahunya terguncang hebat oleh isakan yang tak bisa dibendung lagi. "Aku bukan perempuan mandul," bisiknya lirih, hampir tak terdengar. Suaranya parau, nyaris tenggelam dalam suara dedaunan yang bergesekan tertiup angin.

"Aku hanya... belum diberi kesempatan," lanjutnya dengan suara yang semakin tenggelam dalam tangis.

Tak ada yang tahu betapa dia telah berjuang. Berbagai cara sudah dicoba, berbagai doa sudah dilangitkan. Tapi hari ini, dia hanya ingin menangis. Melepaskan semua sakit yang menghimpit dada.

Eva memeluk dirinya sendiri, seolah berusaha menyatukan kembali kepingan-kepingan hatinya yang retak. Dulu, dia membayangkan pernikahan akan penuh kehangatan dan dukungan. Tapi sejak hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dirinya memiliki masalah untuk hamil, segalanya berubah. Bukan hanya tatapan iba dari orang-orang sekitar, tapi juga tudingan, bisik-bisik, dan kini, hinaan yang menusuk dari ibu mertuanya sendiri.

Pernah suatu malam, ia mendengar suaminya berbicara di telepon dengan seseorang—mungkin ibunya—tentang program bayi tabung. Eva sempat berharap, mungkin suaminya akan tetap mendukung dan memperjuangkan mereka. Tapi setelah malam itu, tak pernah ada lagi pembicaraan tentang usaha bersama. Justru sejak itu, jarak di antara mereka terasa makin jauh. Suaminya lebih sering diam, pulang larut, dan tak lagi menyentuh topik tentang anak.

Sampai akhirnya Eva tahu, jika suaminya menikah lagi dan punya seorang anak. Betapa hancur nya perasaan Eva, dia dikhianati oleh orang yang sangat dia cintai. Sakit sekali, rasanya dia tidak ingin lagi mengenal cinta.

Eva menghapus air matanya, walau seketika air mata baru kembali mengalir.

Apa aku tak cukup baik sebagai seorang istri?" gumamnya.

"Apa hanya karena aku belum bisa memberi cucu, seluruh cintaku menjadi tak berarti?"

"Kalau saja Tuhan mendengarku... aku akan jadi mama yang baik. Aku janji," bisiknya pelan.

Angin malam makin dingin, seolah turut merasakan luka yang menganga di hatinya. Tapi di balik kesedihan itu, ada bara kecil yang belum padam. Harapan. Keyakinan bahwa suatu saat nanti, mungkin tidak sekarang, tapi nanti—ia akan menemukan caranya sendiri untuk menjadi seorang ibu. Entah lewat rahimnya sendiri, atau lewat jalan lain yang mungkin belum ia tahu.

Namun untuk saat ini, Eva hanya ingin duduk di sana, membiarkan dirinya bersedih sepuasnya. Karena kadang, menangis adalah satu-satunya cara untuk tetap kuat.

"Terkadang, berusaha sok kuat itu sulit juga." celetuk seseorang, Eva segera menoleh ke asal suara tersebut.

"Renno," ucap Eva pelan

Renno menatap wajah Eva dengan mata yang tak berkedip. Perempuan itu duduk di depannya, mencoba tersenyum meski jelas ada sisa-sisa kesedihan di balik matanya yang sembab. Dia mengenal senyum palsu itu—senyum yang digunakan Eva untuk menutupi luka, untuk meyakinkan dunia bahwa dirinya baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak.

Perlahan, Renno mengepalkan tangannya di atas pahanya. Hatinya seperti diremas saat melihat Eva seperti ini, remuk oleh ucapan tajam dari mama dan perlakuan dingin dari saudara kandungnya sendiri—suami Eva. Semua ini tak seharusnya terjadi. Eva tak pantas diperlakukan seperti seseorang yang tak berarti, hanya karena belum bisa memiliki anak. Dia perempuan yang kuat, lembut, dan penuh kasih. Tapi orang-orang malah membuatnya merasa kecil, menyalahkannya atas sesuatu yang tak bisa ia kendalikan.

“Andai saja aku bisa memutar waktu,” batin Renno dengan getir. Ia mengembuskan napas panjang, mencoba menahan gejolak dalam dadanya. “Andai saja waktu itu aku punya keberanian untuk bicara.”

Dulu, ketika mereka masih sebatas teman dekat, Renno tahu bahwa perasaannya pada Eva sudah melewati batas pertemanan. Tapi sebelum dia sempat mengungkapkan semuanya, saudaranya—Ardian—secara tiba-tiba menyatakan perasaannya pada Eva. Dan Eva, dengan polosnya, menyambut niat baik itu. Renno tahu, saudaranya juga tulus... atau setidaknya, dulu terlihat seperti itu. Maka Renno memilih diam. Ia mengalah demi menjaga persaudaraan, demi tidak membuat Eva berada di tengah-tengah. Dia pikir, jika Eva bahagia, itu sudah cukup.

Namun kenyataannya? Yang dia lihat sekarang hanyalah perempuan yang dia cintai diam-diam selama bertahun-tahun, menangis dalam sepi. Menyembunyikan luka dari mata semua orang, kecuali matanya. Karena hanya Renno yang bisa melihat luka itu dengan jelas, sebab dia yang paling memahami senyum Eva. Dan justru itulah yang paling menyakitkan—karena dia tahu, Eva tidak bahagia. Dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Renno menggigit bibir bawahnya. Pandangannya tetap tertuju pada Eva yang kini menatap kosong ke jalanan.

"Seandainya aku tidak mengalah waktu itu... mungkin kamu nggak harus nahan air mata setiap hari," gumamnya dalam hati.

Dia benci dirinya sendiri karena tak pernah cukup berani. Tapi yang lebih dia benci, adalah kenyataan bahwa air mata Eva kini disebabkan oleh keluarga yang seharusnya melindunginya. Dia benci melihat bagaimana Eva selalu berusaha kuat, padahal di balik itu semua, dia nyaris hancur.

Dengan pelan, Renno mengulurkan tangan, ragu-ragu menyentuh punggung tangan Eva. "Kalau kamu capek... kamu boleh bersandar. Aku di sini," ucapnya pelan, suaranya nyaris bergetar.

Eva menoleh perlahan, matanya memerah, tapi ada sedikit cahaya yang muncul. Renno tidak tahu apakah itu tanda harapan atau sekadar penghargaan karena seseorang akhirnya benar-benar melihatnya. Tapi apa pun itu, Renno bersumpah dalam hati—ia tak akan diam lagi. Tidak kali ini.

"Maaf, Ren. Walau bagaimana pun, aku masih istri kakakmu." ucap Eva pelan, namun tegas.

Renno menghela nafas panjang tanda kecewa. "Apa yang ingin kamu lakukan saat mengetahui dia menikah lagi?" tanyanya dengan raut wajah penasaran

"Aku enggak tau. Namun, aku ingin sekali bercerai. Aku enggak sanggup hidup bersama seseorang yang mengkhianati perasaan dan kepercayaan yang selama ini aku berikan dengan tulus. Aku lelah!"

"Apapun itu, aku akan mendukung keputusan kamu, Eva. Ini adalah langkah yang terbaik."

"Terimakasih, Ren."

"Sampai kapan pun, aku enggak akan menceraikan kamu, Eva Alexia!"

Eva dan Renno menoleh ke arah suara yang menggelegar itu. Mereka tahu, jika pemilik suara itu adalah Ardian.

***

1
Mundri Astuti
bongkar sekalian Adrian....biar tau kebenarannya...
tapi kamu juga salah si Adrian ...
Mardathun Lie: otw bongkar semuanya
total 1 replies
Nur Nuy
lanjut lah ungkapin semuanya eneg sama jalang sama adenya Adrian ga ada yg bener
Nur Nuy: semangat author😍
Mardathun Lie: oke siap
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
lagiii donk...penisirin ini
Mardathun Lie: tungguin yaa hehe
total 1 replies
Nur Nuy
so sweet persahabatan ini
Nur Nuy: hehehe author
Mardathun Lie: kita juga bisa jadi sahabat KK 😁😂
total 2 replies
Nur Nuy
hahahaha mampus jalang, mampus mantan mertua eva tau kenyataan mantu jalang lu ga bener wkwkwkkw
Mardathun Lie: enaknya di apain yaa tuh mantu 😅🤣/Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
enak kan Adrian diselingkuhi ....pro...prok...
itu yg dirasakan Eva saat ia tau kamu selingkuh
Mardathun Lie: tersiksa lahir batin yaa /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeeee
total 1 replies
Nur Nuy
kasih tau tuh jalang bayar pembunuh bayaran, biar mertua nya kaget wkwkkwwk
Mardathun Lie: ide yg bagus 🤣
total 1 replies
Nur Nuy
lah ngapa jadi perkosa bukannya siksa kurung, tololl anak itu juga bukan anaklu biarin aja sih dia dipenjara
Mardathun Lie: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: okeeee
total 1 replies
Mundri Astuti
nah harus sebanding ntu balesannya, dah nyelakain Eva, mestinya penjara
Mardathun Lie: di siksa Ardian dulu yaa, baru di penjara 😁😂
total 1 replies
Nur Nuy
haha kebusukannya jalang dikasi tau Adrian mampus lu jalang, udah bukan anak Adrian itu jangan jangan sama adenya Adrian dia punya anak wkwkwkwk tunggu jeruji besi nunggu lu pelakor
Mardathun Lie: lu semangat banget kalau pelakor kena siksa yaa kak 🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
jangan baik banget eva jadi orang, cukup lu sampein depan keluarga Adrian kalau pelakor yang sengaja celakain lu, dan tara anaknya lisna bukan anak Adrian mampuskan
Nur Nuy: hahahaha
Mardathun Lie: yaudah deh, gpp. lanjutkan 🤣🤣🤣 senggol bacok yaa
total 4 replies
Mundri Astuti
perlu dipertimbangkan tuh va idenya Julia, hayyoo arsenn sok lahhh..gas keun...
Mardathun Lie: wih 😁😁/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
kapan terbongkarnya yak
Mardathun Lie: sabar yaa 🤩
total 1 replies
Mundri Astuti
adriann kamu tanyeee.../Frown/
Mardathun Lie: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
yg nyelakain Eva ngga dilanjutkan ke jalur hukum
Mardathun Lie: Belum, satu persatu yaa konfliknya /Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
semoga arsen jodoh eva☺☺☺kalian terlalu manis, ih kapan pelakor ketahuan ini up dikit banget y
Mardathun Lie: Itu banyak lho, 1410 kata sangat sedikit yaa /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/🤣🤣🤣
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
dalam penulisan kata katanya bagus
saya suka
Mardathun Lie: Makasih 🤩🤩🤩
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
aku suka penulisan nya 👍
Mardathun Lie: Makasih ❤️🤩🤩🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!