NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Ditentang Takdir

Ketika Cinta Ditentang Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Persahabatan / Angst / Romansa / Roh Supernatural / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Bayu, seorang penyanyi kafe, menemukan cinta sejatinya pada Larasati. Namun, orang tua Laras menolaknya karena statusnya yang sederhana.

Saat berjuang membuktikan diri, Bayu tertabrak mobil di depan Laras dan koma. Jiwanya yang terlepas hanya bisa menyaksikan Laras yang setia menunggunya, sementara hidup terus berjalan tanpa dirinya.

Ketika Bayu sadar dari koma, dunia yang ia tinggalkan tak lagi sama. Yang pertama ia lihat bukanlah senyum bahagia Laras, melainkan pemandangan yang menghantam dadanya—Laras duduk di pelaminan, tetapi bukan dengannya.

Dan yang lebih menyakitkan, bukan hanya kenyataan bahwa Laras telah menikah dengan pria lain, tetapi juga karena pernikahan itu terpaksa demi melunasi hutang keluarga. Laras terjebak dalam ikatan tanpa cinta dan dikhianati suaminya.

Kini, Bayu harus memilih—merebut kembali cintanya atau menyerah pada takdir yang terus memisahkan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Curiga

Darma baru saja pulang dengan wajah penuh semangat. Tangannya masih menggenggam erat ponselnya setelah menerima pesan konfirmasi dari Edward. Ia memasuki rumah dengan langkah ringan, lalu menatap keluarganya yang sedang berkumpul di ruang tengah.

"Wati, anak-anak, ada kabar baik!" suaranya penuh kegembiraan. "Bos baru Ayah, Pak Edward, mengundang kita makan malam besok untuk merayakan kenaikan jabatan Ayah!"

Sherin yang sedang duduk di sofa langsung menegakkan punggungnya. Matanya berbinar, bibirnya melengkung membentuk senyuman penuh arti. "Serius, Yah? Kita diundang makan malam bareng Pak Edward?"

Darma mengangguk. "Iya. Dan Ayah dengar, dia masih lajang."

Sherin hampir berseru kegirangan, tetapi buru-buru menahan diri. Matanya melirik ibunya, Wati, yang juga tampak antusias.

"Itu artinya kesempatan bagus buatmu, Sherin," Wati berkata dengan nada penuh harapan. "Siapa tahu bisa mendekatkan diri pada Pak Edward. Dia pria sukses, tampan, dan sepertinya orang yang baik. Buktinya ayahmu dipromosikan naik jabatan dan sekarang malah diundang makan malam bersama."

Sherin tersenyum puas. "Iya, Bu. Aku bakal tampil secantik mungkin besok."

Darma tertawa kecil melihat putrinya yang begitu bersemangat. Namun, saat pandangannya beralih ke Laras, ia melihat putrinya yang satu itu hanya duduk diam, tidak menunjukkan reaksi apa pun.

"Laras, kamu ikut, 'kan?" tanya Darma.

Laras mengangkat wajahnya sekilas, lalu kembali menatap laptopnya. "Nggak bisa, Yah. Aku masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan."

Darma tampak sedikit kecewa, tetapi sebelum ia sempat membujuk lebih jauh, Wati sudah lebih dulu menimpali, "Ya udah, kalau memang sibuk, nggak usah dipaksakan. Lagipula, ini cuma makan malam biasa."

Sherin menahan senyum kemenangan. Dalam hati, ia memang tidak ingin Laras ikut. Kakaknya itu terlalu cantik, bahkan tanpa make-up. Ia tahu betul betapa banyak pria yang lebih tertarik pada Laras dibandingkan dirinya. Jika Laras ikut, kemungkinan besar Edward akan meliriknya. "Lebih baik begini," batinnya puas.

Wati pun berpikiran sama. Meski ia tak pernah terang-terangan membandingkan kedua putrinya, dalam hati ia tahu Laras memiliki pesona yang berbeda. Wajahnya yang lebih tenang dan dewasa sering kali membuat pria terpikat tanpa usaha. Jika Laras ikut makan malam, Sherin bisa kehilangan kesempatan.

"Ya sudah, kalau Laras nggak ikut, kita bertiga saja," kata Darma akhirnya.

Tanpa disadari oleh adik dan kedua orang tuanya, Laras menyimpan pemikiran yang sepertinya tidak ada dalam benak mereka. Sesuatu terasa janggal, tapi ia memilih diam.

Monolog Laras

"Kenapa atasan Ayah tiba-tiba mengajak makan malam hanya untuk merayakan kenaikan jabatan? Bukannya ini hal yang biasa di dunia kerja? Kalau pun ada perayaan, biasanya cukup di dalam kantor, bukan sampai mengundang sekeluarga seperti ini. Lagi pula, Ayah hanya staf gudang sebelum ini. Wajar kalau beliau akhirnya mendapat promosi setelah sekian lama bekerja. Tapi kenapa Edward, atasan baru yang bahkan baru sebulan menjabat, terlihat begitu perhatian? Seolah ada sesuatu di balik ini…"

Laras melirik ayahnya yang sedang tersenyum lebar, menceritakan bagaimana Edward begitu ramah dan murah hati. Sherin ikut berseri-seri, jelas-jelas tertarik pada pria itu hanya karena dia masih lajang dan terlihat mapan. Ibunya pun tidak kalah semangatnya, bahkan sudah mulai membayangkan jika Sherin bisa menarik perhatian Edward.

Laras menghela napas pelan.

"Sudahlah… Kalau aku mengungkapkan apa yang ada di pikiranku, pasti mereka akan menganggapku terlalu curiga. Paling-paling Ibu akan bilang aku terlalu negatif, Sherin akan menyindirku iri karena aku tidak bisa dekat dengan pria mapan seperti Edward, dan Ayah… dia pasti hanya akan meminta aku untuk bersikap lebih positif."

Laras menggigit bibirnya.

"Mungkin aku hanya berpikir terlalu jauh… atau mungkin tidak. Aku tidak tahu. Yang jelas, aku tidak tertarik untuk ikut makan malam itu."

Sherin menoleh ke arah Laras dan tersenyum kecil. "Kamu yakin nggak mau ikut, Kak?" tanyanya dengan nada pura-pura peduli.

Laras tetap fokus pada pekerjaannya. "Iya, aku yakin."

Sherin menyembunyikan senyumnya. "Bagus. Kakak nggak ikut, berarti aku punya kesempatan penuh untuk menarik perhatian Edward."

Di tempat lain, jauh dari mereka, Edward duduk di ruang kerjanya, menatap layar ponselnya dengan tatapan penuh arti. Di sana, terpampang jelas foto Laras. Jemarinya perlahan menyusuri layar, seolah ingin menyentuh wajah gadis itu.

Senyum licik tersungging di bibirnya. "Sudah lama kita tak bertemu… Aku merindukanmu, Cantik." Suaranya lirih, namun sarat dengan obsesi yang mendalam.

***

Boni melangkah memasuki kamar rawat dengan langkah letih. Bau khas rumah sakit sudah begitu akrab di hidungnya, bahkan lebih dari aroma rumahnya sendiri. Sejak Bayu terbaring koma, rumah sakit ini telah menjadi rumah keduanya. Ia menghabiskan lebih banyak waktu di sini daripada di tempat lain, seakan takut jika pergi terlalu lama, sesuatu yang buruk akan terjadi.

Ia menatap sosok yang terbaring diam di ranjang, tubuh Bayu dikelilingi selang infus dan alat medis yang berbunyi pelan, menjadi satu-satunya tanda bahwa sahabatnya masih bertahan. Boni menarik kursi di samping ranjang dan duduk dengan helaan napas berat.

"Bay, gue baru pulang ngojek," ucapnya, suaranya serak karena kelelahan. "Hari ini lumayan, tapi tetep aja nggak cukup buat nutup biaya rumah sakit lo. Duit hasil gue gadai rumah juga udah hampir habis."

Boni mengusap wajahnya, matanya menatap kosong ke lantai. Suaranya sedikit bergetar saat melanjutkan, "Mungkin cuma cukup buat bayar biaya rumah sakit lo sekali lagi. Abis itu, gue nggak tahu harus gimana, Bay… Gue nggak punya simpenan lain. Gaji dari ngojek juga cuma cukup buat makan sama bayar pegadaian. Lo harus bangun, Bay. Kalau nggak, gue beneran bingung gimana bayar semua ini."

Di ranjangnya, Bayu tetap diam. Tidak ada gerakan, tidak ada reaksi. Namun, jauh di dalam ketidaksadarannya, kata-kata Boni menggema. Suara sahabatnya yang lelah, putus asa, tapi tetap bertahan demi dirinya. Hatinya terasa sesak, ingin menjawab, ingin mengangkat tangannya dan meraih sahabatnya, ingin mengatakan bahwa ia mendengar semuanya.

Tapi tubuhnya tetap kaku.

Dalam kegelapan itu, Bayu berteriak dalam hati. "Boni, gue denger. Gue denger semua yang lo bilang. Gue pengen bangun. Gue nggak mau nyusahin lo."

Tapi tidak ada yang berubah. Ia tetap terperangkap dalam tubuh yang tak bisa ia kendalikan.

***

Restoran mewah itu dipenuhi lampu-lampu redup yang menciptakan suasana elegan. Edward melangkah masuk dengan penuh percaya diri, senyumnya tak pernah luntur. Malam ini adalah awal dari misinya, dan ia telah merencanakan semuanya dengan matang.

Matanya langsung menelisik ke sudut ruangan, mencari meja yang telah dipesan untuk mereka. Begitu menemukannya, ia melihat Darma, Wati, dan Sherin sudah duduk lebih dulu. Mereka tampak antusias, terutama Sherin yang terlihat lebih berdandan dari biasanya. Gaun merahnya yang pas di tubuh dipadukan dengan riasan tipis yang menonjolkan wajahnya.

Namun, senyum Edward sedikit menegang saat menyadari satu hal—Laras tidak ada di sana.

Ia tetap mempertahankan ekspresi ramahnya dan melangkah ke meja itu. "Selamat malam, semua," sapanya hangat.

Darma berdiri dan menjabat tangannya. "Selamat malam, Pak Edward. Terima kasih sudah mengundang kami."

"Sebuah kehormatan bagi saya, Pak Darma. Kenaikan jabatan Anda pantas dirayakan."

Sherin tersenyum malu-malu. "Terima kasih sudah mengundang kami, Pak Edward," katanya dengan nada lembut.

Edward hanya meliriknya sekilas sebelum menarik kursinya dan duduk. Matanya kembali menelisik ruangan. Mungkin Laras masih di toilet, pikirnya. Ia memilih berpikir positif.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
abimasta
selamatka laras dar keegoisan ortunya bayyuu dan habisi edward yg sudah menabrakmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
selamatkan laras, Bayu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes bayu kembali... 😭😭😭😭😭... selamatkan juga laras dari kejahatan Edward & Sherin, bayu...
syisya
ayo bay muncullah
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apakah Edward memang se maha Kuasa itu? tak adakah hukum untuknya? bisa semena-mena begitu?
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Edwin
Ranasartika Lacony
lsg viralin aja Bon, si Beni
abimasta
laras lagi yang jadi korban
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
apa yg laras khawatirkan pun terjadi. lekaslah sembuh bayuuu... boni & laras butuh hadirmuuuu
Dek Sri
lanjut
syisya
belum tau aja tu darma&wati kalau calon mantu yg selama ini kalian tidak restui itu adalah pewaris tunggal, bos besar..hidup laras nantinya akan bahagia tanpa dia tau perjuangan hubungan mereka selama ini tidak sia" bahwa bayu sebenarnya adalah anak orang kaya..sabar ya bon sebentar lagi semoga semua perbuatan baikmu akan dibalas oleh bayu karna dia tidak akan benar" meninggalkanmu yg sudah dianggap seperti saudara
Vincen Party
tenanglah....Bayu psti akan DTG genti membantumu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bagus laras. ayo bayu, cari solusi. semangat!
Vincen Party
jujur.....maaf TPI q GK suka cerita Edwar terlalu byk Thor.....tlng fokus ke bayu dan boni
abimasta
jangan sampai laras jatuh ke tangan edward
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu, kenapa kau tak meminta papamu mempertemukanmu dengan boni & laras?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga laras berhasil menyelamatkan adiknya. semangat laras
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ini bukan naif tapi tamak. mereka akan terjebak edward
syisya
dasar matre, nanti kalau habis manis sepah dibuang baru nangis" kau sherin 🤭
syisya
sudah jatuh tertimpa tangga ya bon, semoga Bayu cepat pulih agar bisa membantu keadaan Boni🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!