NovelToon NovelToon
Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Mythtopia, Creatures From The Six Realms

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College
Popularitas:346
Nilai: 5
Nama Author: Fredyanto Wijaya

Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2: Recurring Dream(Part 2)

Tidak banyak baginya untuk bersenang-senang bersama yang lain. Dirinya lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku di perpustakaan, ketimbang berkumpul bersama golongan murid-murid penggerutu yang hampir tidak pernah hentinya menggosipkan hal-hal tidak penting. Terutama para gadis.

Karena itulah Melody disebut sebagai gadis kutu buku oleh teman-temannya. Bahkan hampir seluruh sekolah menyebutnya begitu.

Tapi Melody tidak mempermasalahkan itu. Setidaknya, dirinya tidak memakai kaca mata tebal yang membuat dirinya dipandang lebih rendah lagi. Mungkin juga aneh. Tapi Hey! Lagi pula siapa bilang orang yang memakai kaca mata selalu dipandang aneh.

Diri Melody lebih suka menganggapnya sebagai si jenius bermata empat.

Seperti Theo. Salah satu teman sekelasnya. Dia mungkin agak kikuk dan culun dengan penampilan kaca mata bulatnya. Tapi kepintarannya dalam matematika atau pelajaran fisika tidak diragukan. Bahkan hampir seluruh kelas akan terus mengandalkannya dan mengharapkannya untuk memberikan mereka contekan saat ujian.

Peringatan... Jangan ditiru!

"Melody...!" Dan satu lagi yang baru saja memanggilnya dari kejauhan. Dia juga salah satu teman sekelasnya, juga menjadi salah satu sahabat utama baginya. Dan dialah yang namanya sempat disebut oleh Ibu Melody saat memikirkan mobilnya di bunderan jalan utama sekolah sebelumnya tadi.

Abigail berlari cepat menghampiri Melody yang sedang mempersiapkan beberapa buku di loker sekolah miliknya.

"Aku kira Teresa menahanmu di halaman depan sekolah lagi," Ucapnya sambil memeluk erat Melody. Lainnya yang berlalu di lorong loker yang sama hanya menggeleng melihat reuni berlebihan mereka berdua. Atau mungkin karena Abigail.

"Um Abi...," Melepas pelukan lengket si sahabatnya, "Mereka menatap kita lagi. Jangan sampai mereka akan menyebut kita sebagai W B F F A E A !"

"Apa artinya itu?!"

"Weird Best Friend Forever And Ever After!"Jelas Melody yang sedikit menyelipkan maksud candaan.

Mendengar kalimat darinya membuat Abigail tidak bisa menahan tawanya yang beberapa kali terdengar tersedak seperti suara Piggy Snork. Ujung jari-jemari satu tangannya sambil mempagari depan mulut.

"Hm, aku lihat ada yang baru darimu," Diujung tawaan meredah Abigail, mata Melody melirik ke atas kepalanya. Lebih tepatnya pada rambut gaya buns dua Abigail. Sebagian rambutnya juga diwarnai warna hijau. Bisa ditebak kalau dia habis mesalon rambutnya.

"Hijau?! Aku kira kau benci warna hijau?!" Pikir Melody seingatnya. Abigail pernah mengatakan kepadanya kalau warna hijau menggambarkan cairan lendir yang menjijikan. Seperti semacam dari dalam hidung.

"Tidak lagi! Lagi pula hijau berarti mencintai alam. Dan lihat! Aku juga bahkan mengganti kasing ponselku dengan warna hijau!"

Melihat dia menunjukan ponsel miliknya tepat di depan wajahnya, "Oo...ke?!" Ekspresi wajah Melody agak tegang. Berharap sahabatnya itu baik-baik saja. Tiba-tiba menyukai sesuatu yang dulu dibencinya itu agak aneh menurut Melody.

"Ya um... Cocok untukmu!" Melody berusaha memujinya. Tidak mau mempusingkan itu. Dirinya juga tidak lupa memberikan salam dari Ibunya dan juga pesanan untuk selusin kue mangkuk tadi.

Dan Abigail langsung mencatatnya pada buku note kecil. Dikeluarkan dari ranselnya.

Abigail dan kedua orang tuanya adalah pemilik dari toko kue yang berada tidak jauh di jalanan sebrang sekolah. Dan sebagiannya buatan tangan Abigail sendiri.

Saat Abigail sedang mencatat pesanan dari Ibu Melody...

NGIIIIIING...

Denging suara dari speaker pengeras suara yang salah satunya berada di atas kepala mereka_ tidak jauh di lorong loker sekolah sana. Tanda akan ada pengumuman yang biasa diumumkan langsung dari kepala sekolah.

Tapi ternyata bukan. Kali Itu dari ketua OSIS mereka.

"Selamat pagi semua kawan-kawanku! Maaf jika menganggu kalian. Tapi aku ingin menyampaikan mengenai sukarelawan untuk pelayanan spesial makeover rambut dariku di bulan ini. Secara acak... Murid selanjutnya yang terpilih adalah...

"ABIGAIL! selamat ya!"

"APA?!!" Namanya disebut dalam pengumuman itu membuat Abigail yang tadi sedang fokus mencatat pesanan sontak teralihkan. Dia seakan tersengat dengan ekspresi begitu terkejut. Wajahnya terpaku lurus ke depan.

"Kenapa wajahmu begitu?!" Melody heran. Memperhatikan wajahnya yang mulai memucat.

"Abigail?!" Lagi darinya. Kembali berusaha memastikan segalanya baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak bagi Abigail. Jika namanya masuk dalam daftar pelayanan makeover dari ketua OSIS, itu berarti sesuatu yang buruk.

Hampir semua murid di sekolah itu sudah tahu kalau Ketua OSIS mereka yang bernama Delphine itu sama sekali tidak memiliki keterampilan dalam merombak penampilan rambut. Terutama dalam hal memotong rambut.

Abigail pernah melihat hasil dari pekerjaannya kepada banyak murid lain yang sudah pernah masuk dalam daftarnya. Itu buruk dan hasilnya benar-benar mengerikan.

Sulit untuk dijelaskan! Pokoknya buruk!

Tapi sepertinya tidak menurut Melody. Menurutnya, hasil dari makeover Delphine cukup memuaskan dan bagus. Kerena Melody sendiri pernah menjadi salah satu daftar random sukarelawannya sewaktu sebelum hari libur panjang renovasi sekolah.

Itu berarti delapan bulan yang lalu. Dan waktu itu cuaca begitu panas di Kanada.

"Abigail... Aku tahu kau mendengar ini! Jadi bersiaplah! Chap! Chap!" Sambung dari ketua OSIS yang nada suaranya sengaja dibuat-buat menghanyutkan seperti hantu atau seorang penguntit yang sedang mengincar korban. Di suatu tempat, dia juga sambil memainkan gunting di depan mikrofon. Sebelum dia kemudian menutup komunikasinya lewat pengumuman tadi dengan suara cekikikan.

Karena mendengar kalimat dan suara gunting atau juga cekikikan darinya itu... Abigail, sontak menjerit keras dan langsung bergegas berlari menjauh dari lorong loker sekolah sana. Yang lain yang sedang berada di lorong yang sama sigap menepikan tubuh mereka ketika Abigail berlalu.

Melody hanya bisa samar tertawa geli sambil menggeleng. Abigail mungkin salah memahami apa yang dilakukan Delphine.

Saat jam pelajaran dimulai...

Sebagian dari mereka, termasuk Melody, hanya duduk lemas menopang dagu di atas meja. Pak Albert selalu mengajar pelajaran Fisika selama tiga jam di hari selasa.

Jangan tanya soal Theo. Dia tentu saja begitu berambisi dalam pelajaran itu. Bahkan hanya dia yang dapat menjawab lima belas pertanyaan berturut-turut dalam sekali pertemuan.

Hanya tangannya yang semangat mengangkat.

Dan masih di tengah pelajaran... "Tling!" Suara notifikasi terdengar cukup jelas di dalam kelas mereka.

Itu suara dari dalam tas Melody. Ponselnya.

Semua sontak teralihkan dan serentak menatap ke arahnya. Yang mengantuk juga langsung tersadar dari rasa bosannya. Termasuk Melody sendiri. Dia langsung menegakan posisi duduknya ketika ponsel miliknya sendiri berbunyi.

Matanya terbelalak.

"Melody! Aku sudah bilang tidak ada ponsel yang aktif di kelasku!" Tuan Albert menegurnya. Sebagian murid yang lain menertawai karena kesialannya.

"Maaf Tuan Albert!" Sahut Melody pelan. Dirinya juga langsung bergegas mengurus ponselnya. Tangannya merogoh saku seragamnya.

"Baiklah kita lanjutkan! Dan jangan ada yang tertidur. Itu berarti kau, Rafael!" Tuan Albert kembali berpaling menghadap papan tulis. Tapi pandangannya sempat fokus menatap salah satu murid yang lain.

"Hah?!" Rafael mengeluh.

"Dasar kau ini! Kau akan membuat kami semua terkena masalah!" Sindir samar dari yang lain. Teresa memasang wajah masam kepada Melody.

"Ekh!" Melepas nafas kesal. Melody memutar mata_ berusaha cuek. Lalu kembali fokus pada urusan notifikasi pada ponselnya, tapi lebih sembunyi-sembunyi walaupun Tuan Albert tidak lagi fokus memperhatikannya. Menggunakan lembaran halaman buku sebagai penutup.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!