Ayah Anakku

Ayah Anakku (16)

" Shera, ayo kita jalan-jalan. Kamu mau main di Mall?," ajak Yumna pada sang putri.

" Aku mau di rumah aja." Tolak Shera.

Yumna mengkerutkan keningnya. Ini penolakan ke sekian kalinya dari Shera. Biasanya Shera akan sangat antusias jika ia mengajaknya pergi.

" Kenapa? Padahal Mommy mau ajak Shera ke tempat Daddy," bujuk Yumna.

" Shera mau menunggu Papi pulang. Papi janji mau ajak Shera nonton ke bioskop," tolak Shera lagi. Ia langsung naik mobil. Tak berniat menanggapi ucapan sang ibu.

Yumna hanya memandangi Shera yang sudah masuk ke dalam mobil. Hari ini ia rencananya mengajak Shera jalan-jalan sepulang sekolah. Tapi, respon putrinya di luar dugaannya.

" Ada apa?," tanya Yumna saat mobil sudah berjalan meninggalkan sekolah.

" Tidak ada apa-apa," jawab Shera tanpa melihat ke arah ibunya.

" Biasanya kamu senang jika bertemu Daddy walaupun dari kejauhan," heran Yumna sambil tetap fokus menyetir.

" Shera cuma sedang malas saja," jawabnya.

Shera menatap keluar. " Kenapa kita ke sini?,"

Bukan rumah, ternyata ibunya tetap melakukan mobilnya ke sebuah Mall.

" Kalau tidak mau melihat Daddy, temani Mommy saja beli tas baru,"

Shera hanya mengerucutkan bibirnya. Kesal karena Yumna tetap memaksakan kehendaknya.

.

.

" Bagaimana tidurmu, sayang?," tanya Kiara. Ia melihat Aksa sudah mandi.

Anak itu bangun kesiangan karena malah begadang. Terlalu senang karena ia punya kamar sendiri. Bahkan mainan yang jumlahnya begitu banyak.

" Nyenyak, Nda. Kamar Aksa bagus." Jawabnya sambil memakan sarapannya yang tertunda.

" Rumah ayah luas sekali," pujinya.

Bayu mengajak istri dan anaknya ke rumah yang ia miliki. Bukan rumah tempat Kiara dulu tinggal atau rjmah yang Bayu tempati dengan Yumna. Tapi, rumah yang sudah Bayu persiapkan saat ia serius untuk menjadikan pernikahannya dengan Kiara bukan sebatas pernikahan kontrak.

" Ayah mana?," Aksa mencari Bayu.

" Ayah ke kantor sebentar. Ada keperluan. Setelah makan kita akan menyusulnya ke kantor,"

" Asyik!!" Aksa mempercepat makannya.

" Pelan-pelan saja. Nanti kamu tersedak, sayang,"

" Tapi, Aksa mau lihat kantor ayah," jawabannya tapi, tetap menuruti perintah ibunya untuk makan perlahan.

" Iya. Tapi, jangan terburu-buru. Kita akan ke kantor ayah hari ini,"

Setelah menghabiskan makanannya, keduanya pergi ke kantor Bayu.

" Ayah!!!," teriakan Aksa yang keras menarik perhatian para karyawan yang kebetulan ada di lobi.

Bayu tersenyum dan memeluk putranya. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan meraih pinggang Kiara dan merangkulnya dari samping.

" Ayo ke atas" ajak Bayu dengan menggenggam tangan Aksa dan sebelah tangan lainnya merangkul Kiara.

Kiara yang diperlakukan manis seperti itu langsung merona. Sekaligus malu.

" Mas, malu. Karyawan kamu banyak yang lihat,"

"biarkan saja," Bayu acuh dan tetap melanjutkan langkahnya tanpa melepas salah satu tangannya yang nyaman di posisinya.

Blusshhh

Kiara hanya menundukkan kepalanya takut. Sementara itu bisik-bisik terdengar.

" Kamu dengar!! Dia panggil pak Bayu ayah?," seru salah satu resepsionis.

" Iya. Pak Bayu juga merangkul perempuan yang sepertinya ibu anak itu,"

" Apa jangan-jangan dia istrinya pak Bayu?,"

" Benarkah?,"

" Apa itu anak sambungnya ya?," si resepsionis senior bingung. Pasalnya usia anak itu sudah besar.

" Wajahnya jiplakan Pak Bayu. Mana mungkin anak sambung?,"

" Kerja yang benar. Jangan gosip," Candra yang baru datang dari luar menangkap obrolan kedua resepsionis yang membicarakan atasannya.

" Maaf, Pak," keduanya tampak gugup.

" Tak perlu penasaran. Nanti juga kalian tahu siapa yang bersama pak Bayu," ucap Candra langsung pergi meninggalkan kedua resepsionis yang meluruhkan pundaknya.

" Mirip jelangkung,"

" hushh,"

Keduanya malah tertawa.

.

.

" Ayah, ini tinggi sekali!!!," seru Aksa melihat keluar gedung. Ia tak tahu ada di lantai berapa. Karena posisinya jauh di atas.

" Bagaimana? Bagus kan?,"

" Bagus. Ini punya ayah?,"

" Punya Opa." Intinya Bayu mengaku agar terlihat hebat di mata anaknya. Tapi, itu terlalu kekanak-kanakan.

" Opa Galih keren!!,"

" Apa ayah tidak keren?," tanya Bayu tak suka anaknya memuji pria dewasa lain selain dirinya.

" Ayah juga keren. Ayah kan bos di sini,"

" Sama ayahnya Raka, siapa yang paling keren?," pertanyaan Bayu membuat Kiara menganga. Seingin itu suaminya mendapatkan pengakuan sang anak.

" Ayah lebih keren. Ayah bang Raka punya Bos. Tapi, Ayah justru seorang bos,"

Bayu tersenyum bangga sementara Kiara memutar bola mata. Ia baru melihat sikap unik suaminya.

"Aku tidak suka anakku menganggap laki-laki lain lebih hebat dari ayah kandungnya," Bayu meremas pinggang Kiara membuat Kiara hampir berteriak karena terkejut.

" Kekanakan," gumam Kiara yang masih bisa di dengar Bayu.

Bayu hanya tertawa. "Iya. Aku memang kekanakan," aku Bayu tak menyangkal.

.

.

" Kita jadi ke Mall, Ayah?,"

" Tentu."

" Kalau mas sibuk, nanti sore saja. Setelah pulang kerja," usul Kiara. Ia mendengar kalau Candra mengingatkan soal meeting yang akhirnya malah di geser jadwalnya oleh Bayu.

" Perusahaan bisa menunggu. Sementara anakku tidak akan ku biarkan menunggu lagi. Sudah cukup tujuh tahun ini dia menunggu kehadiran ayahnya," Bayu membantu Kiara memasang seat belt sebelum menutup pintu samping kemudi.

Kiara merasa terharu. Bayu mengutamakan anaknya.

Ia tersenyum saat laki-laki di sampingnya sudah melajukan mobilnya.

" Ayah, nanti aku boleh beli apa aja kan?,"

" Apapun?," tanya Aksa berbinar.

" Hmm. Ayah akan membelikan apapun yang Aksa mau,"

" Tapi, tidak boleh berlebihan," ingat Kiara dan.Aksa mengangguk tanpa bantahan.

" Ternyata benar, mereka istri dan anak pak Bayu."

" Iya. Berarti Bu Yumna tidak akan menjadi Bu Bos lagi. Syukurlah,"

" Bu Yumna?,"

" Iya. Mantan istrinya pak Bayu. Kamu tahu, dia itu angkuh. Kalau dibandingkan istri Pak Bayu yang sekarang, aku rasa Bu Kiara lebih cocok jadi istri Pak Bayu,"

" Kenapa kalian bergosip terus setiap aku lewat??,"

Kedua resepsionis itu mengatupkan bibirnya.

" Maaf, Pak,"

Chandra hanya berdecak sebelum pergi meninggalkan keduanya.

" Dia benar-benar jelangkung," keduanya malah terkikik.

.

.

" Bagaimana, puas mainnya?," Bayu menuntun Aksa yang sudah kelaparan setelah bermain di arena bermain anak.

" Puas, Ayah. Tapi, sekarang Aksa lapar,"

" Mau makan apa?,"

" Ayam goreng!!,"

" Siap, Bos!!," Aksa malah tertawa mendengar panggilan sang ayah.

Dari kejauhan kebersamaan keluarga kecil itu sangat menarik perhatian seseorang.

.

.

TBC