Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Matahari perlahan muncul, membuat cahaya nya memantul memasuki sela-sela gorden yang tidak tertutup rapat.
Terlihat sepasang kekasih yang masih tertidur pulas, kini mulai terganggu karena cahaya yang tepat megenai wajah mereka.
Rein mengucek matanya, sambil menyesuaikan penglihatan nya. Wanita itu menguap sambil meringis kecil kala bagian bawah nya terasa sakit.
"Morning sayang." Rein menoleh terkejut, kala mendapatkan Davin yang juga menatap nya sambil kembali menyesap ****** nya.
Rein menatap horor Davin yang terlihat sangat menikmati kegiatan menyusu nya. Bahkan pria itu hendak menutup kembali mata, dengan tangan yang aktif memainkan buah dada kanan Rein yang tampak menganggur.
"O-om lepaskan!" tukas Rein, sambil mencoba melepaskan ****** nya dari mulut Davin. Rein bisa merasakan ****** nya kebas, ia yakin pasti Davin tidak melepas ******* nya dari semalam.
Davin membuka mata sambil menatap Rein yang juga menatap nya. Pria itu menggeleng sambil membenamkan wajahnya di dada Rein.
Wajah Rein memanas kala mata nya tak sengaja menatap milik Davin yang terlihat jelas di matanya, saat selimut yang mereka pakai tersingkap.
"Astaga, i-itu sangat besar," batin Rein, wajah nya kini memerah bak tomat.
Davin menyeringai ketika melihat Rein yang masih menatap milik nya yang kini mulai terbangun. "Sudah puas melihat nya, hm?" tanya Davin sambil menahan tawa.
Rein menegang, astaga dia seperti ketahuan berbuat mesum. Wajah nya memerah, Rein berusaha mengalihkan pandangannya dari Davin yang kini tertawa keras sambil memeluk nya. "Dia terbangun sayang, mau membantu ku?"
Rein mendelik kesal, ia mencoba melepaskan diri dari pelukan Davin yang kini mengerat. "Aakk..." pekik nya sakit kala bagian bawah nya terasa ngilu.
"Kenapa? Sakit banget ya?" tanya Davin sambil berdiri. Rein yang tadi kesakitan kini melotot horor melihat junior Davin yang menegang sempurna.
"I-itu..." tunjuk Rein dengan suara bergetar. Bagaimana tidak bergetar jika milik Davin sekarang terlihat dua kali lipat lebih besar.
Davin menunduk sambil memegang milik nya, pria itu kemudian menatap Rein yang kini mengeratkan genggaman nya pada selimut.
"Seperti nya, dia ingin masuk goa baru nya kembali sayang!"
***
Jam menunjukkan pukul 7, Ami menuruni tangga sambil bersenandung kecil. Wanita itu sudah terlihat rapi dengan kemeja kotak-kotak merah dan celana jeans hitam sambil menenteng tas di pundak nya.
"Selamat pagi bi," sapa nya semangat. Entah lah hari ini mood nya terlihat sangat baik.
"Pagi non."
Ami yang duduk di bangku menoleh saat melihat Rein yang baru saja datang. Eh tunggu-tunggu, kenapa sahabat nya itu berjalan seperti habis di sunat.
"Lo kenapa Rein?" tanya Ami khawatir.
Rein menegang mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Ami. Berbagai pertanyaan muncul, bagaimana reaksi Ami ketika mengetahui bahwa ia telah melakukan itu dengan Davin. Apakah Ami akan marah atau malah sebaliknya.
"Rein tadi jatuh di kamar mandi." Ami dan Rein menoleh pada Davin yang masih menggenakan pakaian casual.
"Daddy nggak ke kantor?" tanya Ami heran.
Davin menggeleng sambil memegang bahu Rein. "Daddy libur sehari. Oh iya, biar daddy aja yang gendong Rein." Ami mengangguk saja, karena kasihan juga melihat Rein yang tampak meringis kecil saat berjalan.
Sedangkan yang yang di khawatir kan sekarang malah melirik kesal, kekasih baru nya yang tampak sekali sedang melancarkan aksi modus nya.
"Kok daddy tahu, Rein tadi jatuh di kamar mandi?" tanya Ami yang baru sadar.
Rein menutup mata, kenapa sahabat nya ini banyak bertanya. "Tadi daddy nggak sengaja lewat depan kamar Rein, terus dengar teriakan makanya daddy langsung masuk dan ternyata Rein jatuh jadi daddy bantuin." Rein mendelik kecil ke arah Davin yang terlihat pandai sekali mengeles. Untung Ami memiliki otak yang sedikit lemot, ya meskipun itu kadang-kadang.
"Oh gitu. Cepat sembuh ya, Lo izin aja hari ini." baru saja akan menjawab, Davin lebih dulu bersuara membuat Rein kesal kembali.
"Setuju. Kuliah nya besok aja, kan kasihan kalau kuliah pas sakit gini." Ami mengangguk membenarkan ucapan Davin.
***
Jika kalian bertanya mengapa Rein tak marah karena Davin sudah meniduri nya, jawaban nya sangat simpel karena ia berpikir bahwa tak ada gunanya juga jika ia marah. Keperawanan nya tak akan bisa kembali, dan juga ia seperti nya menyukai pria yang kini sedang bergelayut manja di lengan nya.
Entah sejak kapan, namun Rein juga tak tahu pasti, yang ia yakini sekarang ia menyukai pria ini, mungkin perasaan nya akan naik satu level mulai sekarang menjadi cinta.
Rein melirik Davin yang kini menonton televisi dengan raut serius. Apakah ia bisa mencintai pria ini? Apakah dirinya boleh berharap bahwa pria ini juga mencintai nya? Apakah...apakah dirinya bisa menggantikan wanita yang sangat-sangat pria itu cintai.
Rein tahu Davin sangat mencintai istrinya, terbukti dengan foto pernikahan mereka yang masih terpasang indah di kamar pria itu.
Apakah pria ini benar-benar menyukai nya atau itu hanya sekedar omong kosong belaka.
Rein pernah mendengar cerita dari Ami bahwa daddy nya sangat mencintai mommy nya, terbukti dari daddy nya yang tak pernah mau jika di minta untuk menikah lagi oleh sang Oma.
"Kenapa dari tadi ngeliatin terus?" tanya Davin tiba-tiba, membuat Rein tersentak kaget.
"Eh nggak papa om." jawab Rein sambil menggeleng kecil. Jujur saja ia belum terbiasa dengan sikap Davin yang seperti ini.
Davin menatap Rein yang tampak mencoba mengalihkan pandangan dari nya. "Kenapa, hm?" tanya nya sambil mengelus pelan pipi Rein.
Rein menatap Davin dengan sendu. Matanya perlahan berkaca-kaca membentuk genangan air, hingga menit berikutnya air itu jatuh dengan satu kedipan mata.
"Eh kenapa nangis? Itu nya masih sakit ya? Ayo kita ke dokter," ucap Davin panik.
Rein memukul pelan dada Davin, membuat pria itu mengerutkan kening bingung. "Kenapa? Aku ada salah?" Rein semakin bingung, pria itu bahkan Sekarang mengubah panggilan nya menjadi aku kamu.
Rein semakin terisak karena bingung dengan perasaannya sendiri. Pikiran-pikiran buruk menghantui nya, bagaimana jika pria ini tak mencintai nya dan malah membuang nya seperti kedua orang tua nya.
Davin memeluk Rein sambil mengelus pundak Rein atau lebih tepatnya kekasih baru nya.
Pria itu dengan sabar menunggu Rein untuk menceritakan apa yang ia pikirkan saat ini, hingga membuat nya menangis sesenggukan.
Tak terasa Rein menangis hingga mata nya terlihat membengkak. Davin menahan tawa kala melihat hidung Rein yang memerah.
Kenapa kekasih nya ini sangat lucu, rasanya ingin ia seret menuju ranjang hangat milik nya, pikir Davin mesum.
"Sudah? Sekarang mau cerita?" tanya Davin penuh cinta.
Rein menghapus air matanya lalu menatap Davin yang juga menatap nya. Rein menarik napas pelan, lalu menghembuskan nya.
Apakah ia boleh menanyakan perasaan pria yang kini sudah berstatus kekasih nya.
"O-om, gimana perasaan om sama aku?"
Deg
TBC....
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..