NovelToon NovelToon
Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Nuraeni

Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.

Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.

Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal

Karena konflik yang sempat terjadi dengan David dan Bu Juni itulah yang membuat Faisal trauma. Ini semakin membuat Faisal kembali terpuruk dalam zona nyamannya, hingga tidak ada lagi keinginan untuk menerima tawaran dari Barata. Barata pun menceritakan konflik yang menyebabkannya keluar dari kantor Bu Juni dan pindah ke agency penagihan yang lain. Namun Faisal sudah tidak tertarik lagi untuk bekerja di jasa penagihan. Hanum berulang kali mengingatkan bahwa kondisi tiap agency pasti berbeda, tidak ada salahnya mencoba kerja di agency yang lain. Namun semakin diingatkan dan dinasehati, Faisal semakin marah. Sampai Hanum kembali diam, dan tak peduli lagi dengan keinginan suaminya. Yang dia fikirkan sekarang adalah tetap berjuang untuk mencari nafkah semampunya.

Sedih dan kecewa sudah menjadi hal yang biasa bagi Hanum, namun dia tidak menampakkannya. Dia berusaha untuk tetap tegar dan menyelesaikan semua masalah yang ada. Kembali lagi hanya selembar sajadah yang jadi saksi beratnya penderitaan yang Hanum rasakan. Hanum tetap menyembunyikan kesedihannya saat bersama Faras, tanpa dia ketahui kalau Faras sering memergoki ibunya yang terpuruk di kala bersujud.

Kira-kira jam 10:00 Faras mengantar Ibunya berbelanja stok bahan-bahan untuk jualan tiga hari ke depan. Kalau nggak dibantu, Hanum akan kesulitan membawa barang belanjaannya yang cukup banyak. Sebelum pulang mereka sempatkan untuk membeli gado-gado untuk sayur makan siang. Begitu sampai di rumah, Hanum langsung menyusun bahan-bahan kering di lemari dan bahan-bahan basah di lemari es. Setelah rapi semuanya, baru menuangkan gado-gado yang tadi dibelinya ke dalam mangkuk saji. Menu makan siang yang sederhana ada gado-gado, ayam goreng Kalasan dan bakwan jagung. Mereka bertiga menikmati makanan yang terhidang dengan lahap.

Dert... Dert.... Dert...

Bunyi getaran handphone di atas meja makan, memecah kesunyian dan kenikmatan Faras, Faisal dan Hanum yang sedang menikmati makannya. Karena posisi Faras yang paling dekat ke meja, diambilnya handphone yang bergetar tersebut. Ternyata handphone Hanum yang ada panggilan masuk.

"Panggilan masuk dari siapa Nak?" tanya Hanum sambil merapihkan piring-piring kotor.

"Panggilan dari Teh Nunung Bu, dan ini ada chat wa juga." jawab Faras memperlihatkan layar handphone yang dipegangnya.

"Tolong jawab chatnya, tulis nanti dihubungi 15 menit lagi, Ibu lagi nyuci piring." ujar Hanum yang sudah ke dapur dengan tumpukan piring kotor.

Selesai mencuci piring, Hanum segera mengambil handphone dan melakukan panggilan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh Teh Nung. Bagaimana kabarnya?" Sapa Hanum begitu telpon tersambung

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh Bun Han. Alhamdulillah Teh Nung sehat. Bun Han bagaimana, sehat?" tanya balik Teh Nunung.

"Alhamdulillah sehat juga Teh. Ada yang bisa saya bantu CPW (calon pengantin wanita)?" tanya Hanum sambil menggoda Teh Nunung

"Hahaha... santai saja Bun, Alhamdulillah banyak bala bantuan, jadi Teh Nung mah tinggal duduk santai. Besok Bun Han free nggak? Bisa kita ketemuan di BIM sekitar jam 11:00 gitu?" tanya Teh Nunung dengan nada serius

"Insya Allah bisa Teh. Memang ada apa sih? Kok saya jadi deg-degan dan kepo ya" tanya Hanum penasaran.

"Nggak ada apa-apa, kita ketemu saja dulu sebelum walimatul ursy. Karena kan Teh Nung mau langsung pindah ikut suami, jadi biar puas-puasin ngobrol dulu" Teh Nung menjelaskan maksudnya pertemuan besok.

"Siap kalau gitu Teh. Insya Allah besok kita ketemu."

"Oke Bun. Itu dulu ya, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh"

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh"

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Sesuai yang dijanjikan sebelumnya, hari ini Hanum sudah bersiap untuk berangkat ke BIM. Karena jaraknya yang tidak jauh dari rumah, dia memilih naik angkutan umum meskipun harus memutar terlebih dahulu. Hanum melihat chat dari Teh Nunung, tempat mereka janjian hari ini di Solaria. Hanum pun. Segera menuju ke Solaria yang letaknya di bagian pintu belakang. Memasuki Resto Solaria, pandangan Hanum langsung mencari keberadaan Teh Nung. Begitu sudah ketemu, segera dihampirinya meja Teh Nung yang memang cukup penuh.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh Teh. Sudah lama ya?" sapa Hanum mengajak salaman dan memeluk Teh Nunung.

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh. Eh Bun Han sudah sampai. Belum Bun, ini baru selesai menemani keponakan main di Timezone, sekarang mulai pada kelaparan katanya. Kenalin dulu ini kakak Teh Nung, yang tinggal bareng di rumah, yang ini adik dari Kalimantan, terus yang ini adik dari Seluma." jawab Teh Nunung sambil mengenalkan keluarganya yang duduk bersama.

"Kenalin ibu-ibu saya Hanum, teman Teh Nung jalan-jalan. Hahaha.." ujar Hanum mengenalkan diri dan langsung duduk di samping Teh Nunung.

"Ayo Bun pesan makan dulu, nanti kita ngobrol habis makan biar santai dan nggak terburu-buru." ajak Teh Nunung sambil memberikan buku menu yang dipegangnya.

Karena Hanum belum merasa lapar, dia memilih makanan yang tidak berat dengan segelas Ice Lemon Tea. Sambil menunggu pesanan datang, Teh Nunung menceritakan proses ta'aruf yang dijalaninya dalam waktu 1 bulan kemarin. Calon suaminya berasal dari Bengkulu juga, hanya setelah menjadi ASN ditempatkan sebagai dosen di USU, karena itulah Teh Nunung harus ikut pindah ke Medan. Usia Teh Nung juga memang sudah cukup mapan dan calon suaminya juga serius mengajak langsung ke pelaminan. Keluarga langsung menyetujui tanpa ada perdebatan karena tinggal Teh Nunung yang masih belum menikah, jadi mereka sangat bergembira dengan berita lamaran Teh Nung itu.

Selesai makan, saudara-saudara dan keponakan Teh Nunung pamit untuk ke mushola lebih dahulu, sedangkan Teh Nunung mengajak Hanum untuk ngobrol dulu.

"Bun, kegiatannya masih jualan kue di kantin itu?"

"Iya Teh, Alhamdulillah masih diberi kemudahan untuk jualan disana."

"Berapa pendapatan seharinya?"

"Kalau omzet sih rata-rata Rp 350 ribu. Bersihnya untuk saya sekitar Rp 150 ribu per hari. Fluktuatif memang, tapi nggak jauh dari angka itu."

"Terus suaminya sudah bekerja lagi?"

"Belum Teh. Saya sudah bosan menyuruhnya"

"Begini Bun, konsekuensi Teh Nung menikah dan pindah itu, jadi tidak ada lagi yang jagain kakak ipar yang lagi sakit itu. Ini sih Teh Nung memberanikan diri menawarkan ke Bun Hanum, kira-kira mau nggak menemani Pak Luki untuk 2 bulan ke depan. Nggak seperti perawat kok, karena sebelum ditinggal Teteh, pasti sudah dimandikan dulu. Paling nanti Bun Hanum itu nemenin ngobrol, memastikan makannya, terus urusan ke kamar mandi. Nah kebetulan kan suami Bun Hanum nggak kerja, jadi bisa sekalian diajak untuk nemenin biar nggak jadi fitnah juga. Teh Nung menawarkan jasanya Rp 2 juta untuk sebulan. Tapi ini baru Teh Nung sendiri yang menawarkan ke Bun Hanum, karena kemarin tuh Teteh bilang kesulitan mencari orang, dan entah kenapa tiba-tiba nama Bun Hanum yang terlintas. Ya ini kan saling bantu, sama-sama butuh ya."

terang Teh Nunung menyampaikan tawaran yang cukup menarik bagi Hanum.

"Alhamdulillah Teh Nung ternyata sangat perhatian pada saya, insya Allah pulang nanti saya bicarakan dengan suami dulu. Dan semoga saja jawaban terbaik nanti yang disampaikan ke Teh Nung"

"Iya harus didiskusikan dulu Bun. Mohon maaf ya bukan maksudnya menghinakan Bun Hanum dengan tawaran ini, tapi nggak tahu kenapa itu saja yang kemarin terlintas di kepala Teh Nung"

"Nggak apa-apa Teteh, justru saya yang terima kasih sudah diberi jalan untuk menjemput rejeki"

"Ya sudah sekarang kita sholat dulu, terus kita keliling cuci mata. Hahaha..."

Mereka pun pergi ke mushola untuk menunaikan sholat dzuhur. Sesampainya di mushola ternyata rombongan adik kakak dan keponakan Teh Nunung baru keluar, dan mereka minta ijin untuk ke Departemen Store duluan, mau mencari sepatu untuk putrinya. Selesai sholat Hanum dan Teh Nunung menyusul rombongan yang masih berkeliling mencari sepatu yang cocok. Sebelum pulang, tak lupa mereka mampir ke supermarket untuk membeli aneka buah dan cemilan. Hanum pun memilih membeli buah semangka yang warnanya merah ranum cukup menggoda,

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Malamnya Hanum pun membicarakan tawaran teh Nunung dengan Faisal. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya Faisal bersedia menerima tawaran tersebut. Besoknya Hanum pun memberikan kabar mengenai kesedian nya menerima tawaran pekerjaan kepada Teh Nunung.

"Masya Allah.. Teh Nung akan sampaikan dulu pada keluarga ya Bun, biar kami diskusikan bersama"

"Iya Teh silahkan."

Setelah dua hari berlalu, Hanum baru diberi kabar oleh Teh Nunung untuk menghubungi langsung Kakaknya.

"Bun, nanti Bunda hubungi Teteh, dan sekalian saja silaturahmi ke sana supaya tahu rumahnya dengan pasti dan bisa menghitung waktu jarak tempuhnya." saran Teh Nunung

"Insya Allah nanti saya hubungi Teh, minta waktu untuk ketemu langsung ya sekalian survey tempat" balas Hanum.

Hanum langsung menyimpan nomor kontak Bu Lilis, kakaknya Teh Nunung. Setelah melalui chat yang intens, akhirnya Faisal dan Hanum pun diperbolehkan datang besoknya. Kira-kira jam 08:00 Hanum dan Faisal berangkat menuju rumah Bu Lilis. Kalau melihat jarak di Google Map, jaraknya sekitar 40km dari rumah. Dengan dibantu aplikasi Map, setelah menempuh hampir 60 menit perjalanan, Hanum dan Faisal tiba di rumah Bu Lilis.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh. Betul ini rumah Bu Lilis?" tanya Hanum ramah

"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh. Betul. Ini Teh Hanum, teman Tante Nung ya? Ayo masuk !" ajak Bu Lilis tak kalah ramah.

"Betul Bu Lilis, saya Hanum dan ini suami saya Faisal" ujar Hanum sambil masuk ke teras.

"Pak, kenalkan ini Teh Hanum dan suaminya Aa Faisal yang akan menemani Pak Luki, ketika Ibu kerja. Ini temannya Tante Nung juga" jelas Bu Lilis kepada Pak Luki yang duduk di kursi roda.

Hanum dan Faisal bersalaman dengan Pak Luki sembari mengenalkan diri masing-masing.

"Jadi si Aa ini nanti menemani Teh Hanum di sini kan. Nah nanti ngojekin Ibu ke sekolah dulu pagi dan siangnya jemput ya Aa! Sekolah tepat Ibu ngajar dekat kok, paling 15 menit saja dari sini, biar sekalian daripada nanti sibuk order ojek lagi. Biasanya Ibu kalau ngojek itu PP Rp 35 ribu."

"Jam berapa biasanya Bu Lilis berangkat kerja" tanya Hanum

"Berangkat kerja jam 7:00 dan pulangnya jam 14:00. Berarti sebelum jam 7 sudah di sini ya Teh, Aa!"

"Baik Bu. Insya Allah siap" jawab Faisal sambil tertawa.

"Yuk Teh Hanum kita masuk dulu, biar saya jelaskan apa-apa yang menjadi kebiasaan Pak Luki." ajak Bu Lilis kepada Hanum untuk masuk ke rumah.

Setelah di ruang tamu, Bu Lilis menjelaskan dan menunjukkan tempat istirahatnya Pak Luki, tempat pampers ganti, pispot dan juga tempat pakaian gantinya. Kemudian menunjukkan tempat makanan cemilan, buah dan juga makanan yang biasa dihidangkan. Hanum mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan Bu Lilis.

Hampir 2 jam Hanum dan Faisal bertamu di rumah Bu Lilis. Sekitar jam 11:00 mereka pun pamit, karena Faisal harus mengejar waktu sholat Jum'at.

Hari Ahad adalah hari pernikahan Teh Nunung. Hanum pun telah tiba di lokasi dan menunggu teman-teman dari Komunitas ODOJ Jakarta yang sudah sampai juga. Setelah berkumpul, mereka masuk bersama untuk mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Rupanya komunitas yang diikuti Teh Nunung bukan hanya 1 atau 2, tapi cukup banyak, sehingga saat berfoto pun harus menunggu antrian yang panjang.

Selesai beramah tamah, Hanum segera pamitan dengan seluruh keluarga Teh Nunung, termasuk Bu Lilis dan Pak Luki. Saat itulah Bu Lilis mengajaknya bicara

"Teh Hanum, sudah diberitahu Tante Nung belum?" tanyanya sambil agak berbisik karena sekitarnya cukup ramai

"Belum ada pemberitahuan apa-apa Bu. Memang ada yang ingin disampaikan?" jawab Hanum sambil kembali balik bertanya.

"Untuk rencana kemarin ditunda dulu, karena Pak Luki sedang mode ngambek. Mungkin merasa belum nyaman karena belum kenal Teh Hanum. Biasalah kalau sedang keras kepalanya datang, susah untuk diberitahunya" terang Bu Lilis

"Oh iya nggak apa-apa Bu Lilis. Malah saya yang berterima kasih karena sudah diberitahu sekarang. Kalau tidak besok subuh saya pasti sudah berangkat."

"Iya, jadi nanti nunggu dikabari lagi ya Teh!"

"Siap Ibu"

Dan hingga 1 Minggu setelah pertemuan dengan Bu Lilis tidak ada lagi kabar apapun, Hanum juga tidak berharap lagi atas tawaran kerja itu. Mungkin inilah yang Allah bilang bukan rejeki kita, meski sudah di depan mata dan tinggal selangkah lagi, tapi jika Allah bilang jangan, maka tidak akan bisa kita raih. Insya Allah masih banyak peluang lagi yang Allah sediakan ke depannya.

1
Nancy Nurwezia
ceritanya menarik..
Amelia Quil
Penulis hebat! Ceritanya bikin ketagihan! ❤️
Ida Nuraeni: Terimakasih kakak untuk apresiasinya🙏
total 1 replies
Ida Nuraeni
terima kasih kakak sudah mampir di karya saya
Dr DarkShimo
Gemes banget 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!