Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.
Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.
Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.
Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.
Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.
Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Menjadi pramugari adalah cita - citanya sejak dulu, itu juga lah yang menjadi salah satu alasan kenapa dulu Olivia mulai memperbaiki proporsi tubuh dan penampilannya. Meskipun sempat mendapat tentangan dari Aron, tapi Olivia tak memedulikan itu.
"Kau sudah menjadi istriku, semua kebutuhanmu aku yang memenuhi, untuk apa lagi kau bekerja?"
"Aku sudah bekerja keras untuk menggapai mimpiku, kau tak bisa dengan seenaknya menyuruhku untuk berhenti. Karena sampai kapanpun aku tak akan berhenti." bantah Olivia.
"Lagi pula kau juga sedang hamil, aku tak mau anakku kenapa-napa jika kau terus keras kepala." sahut Vernon.
Perdebatan pertama mereka setelah status mereka resmi menjadi suami istri. Vernon mendengus, kenapa Olivia suka sekali mendebatnya. Wanita itu sungguh keras kepala dan sulit untuk menurut.
"Oke, aku akan mengurangi jam terbangku, tapi jangan pernah larang aku lagi!"
"Tak ada jam terbang selama kau hamil sampai usia baby 2 tahun." putus Vernon.
"Yak, mana bisa seperti itu?!" protes Olivia.
"Bisa saja, aku suamimu dan aku berhak mengaturmu, dan jangan lupa kau bekerja di maskapai milik siapa. Maxwell juga pasti akan langsung menyetujuinya." balas Vernon.
Olivia mendengus. "Ya ya ya, silakan, lakukanlah sesukamu.”
Vernon benar - benar pandai memanfaatkan keadaan.
***
Chelsea baru menutup teleponnya setelah meminta maaf pada Olivia dan Vernon karena tidak bisa hadir di acara pernikahan mereka.
Chelsea menatap sang suami yang sedang berbaring di atas ranjang dengan suhu tubuh yang tinggi dan juga asam lambung yang naik.
Sebagai istri, Chelsea tentu akan merawat Edric dengan baik, apalagi dia juga merupakan seorang dokter, sehingga dia tak perlu repot menelepon atau pergi ke dokter untuk memeriksa suaminya.
"Kau lihat akibat perbuatan nakalmu, kau sendiri yang mendapatkan akibatnya." omel Chelsea sambil meletakkan plaster penurun panas di kening Edric.
Edric tak menjawab, dia justru meringis saat merasakan perih di lambungnya.
Tadi pagi Edric memang sudah merasakan mual dan perutnya yang terasa penuh, tapi suami Chelsea itu tetap keras kepala pergi ke kantor karena ada rapat penting yang harus dia hadiri. Berakhirlah saat jam makan siang, salah satu anak buah Edric menelepon Chelsea dan mengantarnya pulang.
Awalnya Chelsea akan membawa Edric untuk dirawat di rumah sakit, tapi Edric dengan keras kepalanya terus merajuk ingin pulang.
Chelsea dengan telaten mengurus Edric, memijat kakinya, menyiapkan wadah dan mengurut tengkuk Edric saat dia muntah, mengolesi perut dan dada Edric dengan minyak kayu putih, menyiapkan teh hangat, hingga mengelap tubuh Edric yang berkeringat.
Chelsea menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, meskipun pernikahannya di dasari oleh keterpaksaan tapi Chelsea mampu berpikiran dewasa menyikapinya. Dia tidak kekanakan dan egois dengan membiarkan Edric mengurus dirinya sendiri. Dia mengurus dan menyiapkan segala kebutuhan Edric, meskipun awalnya dia sempat mendapat cultur shock, tapi dengan cepat dia mampu beradaptasi menjadi sosok istri yang baik.
"Apa masih mual?" tanya Chelsea sambil menepuk pelan perut kembung Edric.
Pria itu mengangguk lemas.
Meskipun Chelsea sempat kecewa karena tak bisa hadir di pernikahan Olivia dan Vernon, padahal dia sudah menyiapkan pakaian couple dengan Edric, tapi sekarang kesehatan Edric jauh lebih penting.
"Kau mau kemana?" tanya Chelsea saat Edric bangkit dari tidurnya.
"Aku ingin buang air." jawab Edric dengan bibir pucatnya.
"Disini saja, aku akan menyiapkan wadah." ucap Chelsea menahan tubuh lemas sang suami.
"Aku ingin buang air besar, sayang. Aku masih kuat untuk berjalan ke kamar mandi." tolak Edric mulai bangkit meskipun agak sempoyongan.
"Kau yakin kuat berjalan?"
Edric mengangguk yakin meskipun tubuhnya butuh topangan untuk bisa berdiri dan berjalan.
Setelah mengantar dan membantu Edric, Chelsea menunggu pria itu sambil duduk di samping ranjang.
Ting
Mata kucing Chelsea langsung mengarah pada ponsel Edric yang berbunyi. Satu pesan masuk Chelsea lihat dari notifikasi bar dilayar kunci.
Sekretaris Fay
Apa kau sudah baikan? Aku akan datang menjengukmu.
Chelsea mendesis kesal, apa - apaan itu? Kenapa sekretaris itu berbicara informal pada Edric. Pakai acara mau jenguk segala.
Tangan Chelsea meraih ponsel itu dan langsung bisa dia buka sebab Edric memasukan sidik jari Chelsea juga di ponselnya. Dasar bucin.
Chelsea langsung membuka aplikasi pesan, dan yang pertama dia lihat adalah deretan pesan genit dari sekretaris itu. Jadi selama ini Edric sering chating dengan sekretaris itu diluar jam kerja? Bukan, lebih tepatnya sekretaris itu yang sering mengirim pesan pada Edric.
"Cih, tak tahu malu." gumam Chelsea saat melihat foto profil sekretaris itu.
"Edric tak akan tergoda padamu!" seru Chelsea langsung memblock nomor itu.
Dengan kesal Chelsea meletakkan kasar ponsel Edric di atas meja nakas. Pasalnya bukan hanya sekretaris itu yang mengirim pesan pada Edric, tapi juga puluhan nomor asing dengan foto profil 'sok' seksi memenuhi aplikasi pesan di ponsel itu.
Kekesalan Chelsea menguap saat melihat Edric membuka pintu kamar mandi dengan sempoyongan. Chelsea lantas segera menghampiri sang suami dan membantunya untuk kembali berbaring di ranjang.
"Kau tadi muntah lagi?" tanya Chelsea khawatir yang di jawab anggukan lemas oleh Edric.
"Take your sweet time getting well!" bisik Chelsea sebelum mengecup kening Edric.
"Kau mau kemana?" tanya Edric saat Chelsea hendak pergi setelah mengecup kening dan menyelimutinya dengan selimut tipis.
"Aku akan membuat makan malam, kau istirahat saja ya." jawab Chelsea lembut.
Edric mengulas senyum dan melepas tangan Chelsea, membiarkan sang istri pergi. Edric sungguh merasa beruntung karena rupanya targetnya tidaklah salah.
Edric langsung jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu dengan Chelsea di lift kala itu. Edric langsung menetapkan hatinya untuk memilih gadis itu. Dan rupanya pilihan Edric tidak salah.
Dia yang tiba - tiba datang pada orang tuanya untuk meminta melamarkan Chelsea untuknya. Dia datang ke kediaman wanita itu tapi sayangnya Chelsea sedang tak ada di rumah. Namun rupanya, ketidakhadiran Chelsea kala itu menjadikan peluang besar untuk Edric. Karena selain bisa membujuk Damian, Edric juga bisa menjahili gadis lugu itu.
Edric juga bekerjasama dengan Damian, sehingga Chelsea terlihat kelabakan saat tahu bahwa pria yang akan menikah dengannya adalah Austin.
Edric tak terpikir jika Chelsea akan bisa sedewasa itu dalam menjalani biduk rumah tangga dengannya. Edric pikir gadis 23 tahun itu akan bersikap manja dan kekanakan. Tapi justru Edric salah, Chelsea mampu menjadi istri yang begitu pengertian dan dewasa. Meskipun tahu Chelsea menerimanya karena terpaksa, tapi dari bagaimana tabiat Chelsea selama ini, Edric tak melihat atau merasakan raut keterpaksaan Chelsea menjalani perannya sebagai istri.
Ya, Edric beruntung karena kisah cintanya tak serumit ketiga sahabatnya yang lain. Kecuali Vernon.