Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bab 1 Hanum Pratiwi

Deburan air menabrak batu karang menjadi instrumen penghantar malam yang semakin kelam. Desiran angin mengalun merdu mengimbangi gulungan ombak yang menyapu daratan. Cahaya rembulan yang penuh terpantul keemasan di permukaan laut yang mulai tenang. Suasana syahdu pun tercipta menusuk raga, membuat jiwa terhanyut dengan indahnya samudera.

Tampak sosok perempuan yang masih betah berdiri di antara deburan ombak, memandang laut lepas yang tanpa batas. Udara dingin tak mempengaruhi tatapan matanya, yang tenggelam dalam lamunan panjang. Entah apa yang sedang merasuki fikirannya, hingga tak mengindahkan sekeliling. Seorang pemuda terlihat turun dari motor, berjalan menghampirinya dengan mantel yang terlampir di lengan kiri.

"Bu, sudah jam 21:00, saatnya kita pulang" ajaknya setelah berdiri di samping sang ibu

"Rasanya disini damai sekali, seolah bisa menenggelamkan semua permasalahan yang dihadapi" ucap sang ibu tanpa merubah posisinya.

"Faras tahu Bu, tapi angin malam juga kurang baik untuk kesehatan Ibu. Faras tidak rela melihat Ibu sakit, karena membiarkan Ibu terus di pantai. Kita pulang dan istirahat ya Bu, agar tetap semangat menyongsong hari esok!" bujuk Faras dengan nada lemah lembut.

"Ibu masih memiliki harapan supaya kamu bisa tetap meneruskan kuliahmu, tapi Ibu tak berdaya, hanya berharap keajaiban dari Allah semata" lanjut Hanum masih tetap memandang lautan yang semakin kelam.

"Tidak apa-apa Bu meskipun Faras harus berhenti kuliah, hanya untuk mendapatkan pekerjaan juga hingga saat ini belum bisa. Kalau saja Faras bisa bekerja, pasti Faras akan menabung untuk meneruskan kuliah lagi" ujar Faras sambil ikut memandang lautan.

"Mari kita pulang Nak, dan melupakan sejenak permasalah kita. Ibu yakin ada hikmah terindah di balik semua ini" akhirnya Hanum luluh juga untuk meninggalkan pantai yang semakin sepi.

Faras pun menurut, kemudian berbalik dan melangkah lebih dulu menuju motornya. Tak lupa Faras memakaikan mantel yang dibawanya ke tubuh sang ibu yang terasa dingin karena angin malam. Dengan hati-hati ia menunggu sang Ibu duduk di jok motor, baru menjalankan nya dengan perlahan. Tak ada percakapan lagi di antara mereka, hanya suara mesin yang mengisi kekosongan. Sepuluh menit perjalanan yang dilalui, akhirnya tiba di rumah kontrakan yang 3 tahun ini menjadi tempat bernaung mereka sekeluarga.

Tanpa berkata-kata lagi Hanum langsung masuk kamar mandi, membersihkan diri dan mengambil peralatan sholatnya. Hanum memang belum menunaikan sholat Isya, karena selesai Sholat magrib tadi langsung berjalan-jalan di Pantai untuk menenangkan hatinya yang sedang galau. Hanum sangat khusyuk dalam setiap gerakan sholatnya, dan terdengar merdu bacaan surahnya sampai menyentuh kalbu. Selesai sholat, masih dilanjutkan dengan bertilawah hingga rasa kantuk menyerang.

Hanum Pratiwi, biasa dipanggil Hanum adalah sosok seorang istri dan ibu yang tangguh untuk keluarganya. Di usianya yang memasuki 49 tahun, harus menghadapi getirnya kehidupan rumah tangga. Memang ini bukan yang pertama kalinya, karena saat awal menikah pun, sang suami masih belum memiliki pekerjaan. Namun itu tidak membuatnya mundur, karena saat itu Hanum bekerja di salah satu perusahaan media massa. Perlu 3 tahun penuh untuk berjuang dan kerja keras hingga akhirnya bisa merasakan manisnya berumah tangga. Mereka sudah bisa membeli rumah sendiri meskipun melalui KPR, punya kendaraan sendiri walaupun masih kendaraan roda dua. Memasuki tahun ke-5, Allah menitipkan janin di rahimnya, yang membuatnya semakin bersyukur dan berbahagia. Kehadiran seorang bayi membawa rejeki dan pekerjaan yang yang lebih baik bagi sang suami, yang tadinya bekerja di tempat orang lain akhirnya bisa merintis sendiri usaha jasa penagihan, seperti yang dikerjakannya.

Namun takdir Allah berkata lain, saat sang anak yang diberi nama Faras Al Ghiffari berusia 9 tahun, badai kembali mengguncang rumah tangganya. Usaha yang dirintis suaminya selama 4 tahun mengalami kebangkrutan dan menyisakan hutang kepada kakak iparnya yang ikut menjadi investor. Kebijakan yang dikeluarkan OJK mengakibatkan pemutusan kerjasama dengan 3 bank. Setelah berfikir cukup lama dengan mempertimbangkan banyak hal, Akhirnya rumah hasil kerja keras selama ini terpaksa dijual untuk membayar hutang kepada Kakak ipar, dan sebagai modal usaha yang baru di kampung halaman suami.

Karena pertimbangan bakti pada keluarga, Hanum memutuskan resign dan menemani suaminya merintis usaha kontraktor di Pulau Sumatera. Saat tahun pertama dan kedua, proyek tersebut berjalan lancar, bahkan ada 3 Proyek yang dikerjakan. Resiko mengerjakan proyek pemerintah adalah saat ada pemeriksaan dari BPKP, yang berimbas pada pengembalian uang karena nilai material yang di atas kelayakan. Itu selalu terjadi setiap tahunnya, sehingga seringnya bukan keuntungan yang didapat, tapi kerugian. Sehingga di tahun kelima, saat pandemi melanda, mereka kembali menghadapi kesulitan finansial, kehabisan modal. Hal ini berimbas pada kelangsungan pengerjaan proyek, sehingga meninggalkan tunggakan ke supplier .Banyak proyek pemerintah yang dialihkan untuk pandemi, dan proyek yang berjalan pun terhenti. Kembali mereka harus kehilangan asset untuk membayar tagihan pihak ketiga, bahkan untuk biaya kuliah Faras juga ikut terpakai. Kehidupan itu ibarat roda, yang berputar tanpa jeda. Kadang kita bisa di atas, kadang juga bisa di bawah. Bagi Hanum yang sudah terbiasa dengan ujian-ujian tersebut, tidak lagi merasa kaget, hanya perlu beradaptasi dengan cepat.

Mereka bertiga kembali pindah ke kota lain, untuk memulai kehidupan yang baru, sekaligus mendekati tempat kuliah sang anak. Menghabiskan uang yang ada, Hanum tetap bersikeras untuk menguliahkan sang anak, karena ingin masa depannya tetap bersinar dengan pendidikan yang didapatkannya. Dari sinilah permasalahan mulai bermunculan. Di usia yang bukan lagi masa produktif, harus mencari pekerjaan lain bersaing dengan anak muda yang lebih gesit. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan menjadi hal yang sangat sulit. Dan sang suami yang sudah tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan menambah ekonomi keluarga kian terpuruk. Tanpa bisa dicegah, kuliah sang anakpun harus terhenti di tahun ke-4.

Sungguh miris, di masa tua yang seharusnya tinggal duduk menikmati hasil, namun kini rumah pun tidak punya. Tidak ada ikhtiar dari sang suami untuk berusaha mencari nafkah, hanya tidur dan main hp kegiatannya. Berulangkali Hanum mengingatkan, tapi tak ada perubahan. Hanya sang anak yang selalu menghibur dan membesarkan hatinya.

Hanum hanya berusaha untuk bersabar atas semua ujian yang Allah berikan, tetap berikhtiar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hidup di perantauan yang jauh dari sanak keluarga, membuat Hanum sering merasa putus asa. Ibu dan adik-adik Hanum sudah memintanya untuk kembali pulang, meninggalkan sang suami, namun Hanum bersikukuh untuk tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, mendampingi suami dalam kondisi terpuruk sekalipun. Hingga keluarga Hanum membenci Faisal karena susah untuk diarahkan.

Episodes
1 Bab 1 Hanum Pratiwi
2 Bab 2 Faisal Rahmadi
3 Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4 Bab 4 Faras Al Ghiffari
5 Bab 5 Hanum Sakit
6 Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7 Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8 Bab 8 Peluang Tambahan Income
9 Bab 9. Judol (Judi Online)
10 Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11 Bab 11 Dilema Kampus Libur
12 Bab 12 Tamu Kejutan
13 MOHON MAAF
14 Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15 Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16 Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17 Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18 Bab 17 Menikmati Takdir
19 Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20 Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21 Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22 Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23 Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24 Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25 Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26 Bab 25 Kedatangan Sepupu
27 Bab 26 Nasihat Pernikahan
28 Bab 27 Indahnya Berbagi
29 Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30 Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31 Bab 30 Keberangkatan Faisal
32 Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33 Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34 Bab 33 Pertama Bekerja
35 Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36 Bab 35 Nafkah Pertama
37 Bab 36 Penyesalan Faisal
38 Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39 Bab 38 Murni Gadis Yatim
40 Bab 39
41 Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42 Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43 Hari Ini Tidak Ada Update
44 Bab 42
45 Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46 Bab 44 Feeling Seorang Istri
47 Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48 Bab 46
49 Bab 47 Hutang Faisal
50 Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51 Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52 Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53 Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54 Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55 Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56 Bab 54 Merintis Usaha Baru
57 Bab 55 Pindahan Rumah
58 Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59 Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60 Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61 Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62 Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63 Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64 Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65 Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66 Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67 Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68 Bab 66 Keputusan Faisal
69 Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70 Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71 Bab 69 Cerita Menjelang Tidur
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 Hanum Pratiwi
2
Bab 2 Faisal Rahmadi
3
Bab 3 Hidup Dalam Ketidakpastian
4
Bab 4 Faras Al Ghiffari
5
Bab 5 Hanum Sakit
6
Bab 6 Hanum Sakit Part 2
7
Bab 7 Kedatangan Bu Henny
8
Bab 8 Peluang Tambahan Income
9
Bab 9. Judol (Judi Online)
10
Bab 10 Kejutan Dari Seorang Sahabat
11
Bab 11 Dilema Kampus Libur
12
Bab 12 Tamu Kejutan
13
MOHON MAAF
14
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
15
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
16
Bab 15 Tawaran Kerja Yang Batal
17
Bab 16 Beda Pendapat Tentang Warisan
18
Bab 17 Menikmati Takdir
19
Bab 18. Bertemu Sahabat Putih Biru
20
Bab 19 Diskusi Yang Terputus
21
Bab 20 Pembuatan Sertifikat Ahli Waris
22
Bab 21 Sebait Pesan dari Bekasi
23
Bab 22 Berpulangnya Budhe Mardiah
24
Bab 23 Mengenang Kebersamaan di Rumah Bekasi
25
Bab 24 Pembicaraan Ibu dan Anak Bujang
26
Bab 25 Kedatangan Sepupu
27
Bab 26 Nasihat Pernikahan
28
Bab 27 Indahnya Berbagi
29
Bab 28 Kekhawatiran Hanum
30
Bab 29 Harapan itu Masih Ada
31
Bab 30 Keberangkatan Faisal
32
Bab 31 Pekerjaan Baru Hanum
33
Bab 32 Kehidupan Faisal di Rantau
34
Bab 33 Pertama Bekerja
35
Bab 34 Faras: Bekerja Dengan Hati
36
Bab 35 Nafkah Pertama
37
Bab 36 Penyesalan Faisal
38
Bab 37 Gadis Kuli Bangunan
39
Bab 38 Murni Gadis Yatim
40
Bab 39
41
Bab 40 Kejadian Tak Terduga di Waktu Pagi
42
Bab 41 Keserakahan Mendorong Pada Kejahatan
43
Hari Ini Tidak Ada Update
44
Bab 42
45
Bab 43 Faisal Bertemu Mang Fahmi
46
Bab 44 Feeling Seorang Istri
47
Bab 45 Apa Yang Terjadi Dengan Faisal
48
Bab 46
49
Bab 47 Hutang Faisal
50
Bab 48 Menemui Mang Fahmi
51
Bab 49 Rejeki Tak Terduga
52
Bab 50 Membersihkan Rejeki Dengan Berbagi
53
Bab 51 Pembelajaran Berarti dari Panti.
54
Bab 52 Terealisasinya Rencana Perubahan Hidup
55
Bab 53 Rumah Impian Terwujud
56
Bab 54 Merintis Usaha Baru
57
Bab 55 Pindahan Rumah
58
Bab 56 (POV Faras) Masa Perkuliahan
59
Bab 57 Hutan Lereng Gunung Kaba
60
Bab 58 Menikmati Hidup di Lereng Gunung Kaba
61
Bab 59 Kesibukan Baru Pak Ridho
62
Bab 60 Mengambil Alih Proyek Bernasalah
63
Bab 61 Menyelesaikan Proyek Tepat Waktu
64
Bab 62 Jejak Yang Semakin Jelas
65
Bab 63 Pertemuan Tak Terduga
66
Bab 64 Pertemuan Erwin dan Faisal
67
Bab 65 Pertemuan Erwin dan Faisal (2)
68
Bab 66 Keputusan Faisal
69
Bab 67 Kejutan Untuk Hanum dan Faras
70
Bab 68 Mengunjungi Toko Kue Hanum
71
Bab 69 Cerita Menjelang Tidur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!