NovelToon NovelToon
Black World

Black World

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror
Popularitas:350
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Bacin Haris seseorang mencari ibunya yang hilang di dunia lain yang disebut sebagai Black World. Dunia itu penuh dengan kengerian entitas yang sangat jahat dan berbahaya. Disana Bacin mengetahui bahwa dia adalah seorang Disgrace, orang hina yang memiliki kekuatan keabadian. Bagaimana Perjalanan Bacin didunia mengerikan ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mustahil.....

“Black World… tempat di mana segala sesuatu yang hitam bersemayam,” lanjut wanita itu, suaranya bergema pelan di ruangan yang luas namun terasa sempit dan mencekam. “Kematian, kesedihan, kesengsaraan… semua emosi negatif berpusat di sini. Ini adalah cerminan dari dunia manusia, tetapi hanya sisi gelapnya yang terwujud.”

Bacin merasakan bulu kuduknya merinding. Penjelasan Wanita itu terasa terlalu nyata, terlalu mengerikan. Ia masih belum sepenuhnya mencerna apa yang terjadi. Bagaimana ia bisa sampai di tempat ini? Dan yang lebih penting, bagaimana ia bisa kembali?

“Jadi… bagaimana caraku keluar dari sini?” tanya Bacin, suaranya sedikit gemetar.

Wanita itu menggelengkan kepala. “Pintu keluar… hanya ada di beberapa tempat khusus. Hotel Kesialan ini… salah satunya."

Wanita itu menunjuk ke arah sebuah sudut ruangan yang gelap. Di sana, samar-samar terlihat sebuah pintu yang terbuat dari kayu hitam pekat, hampir menyatu dengan kegelapan di sekitarnya. Kayu itu tampak basah, dan sesuatu yang hitam dan kental menetes perlahan dari celah-celahnya, membentuk genangan kecil di lantai. Bau anyir, seperti darah basi, menusuk hidung Bacin.

Harapan membuncah di dada Bacin. Ia merasa sedikit lega, ada jalan keluar. “Bisakah aku keluar sekarang?” tanyanya, penuh harap.

Wanita itu menggelengkan kepalanya perlahan, tatapannya tetap dingin dan misterius. “Tidak.”

Kebingungan terlihat jelas di wajah Bacin. Ia mengerutkan kening, “Lalu… bagaimana?” Ia menatap pintu hitam itu, kemudian kembali ke wanita itu. Udara di dalam Hotel Kesialan terasa semakin berat, mencekam. Kabut hitam pekat di luar jendela tampak semakin mendekat, seakan hendak menelan hotel itu beserta isinya.

“Ikut aku,” kata Wanita itu, suaranya masih lembut namun tetap menyimpan aura dingin yang tak terbantahkan. Tanpa menunggu jawaban, ia menuntun Bacin ke sebuah lift tua yang terbuat dari besi berkarat. Lift itu terlihat rapuh, hampir seperti akan ambruk kapan saja. Bau karat dan sesuatu yang lembap memenuhi udara di dalam lift sempit itu.

Lift perlahan bergerak naik, angka-angka di panel menunjukkan lantai yang terus bertambah. Keheningan menyelimuti mereka berdua, hanya suara derit dan bunyi-bunyi mekanis tua yang terdengar. Akhirnya, lift berhenti di lantai 8, lantai paling atas Hotel Kesialan.

Di lantai ini, suasana terasa berbeda. Tidak ada tanda-tanda kerusakan seperti di lantai-lantai lain. Lantai ini tampak bersih dan terawat, meskipun dengan gaya yang kuno dan sedikit menyeramkan. Di ujung koridor, Bacin melihat sebuah pintu besar dengan tulisan “Head Office” tercetak di atasnya dengan huruf emas yang memudar.

Wanita itu berhenti di depan pintu itu, lalu menoleh ke Bacin. “Masuklah,” katanya singkat, tanpa ekspresi. “Sendiri.”

Bacin ragu sejenak, namun rasa penasaran dan tekadnya untuk menemukan ibunya mendorongnya untuk melangkah masuk. Pintu berat itu terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan sebuah ruangan yang gelap dan luas. Di tengah ruangan, seorang pria botak duduk di balik meja besar dari kayu gelap. Satu matanya tertutupi kain hitam, menyerupai penutup mata bajak laut.

Pria botak itu tersenyum, senyum yang mengerikan dan penuh arti. “Selamat datang di Hotel Kesialan, Bacin,” katanya, suaranya berat dan dalam.

Bacin tersentak. “Kau… kau tahu namaku?” tanyanya, tak percaya.

Pria botak itu tertawa, suara tawanya menggema di ruangan itu, dingin dan mencekam. “Tentu saja, aku tahu. Apapun yang ada di dunia ini…” Kalimatnya terhenti, tatapan matanya yang satu menatap tajam ke arah Bacin, menyimpan misteri yang tak terduga. Udara di ruangan itu tiba-tiba terasa lebih dingin, lebih mencekam dari sebelumnya.

Pria botak itu tersenyum lagi, senyum yang kali ini terasa lebih sinis. “Namaku Zein,” katanya, suaranya masih berat dan dalam. “Dan aku… juga seorang Disgrace.”

Bacin tercengang. Ia masih mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Disgrace… makhluk yang hina? Itu penjelasan yang diberikan oleh wanita sebelumnya, namun mendengarnya langsung dari pria ini terasa jauh lebih nyata, lebih mencekam.

“Kau ingin mencari ibumu, bukan?” tanya Zein, suaranya seperti bisikan, namun tetap terdengar jelas di ruangan itu.

Bacin mengangguk, tak mampu berkata-kata.

Zein menyeringai. “Aku tahu di mana ibumu berada. Ia berada di dunia ini… Black World. Tapi… dunia ini sangat berbahaya, Bacin. Sangat.” Ia menjentikkan jarinya, dan sebuah cahaya redup muncul di atas meja, membentuk bayangan samar yang menyerupai kota yang hancur. “Disgrace… makhluk hidup sama seperti yang lainnya. Hanya saja… kami memiliki kutukan. Atau, lebih tepatnya… berkah. Kekuatan yang bisa berbahaya, baik untuk diri sendiri maupun untuk dunia.”

Zein menatap Bacin dengan tatapan tajam, intens. “Dan kau, Bacin… kau juga salah satu dari kami. Kau adalah seorang Disgrace.”

Bacin tertegun. Pernyataan Zein bagai sambaran petir di siang bolong. Ia merasa jantungnya berdebar kencang, kepalanya terasa pusing. Ia, seorang polisi, seorang manusia biasa… seorang Disgrace? Tidak mungkin.

Zein tersenyum, senyum yang penuh arti dan misteri. “Kekuatanmu… sangat unik, Bacin. Itulah kutukan dan berkahmu sekaligus. Kau… tidak bisa mati.”

Kata-kata Zein seperti pukulan telak. Bacin merasakan keseimbangannya goyah, tubuhnya hampir ambruk. Ia terduduk di lantai, pikirannya kalut. Jadi… aku… sebelumnya… benar-benar mati? Tapi aku hidup lagi?

Pikiran Bacin seakan terbuka bagi Zein. Pria itu mengangguk, seolah memahami isi pikiran Bacin. “Benar.”

Bacin semakin terkejut. “Kau… kau bisa membaca pikiranku?”

Zein mengangguk lagi, tenang dan tanpa ekspresi. “Itulah bagian dari kutukan dan berkahku. Aku dapat melihat apapun. Aku bahkan bisa melihat bagian dalam tubuhmu… tulangmu, jantungmu…” Ia menatap Bacin dalam-dalam, tatapannya menusuk. “Mari kita buat kesepakatan, Bacin. Aku membutuhkan kekuatanmu… dan sebagai imbalannya, aku akan memberitahumu lokasi ibumu.”

Bacin terdiam sejenak, pikirannya masih berputar-putar. Ia merasakan kekuatan misterius di dalam dirinya, kekuatan yang belum ia pahami. Namun, tekadnya untuk menemukan ibunya tetap membara. Dengan napas yang sedikit tersengal-sengal, ia mengangguk. “Baiklah.”

Zein menyodorkan sebuah kartu hitam kecil kepada Bacin. Kartu itu terasa dingin di tangan Bacin, seolah-olah menyerap panas tubuhnya. Di permukaannya, tertera nama: “Bacin Haris”. Di bawahnya, tercetak kata-kata yang membuat jantung Bacin berdebar kencang: “Peringkat: Pemula (mati bila tersenggol semut)”. Di baris berikutnya, tertulis: “Kekuatan: Immortality”.

Bacin menatap Zein dengan mata terbelalak. “Apa ini?” tanyanya, suaranya serak. “Aku… akan mati bila tersenggol semut?”

Zein tersenyum tipis, senyum yang masih menyimpan misteri yang sama seperti sebelumnya. “Itu adalah kartumu, Bacin. Kartu identitasmu di dunia ini. Semakin kau menjadi kuat, kartu itu akan secara otomatis memperbarui peringkatmu. Dan ya, untuk saat ini… kau akan mati jika tersenggol semut… semut yang mematikan dari dunia ini.”

Bacin terpaku. Ia menatap kartu hitam di tangannya, lalu kembali menatap Zein. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Kekuatan abadi, namun rapuh sekaligus. Ia, Bacin Haris, seorang polisi, kini juga seorang Disgrace dengan peringkat ‘Pemula’ yang nyawanya bisa melayang karena sengatan semut. Ia tidak bisa berkata apa-apa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!