"Killa, Astaghfirullahalazim. Kenapa rambut Lo jadi bondol gitu?" Pekik seorang wanita paruh baya berdaster lengkap dengan hijab instan yang menutupi rambut dua warna yang termakan usia, kala melihat cucu nya merubah drastis penampilan nya setelah di khianati kekasih nya yang terkenal alim di lingkungan rumah mereka, namun bisa menghamili sahabat nya sendiri dengan dalil khilaf.
Gadis cantik berambut pixy cut dengan warna merah maroon itu hanya menampilkan cengiran yang lagi-lagi membuat wanita membuat wanita paruh baya itu beristighfar bahkan nyaris pingsan, mana kala melihat sikap gadis bernama Syakilla Humairah yang terkenal santun dan lemah lembut itu berubah 360° menjadi tomboy dan bar bar, ketika dengan santai nya gadis berusia dua puluh tahun itu berucap "Emang Killa pengen kaya gini dari dulu, Mak!"
Apakah Syakilla sengaja merubah penampilan nya karena sakit hati, atau memang sejak dulu Syakilla memang ingin kembali menjadi diri nya sendiri?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choco 33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Susah Amat
"Dek, tunggu!"
Nimas mempercepat langkah seraya menarik tangan Syakilla, mereka berjalan menuju parkiran mobil, dimana mobil Nimas terparkir karena hari ini gadis cantik itu tidak membawa motor ke kampus, melainkan menumpang dengan Nimas.
Kemarin Nimas menghubungi nya agar mereka berangkat bersama ke Kampus karena Nimas ada meeting dengan ketiga owner tempat Syakilla bekerja untuk membahas proyek sarimbit mereka.
Syakilla hanya bisa pasrah ketika Nimas menarik lengan kanan nya dan mengapit nya dengan erat dan berjalan cepet meninggalkan dua orang pria yang mengejar mereka.
"Aish, kenapa Nimas ngambek nya pakai ajak ajak Syasya sih!"
Arsenio menggerutu karena ternyata langkah Nimas dan Syakilla cukup cepat sehingga mereka cukup tertinggal dari kedua gadis itu.
"Kamu juga sih Bian, harus nya Kamu tuh bilang ke keluarga Kamu kalau Kamu punya bisnis sampingan. kalau Kamu bilang nggak bakal Nimas marah kalau Kamu keluar masuk hotel sama si Nami!"
Arsenio kembali menggerutu dan semakin mempercepat langkah nya mengabaikan Abian yang hanya bisa merengut di omeli senior nya itu.
"Lagian juga kenapa bisa Kamu nggak tau kalau Nami sampai mendamprat Nimas. Kamu sih nggak mau jaga jarak sama manusia modelan si Nami, kalau sudah begini bukan cuma Kamu aja yang repot, Saya juga kena repot nya, gara-gara Nimas ngambek sambil bawa kabur Syakilla!"
Abian hanya bisa merutuki kesal semua ucapan Arsenio, pria itu tidak mempunyai nyali untuk membalas ucapan pedas senior nya itu, dan lebih memilih menjadi pendengar tanpa memberikan sanggahan apapun atas semua protesan Arsenio.
"Stop!"
Arsenio menahan pintu mobil Nimas dan kembali menutup nya saat Syakilla akan masuk kedalam mobil, sementara Nimas sendiri sudah membuka pintu mobil bagian kemudi dan bersiap masuk kedalam mobil nya.
"Syasya pulang bareng Saya!"
Tanpa permisi Arsenio langsung menarik lengan kanan jaket Syakilla.
"Eeh. Mana bisa kaya gitu Kak Arsen!"
Nimas menolak ucapan Arsenio, namun protesan nya di abaikan Arsenio bertepatan dengan kedatangan Abian yang sudah berdiri di dekat Nimas.
"Dek Nimas. Tunggu dulu, Dek!"
Nimas akan masuk kedalam mobil, namun Abian langsung menggeser pelan tubuh Nimas dan menutup pintu mobil Nimas dengan tubuh tinggi nya.
Arsenio dan Abian memiliki postur tubuh yang sama, mereka tinggi dan memiliki warna kulit dan paras wajah yang menarik khas pria lokal.
Sangat kontras dengan Syakilla dan Nimas yang memiliki kulit putih, walaupun tinggi mereka berdua hanya sebatas kening Arsenio dan Abian.
Jika Syakilla berwajah lebih cenderung ke wajah khas lokal, maka Nimas di balik cadar yang di gunakan nya itu memiliki wajah ke bule an karena menurun dari garis sang Umi yang memiliki darah Eropa dari Ayah nya yang bisa di bilang seorang bangsawan di negara asal sang Kakek.
Nimas yang kesal dengan Abian yang sejak pulang dari toko Nadilla itu selalu mengikuti nya itu kini meninggikan suara nya kepada Abian.
"Ada apa lagi sih?!"
Abian cukup terkejut karena Nimas meninggikan nada bicara kepada nya, padahal setahu Abian, Nimas tidak pernah meninggikan nada suara nya, walaupun gadis itu tengah di gunjingkan.
Namun lagi-lagi Abian masih di buat terkejut karena Nimas kembali berucap dengan nada tinggi setelah membahas proyek mereka yang melibatkan Abian di dalam nya di toko Nadilla tadi.
"Dek_"
Nimas membuang pandangan kearah parkiran kala mendengar suara Abian yang memanggil dengan sangat lembut seperti dulu saat Abian masih remaja.
"Mas_"
Syakilla menyenggol lengan Arsenio, seolah meminta pria itu agar memberikan waktu kepada dua orang yang seperti sedang terlibat salah paham.
"Ehm, kaya nya Kalian butuh waktu berdua untuk meluruskan masalah Kalian, sebelum pihak keluarga Kalian berdua ikut terlibat"
Jika Abian mengangguki ucapan Arsenio, maka Nimas berdecak kesal.
"Dek_"
Lagi-lagi Abian memanggil Nimas dengan sangat lembut membuat Nimas jengah, karena Dia masih kesal kepada Abian yang terus menerus meminta waktu menjelaskan masalah sebenar nya juga guna meminta maaf kalau selama beberapa tahun terakhir ini Dia menjauh dari Nimas, padahal Abian sendiri sudah berjanji kalau Dia akan selalu ada untuk Nimas, walaupun janji itu hanya sebatas janji saat Abian masih belum beranjak dewasa.
"Apa lagi sih, dari tadi Dak Dek Dak Dek terus!"
Abian menarik nafas pelan, guna menahan rasa kesal nya karena lagi-lagi Nimas berucap dengan nada lumayan tinggi kepada nya.
"Kita bicara sebentar saja" Ucap Abian lembut.
Ini adalah pertemuan hanya berdua saja dengan Nimas, untuk pertama kali nya dengan Nimas setelah lebih dari lima tahun mereka bertemu hanya sekilas dan pasti tidak pernah berdua seperti saat.
"Ikut Abang dulu, sebentar saja. Tidak elok rasa nya kalau Kita membahas masalah Kita di tempat umum seperti ini"
Abian kembali berucap sangat lembut ketika berbicara dengan Nimas, hal itu memang sudah menjadi kebiasaan Abian sejak mereka masih kecil.
Namun jangan harap bisa mendengar nada bicara lembut Abian itu di gunakan di depan orang selain Nimas juga orang tua nya dan kerabat dekat lain nya, karena Abian akan berubah menjadi sosok yang sangat irit bicara bahkan bisa di bilang Abian sangat jutek dengan orang dis sekitar nya termasuk lawan jenis nya, walaupun itu Nami, wanita yang pernah mendamprat Nimas di depan Syakilla.
"Nggak ada yang perlu di bahas lagi!"
Nimas terpaksa mendorong kasar tubuh Abian agar bisa membuka pintu mobil nya, sementara Syakilla dan Arsenio masih memperhatikan mereka dari jarak yang masih terjangkau pandangan mereka berdua.
"Ya Allah, Dek. Susah amat sih buat Kamu dengar penjelasan Abang dulu, Dek. Kamu salah paham, Dek. Abang sama Namira juga wanita yang Kamu lihat keluar masuk hotel sama Abang itu nggak ada hubungan apapun, kecuali hubungan bisnis!"
Abian mengacak kasar rambut lebat nya, karena Nimas masih enggan menerima apapun alasan nya mengenai tuduhan yang Nimas lihat.
"Kalau memang nggak ada hubungan sama wanita itu, kenapa Dia berani melabrak Saya mengaku sebagai kekasih Kamu, mengatai Saya pelakor karena mengemis minta di jodohkan sama Kamu, menghina penampilan Saya dengan membandingkan penampilan nya yang terbuka dengan penampilan Saya yang seperti ini. Coba Kamu pikir gimana perasaan Saya di hina di muka umum seperti itu dengan wanita yang beberapa kali Saya lihat Kamu ajak masuk ke Sunshine Hotel juga Flower Cafe?!"
Abian tampak terkejut atas rentetan ucapan yang Nimas ucapkan dengan nada kesal juga lirih.
Ya gadis cantik itu sangat sakit hati atas semua ucapan yang Namira ucapkan saat mendamprat nya di cafe yang saat itu tengah banyak pengunjungnya sehingga membuat beberapa orang melihat kearah nya dengan tatapan sinis.
"Lalu dengan lancang dan tidak tahu malu nya Kamu melamar Saya?. Kamu pikir Saya perempuan apaan, yang mau menerima laki-laki yang selalu keluar masuk hotel dengan banyak wanita, bahkan salah satu wanita yang Kamu ajak masuk ke hotel itu berani menghina Saya di muka umum?"
Wajah Abian mulai berubah marah saat Nimas berucap dengan disertai tangisan kecil. Syakilla yang berada tidak jauh dari keberadaan mereka itu pun segera menghampiri Nimas setelah mendapatkan izin dari Arsenio.
Gadis cantik itu langsung memeluk tubuh Nimas yang kini menangis tersedu dalam pelukan Syakilla.
"Lebih baik Kamu panggil Namira, bahas masalah ini biar clear!"
Abian mengangguki setuju ucapan Abian.
typo terkadung
udah di bawa RAK pun gak kurang malah tambah edan