Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 16
_happy reading_
"Aku gak suka bepergian begitu, aku di kos saja lebih enak. Biar mereka pergi sesuka hati, nanti aku akan menelfon orang di kampung kalau mereka itu setiap hari pergi terus." jawab kak Mila.
Nurul tercengang mendengar penuturan kak Mila, dia pikir kak Mila orang yang baik meski judes. "Ternyata kak Mila sikapnya seperti itu, pantas saja tidak pernah akur pada kembarannya." batin Nurul lalu dia melangkah pergi meninggalkan kak Mila yang masih asyik curhat dengan kak Risma.
Perlahan Nurul meninggalkan kosnya, dia mengajak kedua sahabatnya untuk segera pergi. Nurul menjadi salah paham karena tidak mendengar ucapan kak Mila seluruhnya.
"Ayo berangkat." ajak Nurul mencoba tetap tersenyum pada kedua sahabatnya. Akhirnya mereka menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum. Saat diperjalanan, mobil berhenti-berhenti karena mendapatkan penumpang.
"Kamu kenapa cemberut Nur?" tanya Janah yang diangguki Fitri. Nurul mencoba untuk tetap senyum sebelum menjawab.
"Emang kentara ya?" tanyanya penasaran. Mereka sudah kenal kurang lebih dua bulan, setidaknya sudah saling tahu. Meski tidak sepenuhnya.
"Kamu itu selalu jujur Nurul, jadi sangat kentara." sahut Fitri cepat, dia menjadi gemas dengan Nurul sang sahabat yang memang paling polos. Nurul memang paling muda diantara mereka bertiga, makanya dia sudah seperti adik bagi Janah dan Fitri.
"Iya, benar sekali kata Fitri. Memang ada apa sih? Terpaksa ya pergi sama kami?" cecar Janah yang membuat Nurul jadi tertawa.
"Gak enak bahas disini." bisik Nurul yang diangguki kedua sahabatnya. Setibanya di pasar mereka lalu turun dari angkutan umum. Tidak lupa membayar ongkosnya masing-masing.
"Mau beli apa sih?" tanya Nurul penasaran. Mereka berjalan beriringan menuju lorong pusat perbelanjaan.
"Halan-halan." jawab Janah asal, jadi bahan candaan mereka bertiga untuk menghilangkan penat akan tugas dan lingkungan.
"Okey." jawab Nurul semangat. Cukup lama mereka berputar-putar melihat-lihat orang menjual dan membeli. Padahal mereka hanya membeli jajanan pasar saja. Fitri membali kebutuhan kosnya seperti rak baju dan rak piring.
Puas berkeliling mereka lelah. "Makan dulu yuk sebelum pulang, lapar nih." Ajak Janah yang diangguki Nurul dan Fitri. Mereka menuju warung makan bakso Mampir.
"Disini saja ya!" Ajak Janah lagi. Nurul mengangguk, baginya makan apa pun asal makanan halal. Mampirlah mereka di warung tersebut lalu memesan bakso tiga mangkok dengan es teh.
"Aku bakso saja deh, gak usah sama tehnya." Ucap Nurul sambil tersenyum.
"Udah gak apa-apa, nanti aku yang bayar." Sahut Janah cepat. Nurul dan Fitri bahagia, akhirnya bisa tersenyum senang. Apalagi harga bakso per porsinya adalah lima belas ribu. Bagi anak kos itu lumayan mahal juga.
"Eh, hanya buat Nurul ya!" Ucap Janah bercanda. Fitri langsung cemberut, dia merasa cemburu.
"Begitu pale, hanya Nurul yang ditraktir tapi aku gak." Ujarnya kecewa. Padahal Janah hanya bercanda tapi ditanggapi serius oleh Fitri.
"Fitri, orang hanya bercanda. Nanti aku bayarkan semua." Ucap Janah tidak enak hati pada Fitri. Dia menatap Fitri dengan rasa kasihan tapi Fitri langsung senyum malu-malu.
"Bener nih?" Tanyanya gak yakin dengan ucapan Janah. Dia tatap Janah dengan tajam, yang ditatap hanya tertawa.
"Nanti dilihat." Jawab Janah enteng. Pesanan sudah datang lalu mereka makan bersama yang diselingi dengan obrolan ringan.
"Terima kasih tante." Ujar Nurul setelah makanan datang. Pemilik warung tersenyum dan mengangguk lalu pergi.
Usai makan siang, mereka pulang. "Lama juga kita keliling, sampai dzuhur." Ujar Nurul tidak menyangka.
"Iya ternyata lama banget, tapi gak kerasa deh." Jawab Janah merasa lelah, begitu juga Fitri. Karena lelahnya sehingga tidak dapat berkata-kata.
"Bisa mengantar ke dalam lorong pak? Di jalan Cempaka, supaya langsung turun di depan kos." Tanya Nurul pada sopir angkut.
"Bisa de." Jawabnya singkat, kebetulan penumpangnya hanya mereka bertiga sehingga disetujui untuk mengantar sampai depan kos.
Sesampainya di depan kos Berkah, Nurul turun duluan. Dia pulang hanya membawa energen satu gantung. "Terima kasih hari ini, aku turun duluan okey." Ujarnya sambil membayar ongkos angkutan umum.
Nurul membayarkan ongkos untuk kedua sahabatnya. "Ini pak, untuk kami bertiga ya!" Ujar Nurul turun dari mobil, sopinya mengangguk setuju lalu mobil melaju menuju kos Janah dan Fitri.
Setibanya di kos, Nurul menyimpan energennya di meja. Sempat kedua sepupunya juga mau menyeduhnya untuk di minum.
"Lama juga jalan-jalannya!" Ujar kak Mila usai shalat dzuhur. Nurul hanya mengangguk, dia sudah kehabisan tenaga untuk jalan dan meski seru.
"Ini ada energen kak kalau mau minum silahkan diseduh." Ucap Nurul ramah, dia membersihkan diri di kamar mandi lalu shalat dan istirahat.
"Hanya beli energen?" Tanya kak Mila. Nurul hanya mengangguk membenarkan. "Kenapa gak beli sayur?" Tanyanya, Nurul menatap kak Mila dengan tatapan sulit diartikan.
"Nanti aku akan beli dipenjual sayur, mau sayur mentah atau yang sudah di masak kak?" Tanya Nurul hati-hati.
"Yang masak saja, saya lagi malas masak." Jawabnya sambil fokus dengan ponselnya. Nurul mengangguk setuju, nanti dia akan mencari dimana penjual sayur masak.
"[Kenapa membayarkan ongkos mobil kami Nurul?]" Tanya Janah dan Fitri melalui pesan yang mereka kirimkan.
Nurul tersenyum membaca pesan kedua sahabatnya. "[Sudah gak apa-apa, karena kalian aku bisa jalan-jalan dan kenyang di ajak ke pasar]" balas Nurul cepat.
Sorenya sebelum Nurul membeli sayur masak, kak Mita sudah datang dengan sayur mentah di tangannya. "Yu-hu... aku datang." Ujarnya dengan ceria.
"Borong sayur kak Mit?" Tanya kak Risma heran. "Emang dari mana kok dapat sayuran?" Tanyanya kepo.
"Sudah keluar mamanya kak Kamal dari rumah sakit. Tantenya ngajak kami ke rumahnya ternyata banyak tanaman sayurannya." Jelasnya sambil berlalu ke kamarnya.
"Bay Risma, aku lelah mau istirahat." Teriaknya dari sebelah. Nurul hanya geleng kepala melihat orang disekelilingnya yang akrab, lebih tepatnya bar-bar.
Keesokan harinya Nurul ke kampus, seperti biasa yang dia lakukan aktivitasnya di kos dahulu. Setibanya di kampus, dia langsung masuk kelas.
"Hai Nur, bagaimana materi diskusi kita hari ini?" Tanya Hidayat teman kelompoknya. Nurul tepuk kening, seolah semuanya belum selesai.
"Belum selesai ya?" Tanyanya gusar, dia duduk disamping Nurul dengan perasaan cemas. Nurul melihat Hidayat seperti ingin terbahak.
"Satri, tugasnya sudah di print kan?" Tanya Nurul pada Satri yang baru datang. Dia tersenyum lalu mengangguk. Hidayat bernafas lega.
"Kamu bisa saja buat saya syok." Celetuknya lalu mendekat pada Satri yang duduk di tempat biasanya. Hidayat menunggu Satri mengeluarkan makalah dari tas ranselnya.
"Alhamdulillah." Gumam Nurul bernafas lega, memang Nurul yang kerja tapi Satri yang print, teman lainnya yang membayar.
...----------------...
Terima Kasih sudah mampir ♥︎♡♥︎
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.