Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Ketika Regis berumur sama seperti ima, yakni 19 tahun, dia mengalami hal yang sangat buruk dan itu berhubungan erat dengan Sheniok.
"Aku bergabung di organisasi Ketika umurku 19 tahun, di sana aku belajar dan terus belajar mengembangkan diri secara rahasia dan juga di lingkungan yang keras. Suatu hari, aku ditugaskan pertama kali untuk menangkap seorang pelaku yang baru saja di ketahui sedang mengedarkan narkoba,"
"Regis, ini tugasmu," seorang pria datang mendekat ke Regis yang sedang bermain ponsel nya, tampang Regis terlihat masih muda, pria itu memberikan kertas yang sudah di ketahui bahwa itu adalah isi dari tugas Regis yang menerima kertas itu dan langsung membacanya.
"Apa aku harus menangkap nya, atau apa…"
"Ya, kau harus menangkap nya... Oh ngomong-ngomong apa kau sudah dengar soal Sheniok?"
"Siapa?"
"Sheniok, aku dengar pria ini sudah terkenal di berbagai pebisnis gelap, dia menggunakan hartanya untuk kemauan nya dan juga, salah satu anggota kita pernah di sogok uang hanya karena dia tidak mau di bawa oleh pihak seperti kita, jika kau bisa, kau mungkin bisa menangkap nya—
"Tidak, hanya membuang waktu, sebaiknya aku mengunjungi ibu ku."
"Oh benar, kau punya ibu, setelah kau menyelesaikan tugas penangkapan orang pengedar narkoba itu, kau akan mendapatkan tugas lagi melakukan pengawalan pada presiden, aku harap kau siap nanti," kata pria itu, lalu ia berjalan pergi.
Regis memasang wajah dingin sambil bergumam. "Memangnya aku pernah tidak serius dalam menjalankan tugas."
Setelah itu dia berdiri dan melepas bajunya, dia melepas baju pelindung nya dan berganti menggunakan baju biasa, yakni kaus hitam dan kemeja kotak kotak lengan panjang, dan juga celana hitam panjang nya, tak lupa dia merapikan rambutnya sambil melihat dari kaca. Lalu berjalan pergi dari sana.
Dia keluar dari ruangan itu dan melewati banyak sekali orang dengan pakaian lengkap seperti seorang agen, mereka mengobrol di waktu menunggu tugas tapi terdiam ketika melihat Regis berjalan melewati mereka, mereka mulai bergosip.
"Kenapa dia tidak memakai seragam?"
"Oh, itu Regis… Dia anggota termuda dan yang paling terbaik di sini"
"Apa yang membuatnya terbaik?"
"Dia bisa menyamar termasuk seperti itu."
Jadi sini, Regis di kenal seperti itu, dia benar benar menyamar kan identitasnya sebagai anggota organisasi penting, mungkin itu yang di sebut sebagai anggota yang spesial.
--
Malam itu, malam yang gelap, di sebuah tempat yakni di gudang yang sudah lama tertinggal kan ada beberapa orang di sana, yakni hanya dua orang yang di duga melakukan transaksi jual beli narkoba secara sembunyi sembunyi. Yakni yang satu memberikan uang dan yang satu menerima uangnya tapi belum menyerahkan barangnya.
Satu orang berkata sesuatu. "Apa kau yakin tidak ada orang di sini?"
"Ini jam malam, banyak yang tidur lagipula tempat kita juga sudah dipastikan aman."
"Baiklah, aku minta barangnya," dia mengulur tangan.
Mereka akan melakukan atau melangsungkan proses transaksi jual belinya
Tapi tiba tiba mendengar suara.
"Ya ibu, jangan khawatir, aku akan pulang tepat waktu pastinya, hahaha…. Ya baiklah," suaranya seperti Regis tapi mereka tidak mengenalinya dan sekarang waspada.
Di saat itu juga Regis berjalan melewati pintu gudang itu dengan fokus pada panggilan ponselnya.
"Dia tidak tau kita ada di sini, hanya orang biasa."
"Cepat bunuh saja."
Satu dari mereka mengeluarkan pistol dan berjalan keluar tapi siapa sangka, Regis tidak ada membuatnya menoleh ke sekitar. Tapi ia kembali menoleh ke belakang dan di saat itu juga, ia melihat orang yang menjual narkoba padanya tadi sudah di lumpuhkan oleh Regis yang masih berbicara di telepon.
"Ya ibu… Aku mengerti," dia mengatakan nya dengan nada tenang tapi matanya melirik ke pria itu yang gemetar.
"Sialan…" pria itu melemparkan peluru pistolnya tapi tangan Regis lebih cepat langsung menembak jantung nya. Sambil dengan tatapan tenang, dia masih bicara di ponel. "Ah, aku akan tidur jadi jangan khawatir, sampai jumpa," kata Regis, lalu ia menutup panggilan dan menghubungi seseorang yang langsung di terima, kemudian dia bicara.
"Aku sudah selesai…"
--
Keesokan harinya, seorang wanita yang belum terlihat paruh baya sedang berjalan membawa sebungkus plastik jeruk. Dia benar benar terlihat cantik dan berjalan sambil menghubungi seseorang di ponsel nya. "Iya, jaga diri mu baik-baik ya Regis..." kata wanita itu, siapa sangka, itu adalah Ibu Regis, benar-benar terlihat masih muda.
Setelah selesai mengobrol di ponsel, dia menutup nya, Tapi tiba-tiba satu jeruknya jatuh dan di sisi lain ada seorang pria yang sepertinya penampilannya penting sambil bicara sesuatu. "Ingat saja soal itu, aku akan meninggalkan istri ku dan putri ku, mereka sama sekali tidak berguna, orang-orang di sini juga sangat menjengkelkan, bahkan aku ingin sekali membunuh mereka…"
Tiba tiba satu jeruk menggelinding di kakinya membuat nya melirik ke bawah. Lalu wanita itu tadi mendekat mengambilnya. "Oh, ya ampun, maafkan aku…" kata wanita itu tapi sepertinya wajah dari pria itu benar-benar lain, dia menatap tajam seperti dendam. Padahal itu hanya jeruk yang tidak sampai melukainya.
Tak lama kemudian, Regis bertemu dengan seseorang, seorang lelaki yang sedang berdiri menatap air mancur taman yang besar.
"Yo.... Apa kau Lio Zheng, aku di tugaskan untuk bertemu dengan mu," kata Regis.
Lalu lelaki itu menoleh, rupanya memang benar dia adalah Lio Zheng.
"Ya, salam kenal, aku dari agen Jepang... Aku juga di tugaskan bertemu dengan mu untuk mewakili organisasi dua negara ini," kata Lio Zheng mengulur tangan.
Regis mengangguk dan menerima uluran tangan nya.
"Nah, dari sini aku mengenal nya, kami begitu akrab.... Tapi... Atasan Lio Zheng bilang, dia akhir-akhir ini telah mengurangi produktivitas kerjanya, sehingga dia benar-benar stress dan tak mau di ganggu. Ketika aku mendekat padanya... Dari sana sesuatu yang membekas terjadi..."
Itu saat mereka menjalankan tugas bersama, tetapi ada suatu hal yang membuat tugas mereka gagal, dan itu disebabkan oleh Lio Zheng.
Awalnya, mereka ditugaskan mencari pengedar narkoba di sekitar gang gelap. Setelah melakukan banyak riset, mereka seharusnya melakukan finalisasi penangkapan pengedar itu. Mereka berdua terlihat menuju ke tempat sasaran bersama.
"Zheng, ingat, kita ditugaskan untuk menangkap mereka. Siapa pun yang kau lihat, jangan gegabah, dan jangan melayangkan pembunuhan. Kau mengerti?" Regis menatapnya tajam.
Lio Zheng menyiapkan pistolnya, tetapi Regis menahan pistol itu perlahan dan menurunkannya, seolah memberi isyarat untuk tidak menggunakannya.
"Zheng, aku sudah bilang, atasan meminta kita untuk membawanya hidup-hidup. Apa kau tidak mendengarkan?"
"Tapi ini situasi yang berbahaya. Kita bisa saja diserang..."
"Ini adalah sebuah pekerjaan. Kita bisa terluka karena pekerjaan, tetapi asalkan tugasnya selesai dengan sempurna... Kau harus mengerti itu..." Regis menatapnya serius.
Meskipun Lio Zheng agak tidak setuju, dia dengan berat hati menyimpan kembali senjatanya.
Mereka menyusup ke sarang pengedar. Terlihat seorang pria yang mereka incar tampak duduk sendiri di sofa tua, menikmati alkohol yang diminumnya. Lio Zheng berhenti di sisi lain untuk berjaga, sementara Regis harus maju perlahan hingga ia merapatkan diri ke tembok. Ia menyiapkan sebuah tali pengikat untuk memastikan target tetap utuh dan tidak akan mati.
Namun, Lio Zheng yang berada di sisi lain tidak sengaja melakukan kesalahan. Dia tersandung sebuah botol kaca alkohol yang menggelinding. Akibatnya, dia terjatuh ke belakang.
"Akh!"
Suara itu membuat Regis terkejut, apalagi pria yang mereka incar.
"Siapa itu?!"
Pria itu langsung menoleh dan mengeluarkan pistol. Namun, karena tingkat ketidakpercayaannya tinggi, dia langsung menembakkan peluru ke arah Lio Zheng yang terkejut.
"Sial!"
Regis terpaksa menyerang pria itu, membuatnya terkejut, dan mereka berakhir dalam pertarungan sengit.
Lio Zheng memang tidak terkena peluru itu, tetapi peluru tersebut secara kebetulan mengenai botol kaca di sampingnya yang seketika pecah berkeping-keping. Tanpa disangka, pecahan kaca itu langsung masuk ke dalam matanya.
"Akh!!! Aaaahhhhkkk!!!" Ia berteriak kesakitan.
"Zheng?!"
Regis terkejut mendengar suara itu, tetapi karena kekhawatirannya, ia kehilangan fokus dalam pertarungan, sehingga ia dipukul di pipinya dan langsung terjatuh.
"Akh, sial!"
Pria itu melihat kesempatan untuk kabur, lalu langsung melarikan diri.
Sementara itu, Regis mengusap bibirnya yang berdarah. Meskipun kehilangan target, ia tetap mendekati Lio Zheng yang meronta kesakitan sambil memegang matanya.
"Zheng... Zheng... Bertahanlah..." Ia menatap panik.
"Mataku sakit!! Aku tak bisa membuka mataku!!" Lio Zheng terus berteriak kesakitan.
Dari sana, misi mereka gagal, dan Lio Zheng benar-benar mengalami kebutaan. Karena kegagalan itu, atasan mereka menyalahkan semuanya pada Lio Zheng, yang terus-menerus menerima kemarahan atasannya atas kegagalannya kali ini bersama Regis.
Lio Zheng hanya bisa kesal. Bahkan, dalam keadaan buta, dia mencoba meraba meja kantornya untuk mengambil sebuah pisau yang biasa digunakannya sebagai senjata.
"Ini semua kesialan..." Ia tampak putus asa.
Namun, Regis tiba-tiba masuk, seolah sudah terbiasa keluar-masuk kantor Lio Zheng.
"Zheng, aku akan mengantarmu... Ayo keluar dari sini," kata Regis yang mendekat dan memegang bahu Lio Zheng. Meskipun Lio Zheng buta, Regis dengan baik hati menjaganya karena dia adalah rekan nya.
"Rekan? Inikah yang aku dapatkan?"
"Lepaskan aku!!" Lio Zheng tiba-tiba berteriak seperti tidak mau di ganggu dengan pandangan kosong nya, ia bahkan langsung dengan tanpa basa basi mengayunkan pisau itu, membuat Regis terdiam kaku.
Darah mengalir. Rupanya, pisau itu benar-benar menggores bibir Regis.
"Yeah... Dari sana aku dapat bekas luka ini... Agak merusak wajah gantengku. Itu karena saat itu aku membuat kesalahan, dan dia marah padaku. Zheng memang tipe yang ringan tangan, bahkan padaku. Tapi sesuatu yang lebih buruk terjadi..."
"Regis... Ibumu!! Ibumu... Meninggal!!" teriak salah satu rekannya, membuat Regis terkejut tak karuan.
"Apa?! Sialan!!!"
"Dari sana, emosiku meluap... Tak hanya itu... Ibuku juga telah diperkosa... Dan pelakunya adalah Sheniok!!!"
"SIALAN KAU, SHENIOK!!! AKU AKAN MEMBUNUHMU!! BESERTA KELUARGAMU!!!!"