NovelToon NovelToon
Love Stalker Syndrome

Love Stalker Syndrome

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / One Night Stand / Bad Boy / Office Romance
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Tyarss_

Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dangerous Woman

Milan dan Arutala berjalan keluar dari lift. Masih dengan posisi Arutala yang memeluk pinggang Milan begitu posessif. Milan tidak risih dengan sentuhan Arutala. Entah kenapa dia jadi terbiasa. Atau mungkin memang tubuhnya sudah membiasakan diri.

Sudah menjadi kelebihan Milan bahwa wanita itu cukup peka dengan sekelilingnya. Milan melirik ke kanan. Meski matanya tidak dapat sepenuhnya menangkap sosok yang mengikuti mereka, tapi Milan cukup yakin bahwa mereka sedang di ikuti.

Alhasil Milan menyenderkan kepalanya pada bahu Arutala. mencoba menarik perhatiannya. Dan berhasil, Arutala sedikit merundukkan kepalanya.

"Kita sedang di ikuti." Bisiknya.

Arutala menyunggingkan senyum. "Iya. Tapi kau tenang saja. Kau akan aman." Jawab Arutala tidak terkejut mendengarnya.

Milan justru yang dibuat terkejut, bahwa Arutala juga sudah tau. "Sejak kapan?"

"Hmm. Saat aku menjemputmu. Mereka sudah mengikutiku. Tempat aman satu-satunya adalah kembali ke ballroom. Tapi sayang sekali kau sedang tidak enak badan. Jadi kita harus pulang. Atau kau ingin kita kembali ke pesta?" kata Arutala memberi penawaran yang sudah dia tahu jawaban pasti dari Milan adalah...

"Tidak. Aku tidak ingin kembali ke pesta." Tolak Milan.

"Baiklah jika itu mau mu. Tapi kau harus pulang ke tempatku. Karena tempatmu sudah tidak aman lagi."

Dalam hati Milan, andai saja Arutala tau tempat awal Arutala jemputnya itu bukan tempat tinggalnya yang asli. Buat apa Milan merasa terancam.

"Apa kau tidak memiliki pengawalan?" tanya Milan saat mereka sudah tiba di parkiran. Ia merasa cemas karena sepertinya terlihat sepi. Tidak ada bodyguard yang mengawal Arutala. Padahal pada hari biasanya Milan selalu melihat satu atau dua orang.

Arutala membuka pintu mobil untuk Milan. Menuyruh wanita itu untuk segera masuk sembari menjawab pertanyaan wanita itu. "Tidak ada. Semua pengawal sedang sibuk mengamankan pesta. Dan sisanya di kerahkan untuk menjaga rumah."

Kedua mata Milan terpejam memasrahkan keadaan. "Oh God."

Mendengar itu membuat Arutala tersenyum. Ia lantas menyusul Milan duduk di sebelah wanita itu.

"Halo kak."

Seorang pria yang duduk di kursi kemudi membalikkan badan untuk menyapa.

Dahi Milan berkerut, ia belum pernah melihat pria tampan di depannya saat ini. "Pak Aru, kenapa sopir pribadimu sangat tampan sekali? Bukankah tadi saat kita berangkat sopirnya bukan ini?" tutur Milan.

Banura terkekeh mendengar penuturan Milan yang memujinya tampan. Sedangkan Arutala berdecak lantaran mendengar Milan yang memuji sang adik.

"Milan, dia Banura Ganapatih. Adikku. Identitasnya memang di rahasiakan dari publik. Dia yang akan melidungi kita agar bisa sampai rumah dengan selamat." Kata Arutala memberikan penjelasan.

Milan masih menunjukkan kekaguman. "WOW. Gen keluarga Ganapatih tidak bisa diragukan. Bayangkan jika publik tau tentang bungsu Ganapatih yang tampan ini. Pasti akan sangat heboh." Gumam Milan.

Arutala yang melihat Milan menatap datar Milan. Ia kesal mendnegar ucapan Milan barusan.

Banura tertawa. Padahal kondisi saat ini sedang tegang-teganganya. "Terimakasih atas pujiaanya. Asisten mu ini sangat berterus terang sekali kak."

"Yaa. Dan aku tidak suka itu."

Mendengar nada tidak suka dari Arutala membuat alis Milan berjengit. "Kita sebagai manusia itu punya kewajiban untuk speak up Pak."

Baru akan membalas, perdebatan mereka berdua dihentikan oleh Banu. "Sudah. Kita harus pergi dari sini sekarang."

Hening beberapa saat. Sepertinya Milan dan Arutala setuju menghentikan perdebatan tidak penting mereka. Banura langsung melajukan mobilnya meninggalkan hotel. Dengan kecapatan tinggi Banura melesat di jalan raya. Menyalip beberapa mobil dengan gesit. Sesekali Banura melihat dari kaca spion keadaan di belakang.

Dua mobil mengikuti mereka di belakang. Mencoba menyamakan kecepatan. Tapi, Banura sudah seperti pembalap professional. Begitu ahli dan handal mengendarai mobil.

"Kau sudah mensterilkan jalan?" tanya Arutala mengecek kondisi sekitar.

Begitu mobil yang mereka kendarai belok ke kanan dan masuk di jalanan yang lenggang. Banura memelankan laju mobilnya. Sengaja membuat mobil yang mengikuti mereka bisa menyusulnya.

"Kenapa? Kenapa kita semakin pelan?" tanya Milan sedikit panik. "Apa kalian akan melawan mereka?" lanjut Milan bertanya.

Dan sepertinya benar perkiraan Milan. Karena Arutala sudah melepas kancing lengan kemejanya. Menggulung lengan kemeja itu sampai siku. Arutala menoleh pada Milan. Ia tau betul Milan sedang khawatir saat ini.

"Kau tenang saja Milan. Akan ku pastikan mereka tidak akan bisa melukaimu. kau tetap di sini." ujar Arutala.

Mendnegar itu, Milan menggeleng keras. Tidak bisa jika dia harus berdiam diri. Bayangan jika saja Arutala terluka akibat melindunganya membuat emosi Milan kalut. Sampai ia tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya erat.

"Tidak bisa. Aku akan ikut kalian. I will protect you, Aru." Tutur Milan penuh tekad. Matanya tidak menunjukkan kelamahan.

Arutala terkejut seakan melihat api mebara dalam diri Milan. "No. you don't. ini sangat berbahaya Milan. Lagi pula kau tidak punya keahlian bela diri bukan?"

Milan terdiam. Benar kata Arutala. namun matanya menangkap sebuah pistol di kantong celana Banura. Ia lantas mengambil senjata api itu tanpa permisi.

"Kau tenang saja aku bisa menggunakan ini." Katanya dengan keyakinan.

Banura yang sedaritadi memperhatikan bersiul. "Wow kau penuh kejutan kak."

Masih terlalu awal untuk Arutala merasa kagum dengan Milan. Tapi boleh juga kemampuan Milan ini.

"Apa rencana kalian?"

Banura menghentikan mobilnya di tengah jalan. "Ini rencananya..." kata Banura mulai menjelaskan rencananya.

Kedua mobil yang sedari tadi mengikuti mereka sudah sampai di sisi kanan dan kiri mobil mereka.

Empat orang keluar dari mobil pengintai itu. Masing-masing mobil terisi dua orang dengan badan kekar. Seperti gangster. Mereka curiga karena tidak adanya pergerakan dari mobil yang ikuti mereka itu. Apa mereka berhasil keluar dan melarikan diri dari mobil?

Merasa curiga, mereka mendekati mobil itu. Sampai pada pintu mobil yang mendadak di buka dengan keras. Membuat tubuh mereka oleng dan jatuh ke aspal.

Debaman dan pukulan berhasil di layangkan Banura dan Arutala. mereka berdua berhasil menguasai pertempuran. Tidak memberikan ruang untuk lawannya bisa melawan. Memukul habis-habisan lawan mereka yang bisa di bilang cukup besar.

Milan memperhatikan. Sepertinya dia tidak perlu bertindak karena pertempuran ini hanya dengan tangan kosong. Tidak adil rasaya jika dia ikut dalam pertempuran dengan senjata.

Namun kelegaanya itu hanya sesaat, karena Milan dapat dnegan cepat melihat salah seorang lawan menodongkan pistol ke arah Arutala. Dengan cepat Milan mengacungkan pistolnya lalu menarik pelatuknya. Mengenai lengan pria kekar itu. Membuatnya berteriak kesakitan.

Milan bergerak dengan cepat. Melumpuhkan musuh. Sepertinya Milan sadar bahwa lawan mereka bukan hanya empat orang ini. Dia lekas bersembunyi di balik pintu mobil mengawasi sekitar. ia kembali meluncurkan pelurunya saat dengan jeli melihat lawannya yang bersembunyi. Menghabisi lawannya dengan gesit.

Arutala dan Banura saling melempar tatapan. Tidak menyangka dengan kemampuan Milan. Luar biasa sekali. Kedua pria itu berhasil membanting lawan mereka. Dan mengakhiri pertempuran. Lalu kembali menuju mobil.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Di dalam mobil, Arutala langsung mengecek kondisi Milan.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya. Wajahnya sarat akan kecemasan.

Milan mengngguk santai. "Iya aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian?"

"Cukup baik." Banura membalas.

Arutala menghela napas lega. "Darimana kau punya kemampuan menembak?"

Milan tidak langsung menjawab. Ia menimang jawaban yang tepat yang akan ia berikan pada Arutala. jangan sampai pria itu curiga padanya. "Emm.. aku sering berlatih dengan temanku Lyra. Bukankah menjadi asisten seorang Ganapatih harus memiliki keahlian khusus? Maka dari itu aku sering berlatih. Supaya aku tidak menjadi beban jika ada kejadian sepertitadi."

Diam-diam Banura mendengarkan. Ia mengulum senyuman. Andai saja Milan tau jika mereka sudah mengetahui identitas aslinya.

1
Irma Wati Jelita
kk episode pelit ☺️3 gtu. dong kk
sagitarius: mau gitu, tp nunggu dapet libur kerja dulu yaa😊
total 1 replies
Irma Wati Jelita
kpn up lg kk
sagitarius: besok akan di up yaa
total 1 replies
Risa Koizumi
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
sagitarius: Makasih banyakk🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
Alphonse Elric
Mantap betul!
Sun Seto
Terselip kebijaksanaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!