Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan serakah
"Pulang juga kamu Laura"
Baru saja pulang, Laura sudah disambut oleh teriakan Ayahnya. Padahal Laura ingin istirahat, tapi Ayahnya malah kembali membuat keributan yang baru.
Laura mengusap wajahnya dan memasang wajah tak bersalah karena tak pulang " Kenapa, aku masih anakmu kan. Jadi wajar aku pulang kemari"
"Kemana saja kamu"
"Apa peduli mu, selama ini kamu tak pernah peduli kan jadi sekarang saat tak punya apa-apa jangan sok peduli padaku"
Laura segera melangkah pergi meninggalkan Ayahnya yang sedang memakinya. Laura tak peduli hanya ingin istirahat. Tak mungkin Laura pulang ke rumah Rayan lagi yang ada malah akan menjadi fitnah nanti.
"Anak itu memang kurang ajar"
"Memang benar Ayah, Laura itu kurang ajar tadi saja Anya disakiti oleh Laura Ayah "Anya mengadu dan memperlihatkan memar ditangannya karena ulah Laura.
Damian menarik tangan Anya dengan perlahan, tapi reaksi Anya begitu dibuat-buat Anya meringis lalu menangis sesenggukan.
"Ini sakit sekali Ayah, Laura tidak memberi ampun padaku padahal aku sudah minta maaf padanya. Aku tidak sengaja tadi menabrak bahunya, aku buru-buru karena akan naik angkutan umum tapi Laura tidak terima lalu membuat aku terluka seperti ini Ayah"
"Keterlaluan sekali dia " Damian mengusap memar itu dan mengobatinya dengan perlahan.
Sedangkan Anya masih saja menangis dan sesekali berteriak makin membuat Ayahnya khawatir saja.
"Ayah akan bicara dengan Laura"
Saat Damian akan bangkit Anya segera menahannya dan menggelengkan kepalanya "Jangan Ayah, aku tidak mau ada pertengkaran di rumah ini sudah cukup aku tidak mau Ayah terus berteriak-teriak. Ayah juga harus jaga kesehatan Ayah kan"
"Tapi ini sudah sangat keterlaluan, Ayah harus memberi pelajaran pada Laura"
"Aku sudah tak apa-apa, jangan lakukan itu lagi ya Ayah. Bukannya Ayah ingin memperbaiki hubungan Ayah dengan Laura"
Damian tersenyum kecil dan mengusap kepala Anya "Memang kamu anak yang baik Anya, Ayah bangga mempunyai anak seperti kamu yang selalu memaafkan keburukan Laura. Memang tak salah Ayah selama ini lebih menyayangi kamu"
"Tentu aku akan selalu memaafkan Laura dia kan kakak ku Ayah "
Damian mencium kening Anya lalu meninggalkan Anya untuk istirahat. Kalau saja Laura seperti ini mungkin Damian akan sangat bangga sekali.
Sedangkan Anya saat sudah tak ada Ayahnya menghapus air mata buayanya dan tersenyum lebar "Ternyata mudah juga mengembalikan kepercayaan Ayah dan membuatnya kembali membenci Laura. Aku harus mendapatkan hati Ayah agar Laura tak bisa menindas ku lagi"
Anya segera bangkit dan masuk kedalam kamar dengan riang. Rasanya tak sabar nanti menempati kamar Laura lagi, Anya akan mencari cara agar bisa merebut kamar itu.
...----------------...
Laura menatap telur gosong yang baru saja Ayahnya masak. Laura menggesernya dan malah memainkan ponselnya lalu kembali menyimpannya.
"Mas apakah telur ini layak kita makan, lihat hitam sekali. Yang ada malah akan pahit " protes Mawar. Padahal sudah lapar ingin makan malah di beri telur gosong.
"Makannya bantu aku memasak, bukannya bisanya hanya protes saja"
"Aku tak bisa memasak, dari dulu kan kamu yang menyuruhku untuk tak memasak dan hanya diam dirumah saja. Jangan salahkan aku tapi salahkan dirimu itu "
"Kalau begitu belajar "
Pintu rumah tiba-tiba di ketuk, dengan gembira Laura segera membuka pintu dan mengambil pesanannya. Laura membuka pesanannya, ada ayam goreng tepung, pizza dan juga minuman dingin.
Laura segera melahap nya dihadapan keluarganya ini. Saat Anya akan mengambil sepotong pizza Laura menariknya dan menyembunyikannya.
"Siapa suruh kamu mengambil makananku" Laura memasang wajah marah dan tak terima.
"Ya kita makan sama-sama Laura, dulu saja kita sering makan sama-sama kan. Lalu kenapa saat kamu pesan makanan aku tidak boleh memakannya harusnya Mama, Ayah, Andi juga boleh jangan keras kepala seperti itu hanya mau makan sendiri"
"Kalau mau beli sendiri" kembali Laura memakan Ayam tepungnya yang begitu menggugah selera.
Mawar sampai menelan ludah melihat makanan enak itu, ingin sekali merebutnya tapi disini ada suaminya bisa-bisa panjang masalahnya.
"Bagi Laura semuanya dengan rata jangan serakah"
Laura mendongakkan kepalanya dan menatap Ayahnya dengan tatapan tajam " Serakah? Bukannya dari dulu kalian yang serakah aku hanya kebagian sisa jadi jangan paksa aku untuk berbagi dengan siapapun"
Laura membereskan makanannya dan membawanya ke kamar. Lebih nikmat jika makan dengan tenang.
"Lihat Mas anakmu seperti itu kan, dia punya uang dari mana. Kenapa dia bisa membeli makanan seenak itu aku juga mau aku bosan setiap hari makan dengan tahu, tempe, telur gosong terus saja itu. Bahkan kadang aku juga melewatkan makan karena tidak berselera dengan semua makanan itu apa jangan-jangan kamu memberikan uang padanya"
"Jangan selalu menuduhku Mawar"
"Lalu dia punya uang dari mana Mas"
Damian menggelengkan kepalanya dan pergi kearah kamar Laura, lalu mengetuk pintunya dengan tak sabaran.
"Ada apa lagi sih, aku sedang makan"
"Yang sopan kamu Laura"
Laura mendelik dan melipat tangannya "Ada apa Ayah" Laura memasang senyum lebar agar terlihat ramah.
"Berbagilah, kasihan adik-adik mu dan juga Mamamu"
Laura masuk kedalam kamar lalu membawa semua makanannya dan memberikan pada Ayahnya "Silahkan"
"Kenapa tak dari tadi Laura "
Laura hanya mengangkat bahunya dan menutup pintu. Sedangkan Damian segera membawa makanan itu.
"Ini makanlah"
Anya dan Mawar yang kegirangan segera membuka nya, tapi wajah mereka sekarang berubah menjadi masam saat melihat isinya.
"Ini hanya tinggal tulangnya saja Mas, apakah kamu tega memberikan ini pada kita"
"Laura anak itu benar-benar sialan"
Damian yang akan kembali pergi ke kamar Laura ditahan oleh Andi "Sepertinya tidak usah Ayah terus menuntut Laura dan menyuruhnya untuk selalu berbagi pada kita. Memangnya dulu kita pernah berbagi pada Laura tidak sama sekali kan, kita juga sering memberikan dia sisa jadi jangan pernah usik lagi kehidupannya. Dia sudah terlalu menderita selama ini"
Andi lalu menatap Mamanya dan juga Kakaknya" Kalian juga berdua seharusnya sadar dengan apa yang dulu pernah kalian lakukan, jadi lebih baik makan yang ada saja"
Andi mengambil satu telur dan juga nasi lalu memakannya dengan lahap tak peduli rasanya pahit yang terpenting Andi sekarang makan, perutnya sudah perih dan minta segera di isi.
Laura sendiri sedang asyik dengan ponselnya dan mengirim lokasi rumahnya pada seseorang. Setelah selesai Laura menyimpan ponselnya dan segera tidur kita lihat akan ada keributan apa malam ini.
Laura tak mau melewatkan itu dan mengantuk nanti, jadi sekarang harus tidur dulu. Selama tidur semuanya semoga mimpi indah.