NovelToon NovelToon
DOA DI AKHIR SUJUD

DOA DI AKHIR SUJUD

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Chicklit
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Hai pembaca!
Kali ini, saya akan membawa Anda ke dalam sebuah kisah yang terinspirasi dari kejadian nyata, namun dengan sentuhan kreativitas yang membuatnya semakin menarik. Simaklah cerita tentang Halimah, seorang wanita yang terjebak dalam badai cinta, kekerasan, dan teror yang mengancam jiwa.

Semuanya bermula ketika Halimah bertemu dengan seorang pria misterius di media sosial. Percakapan mereka berlanjut ke chat pribadi, dan tak disangka, suami Halimah menemukan bukti tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi, dan Halimah dituduh berselingkuh oleh suaminya.

Halimah harus menghadapi cacian dan hinaan dari keluarga dan tetangga, yang membuatnya semakin rapuh. Namun, itu belum cukup. Ia juga menerima teror dan ancaman, bahkan dari makhluk gaib yang membuatnya hidup dalam ketakutan.

Bagaimana Halimah menghadapi badai yang menghantamnya? Apakah ia mampu bertahan dan menemukan kekuatan untuk melawan? Ikuti kisahnya dan temukan jawabannya. Jangan lewatkan kelanjutan cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DODIAKSU 07

"Kalian memang egois!" ucap Rafa dengan suara yang kesal dan penuh emosi. Ia tidak bisa menahan air matanya lagi, dan dengan cepat berlari keluar dari rumah, meninggalkan Halimah dan Anton yang masih berdiri di sana dengan wajah yang penuh dengan kesedihan dan kekhawatiran.

Halimah yang khawatir segera menyusul Rafa, namun ia sudah terlambat. Rafa sudah pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai motor trailnya, meninggalkan Halimah yang merasa sangat khawatir dan cemas.

"Bagaimana ini, Mak? Rafa pasti sangat marah," ucap Halimah dengan suara yang khawatir dan sedih.

Ia menoleh ke arah mamanya yang datang dari arah dapur, mencari dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan masalah ini.

Katinem mendekati Halimah dan memeluknya dengan erat. "Tenang, Nak. Kita akan mencari Rafa dan membicarakan ini dengan dia. Kita tidak bisa membiarkan Rafa pergi seperti ini," ucap Katinem dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang.

Halimah berjalan dengan langkah cepat menuju Anton, yang sedang duduk dengan wajah murung ke arah dapur.

"Mas, ayo kita kejar Rafa! Dia pergi dengan emosi yang sangat kuat, khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu padanya," ucap Halimah dengan nada khawatir, matanya terlihat cemas.

Anton menatap Halimah dengan mata yang terlihat lelah dan enggan. "Aku akan mencarinya sendiri, kamu tidak perlu ikut," ucapnya dengan nada kesal, suaranya terdengar tegas.

Tapi Halimah tidak mau menyerah. "Aku ingin ikut, Mas. Aku sangat khawatir tentang Rafa," ucapnya dengan nada memaksa, langkahnya semakin dekat ke Anton.

Anton menghela napas, lalu berdiri dari duduknya. "Tidak perlu, Halimah. Aku bisa mencarinya sendiri," ucapnya dengan nada tegas, matanya terlihat marah.

Halimah merasa sedikit kesal dengan reaksi Anton. "Tapi, Mas...," ucapnya, tapi Anton memotongnya dengan nada yang lebih keras.

"Aku tidak ingin kamu ikut, Halimah. Lihatlah dirimu,bagaimana penampilanmu sekarang," ucapnya dengan nada yang semakin kesal, langkahnya semakin menjauh dari Halimah.

Anton tidak menghiraukan perasaan Halimah, ia malah berpaling dan berjalan pergi dengan cepat, meninggalkan Halimah yang merasa sedikit kecewa dan khawatir. Halimah menatap Anton yang semakin menjauh, lalu menunduk ia terduduk di kursi dapur dengan perasaan yang hancur.

Halimah merasa seperti terpukul oleh kata-kata Anton. Ia hanya mematung, rasanya hatinya begitu sakit seperti dicabik-cabik oleh pisau yang tajam. Perkataan Anton sungguh melukai hatinya, membuatnya merasa seperti tidak berharga dan tidak dicintai lagi.

Suami yang dulu amat ia cintai, yang dulu selalu membuatnya merasa spesial dan dicintai, kini sungguh tega menyakiti perasaannya. Halimah merasa seperti sedang berada di dalam mimpi buruk yang tidak kunjung berakhir.

Tangannya yang gemetar mencoba menutup mulutnya yang terbuka lebar, tapi air matanya tidak bisa ditahan lagi. Ia menangis dengan keras, rasanya seperti seluruh dunia telah runtuh di atas kepalanya.

"Kenapa kamu bisa begitu, Anton?" Halimah menangis, suaranya terdengar seperti jeritan yang pilu. "Kenapa kamu bisa menyakiti aku seperti ini?" Gumam Halimah.

"Seburuk itukah aku di matamu, Mas?" Halimah bertanya dengan suara yang terdengar pilu, air matanya mengalir deras seperti hujan yang tidak kunjung berhenti.

"Aku seperti ini juga karena aku tak ingin menghamburkan uangmu. Aku memikirkan masa depan kita, tapi sepertinya itu tidak berarti apa-apa bagi kamu."

Anha yang sedang berada di ruang tengah, segera menghampiri Halimah dengan wajah yang khawatir. "Ada apa, Mbak? Kenapa Mbak menangis lagi?" tanyanya dengan suara yang lembut.

Halimah menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Mas Anton bilang... Mbak suruh lihat penampilan Mbak sendiri. Apa Mbak sejelek itu sampai Mas Anton tidak mau membawa Mbak pergi bersamanya?" Isak Halimah semakin menjadi-jadi, membuat Anha semakin khawatir.

Seketika, mata Anha dan emaknya melotot ke arah Halimah, "Apa Mas Anton bilang begitu, Mbak?" tanya Anha dengan suara yang tidak percaya.

"Wah, Mas Anton tidak tahu terima kasih memang, Mbak," ucap Anha dengan nada kesal.

"Harusnya dia bersyukur selama ini Mbak sudah mau membantu perekonomian keluarga, bahkan uangnya Mbak tabung buat masa depan Rafa. Mas Anton sendiri ngasih uang ke Mbak pas-pasan, kalau mau lihat istrinya bening, ya harusnya uangnya ditambahin dong."

Halimah mengangguk, "Iya, ndok. Apa lagi belakangan ini Mas Anton sudah jarang kasih uang bulanan ke aku lagi. Katanya aku sudah bisa cari uang sendiri." Suara Halimah terdengar sedih dan kecewa.

Anha menggebrak meja dengan keras, membuat Halimah dan Katinem terkejut. "Apa, tidak bisa seperti itu dong Mbak! Bagaimana pun Mas Anton wajib memberi nafkah ke Mbak dan Rafa, walaupun Mbak bisa cari uang sendiri. Lagian uang hasil jualan Mbak juga gak banyak kan, kok bisa Mas Anton melakukan itu?" ujar Anha dengan nada kesal dan marah.

Katinem yang sedang berjalan menuju dapur, berhenti sejenak dan berkata, "Ya, mungkin suamimu lagi sepi penumpang, makanya dia tidak kasih uang bulanan lagi." Namun, Anha langsung memotongnya.

"Mana mungkin, Mak! Aku lihat sendiri di tasnya banyak uang, Mak. Hanya saja Mas tidak mau memberikan padaku," ucap Anha dengan nada tidak percaya.

Anha tiba-tiba berdiri dan menatap Halimah dengan mata yang berapi-api. "Mbak harus berubah, jangan mau dihina terus-terusan sama Mas Anton, Mbak! Mbak harus bisa merawat diri Mbak lagi. Uang jualan Mbak ya Mbak pake buat ngerawat badan Mbak juga dong. Kita juga harus bisa memanjakan tubuh kita sendiri. Sudah cukup Mbak menderita, Mbak."

Katinem yang mendengarkan percakapan tersebut, langsung menyahut, "Iya, mamak juga setuju dengan ucapan adekmu. Kamu juga harus memikirkan dirimu sendiri, jangan terlalu stres, Nak. Nanti kalo kamu sudah kembali cantik dan mempunyai badan bagus, mamak yakin Anton akan kembali bersamamu."

Halimah mendengarkan percakapan tersebut dengan mata yang sedih, tapi juga terlihat ada semangat baru di dalam dirinya. Ia mulai memikirkan bahwa mungkin sudah waktunya bagi dirinya untuk berubah dan tidak lagi menerima perlakuan yang tidak adil dari Anton suaminya.

"Iya, Mbak, jangan sampai Mas Anton tergoda wanita lain di luar sana," ucap Anha dengan nada khawatir.

Halimah menghela nafas panjang, matanya terlihat sedih dan lelah. "Entahlah, Ndok, aku seperti sudah mati rasa sama Mas Anton. Rasanya sakit, mungkin akan lama luka ini akan sembuh," ucapnya dengan suara yang terdengar pilu.

Anha mendekati Halimah dan memeluknya dengan erat. "Mbak yang sabar, banyakin istighfar. Mbak coba sholat, dan mengadukan semuanya kepada Allah, InsyaAllah hati Mbak akan lebih tenang," ucap Anha dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang.

Halimah dan keluarganya memang tak paham agama, mereka lebih mengenal tradisi dan kepercayaan leluhur. Ayah Halimah adalah seorang yang masih kuat dengan kepercayaan Jawa, ia bisa mengobati orang sakit dengan ilmu yang ia pelajari. Setiap hari Jumat, ia memiliki ritual sendiri, dan setiap ada acara besar, ia pasti menjadi pawang hujan.

Namun, Anha yang merupakan anak dari guru ngaji, memiliki pengetahuan yang lebih tentang agama. Ia selalu berusaha untuk mengingatkan dan mengajak Halimah untuk lebih dekat dengan sang Pencipta. Dengan sabar dan lembut, Anha berusaha untuk membantu Halimah menemukan jalan yang benar.

1
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
dah selingkuh main pelet2an ckckck 🤦‍♀️
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
jangan mauu /Scream/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Anton makin tega, Halimah sabar banget 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
/Cry/ yahhh yahhh
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
suka sama gambar2 visual pilihan author 🥰
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang bpkmu sengklek kyk tumor kankerr 🤣
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang niat bnget cari kesalahan Halimah 😭 padahal Dy yg slingkuh
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.
eh kok mt.. ke gc 🤣🤣
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂
lanjut yi.. nggak sabar pengen liat si Anton itu menyesal
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa buk.. ini jg lgi berusaha.. oleng ke mt mulu buk
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
eehh /Panic/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
hddehhh play victim 😤😤
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
pasti mau tinggal bareng sama selingkuhannya 😌😏
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
si Anton dah beralih ke lain hati, 🤧🤧 makanya berubah jdi suami kamvrett, lebih baik pisah aja jngn mengharapkan hal yg mustahil Halimah 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang kyk betina si Anton ini 😂😂🤣🤣
Manik🌼
satu iklan untuk kamu /Drool/
Manik🌼
bener sih kata anha
Nar Sih
sabarr ya halimah
Nar Sih
dri bhsa nya ini cerit orang jawa ya kak thorr ,tpi sedih dan lucu
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa Halimah orang Jawa di cerita ini
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Halimah cepat pisah dari Anton, daripada kamu stress di hina & direndahkan terus 😭😭🤧
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
untungnya si Rafa dah gede & Halimah bisa cari uang sendiri, mang suami gak guna si Anton 🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!