Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.
Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.
Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.
"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.
"Kau adalah milikku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Camp Pelatihan
Sora memiringkan kepalanya, tidak tahu apapun tentang camp pelatihan.
"Kau benar-benar tidak tahu?" ujarnya.
Sora menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak tahu. Mungkin bagi orang-orang disana itu adalah pengetahuan dasar yang anak kecil pun tahu. Tapi dia bukanlah orang sini jadi dia tidak tau informasi apapun tentang dunia ini.
"Maafkan aku ..." lirih Sora.
"Sebenarnya sebelum tiba di sini aku mengalami kecelakaan kecil dan sepertinya aku kehilangan ingatanku." tutur Sora.
"Apa?" Semua orang disekitar yang mendengarkan terkejut. Tampak jelas diraut wajahnya yang terlihat mengkhawatirkan gadis itu.
Sebenarnya itu hanyalah sebuah alasan. Karena Sora tidak mungkin memberitahu semua orang kalau dia berasal dari dunia lain. Dunia yang lebih modern daripada dunia mereka. Bisa-bisa mereka akan menganggapnya gila.
"Kau tidak apa-apa?"
"Apa ada yang terluka?"
"Apakah kakimu sakit?"
"Kalau sakit aku akan minta wakil jendral untuk membawamu keatas kudanya?"
Semua orang menyerbu Sora dengan berbagai pertanyaan. Meskipun mereka terlihat menyeramkan tapi ternyata hati mereka sangat baik. Mengkhawatirkan dirinya yang baru saja mereka kenal. Sora jadi merasa tidak enak.
"Aku tidak apa-apa. Hanya saja guncangan kecil dikepala sehingga aku bisa kehilangan ingatan. Kalian tidak perlu khawatir." jawab Sora sambil tersenyum ramah.
"Jadi apa itu camp pelatihan?" tanya Sora mengalihkan perhatian mereka.
"Camp pelatihan pasukan pemburu monster lebih tepatnya. Disitu adalah tempat kami tinggal serta berlatih." jelasnya.
"Pemburu monster? Monster apa yang kau maksud?" tanya Sora.
"Monster adalah makhluk yang sangat kuat, besar dan menyeramkan. Biasanya monster itu berbentuk gabungan dari beberapa jenis hewan. Bisa disebut juga hewan hybrid. Monster itu diciptakan oleh penyihir hitam." Ksatria berambut hijau itu menjelaskannya dengan sabar dan detail.
"Saat ini para penyihir hitam sering membuat keributan dan menimbulkan keresahan bagi warga. Dan tugas kami sebagai pasukan pemburu monster adalah menghentikan para monster itu dan membasminya." urainya.
Vampire, Naga, Penyihir lalu ada Monster. Dunia ini bukan dunia yang aman. Entah bagaimana nasibnya kedepannya.
Sora bertanya lagi. "Lalu kenapa letaknya jauh dari kota? Bukankah monster itu bisa saja menyerang langsung ke camp?"
Ada banyak hal-hal yang tidak Sora mengerti. Dia ingin segera tahu banyak hal ini sehingga ia bisa beradaptasi dengan baik disini.
"Tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Karena camp telah dilindungi dengan dinding pelindung yang diciptakan penyihir putih. Para monster tidak akan bisa menembus dinding itu." jelas ksatria itu.
"Dinding?" gumam Sora pelan.
"Lihat! Kita sudah sampai!" tunjuknya ke sebuah pintu masuk yang ditutupi pintu kayu besar. Sekelilingnya juga ditutupi dinding batu yang terlihat kokoh.
Lokasinya tepat di depan bukit dan dikelilingi hutan-hutan pinus disekelilingnya.
"Akhirnya kita sudah sampai!" teriak para prajurit kegirangan. Seperti sampai di rumah mereka terlihat sangat senang saat melihatnya.
Pintu masuknya terbuka saat penjaga pintu melihat kehadiran pasukan.
Jajaran tenda berbentuk setengah lingkaran berjajar dengan rapinya. Ada juga beberapa bangunan yang terbuat dari kayu. Lapangan yang luas yang dipenuhi berbagai alat-alat dan senjata.
"Apa itu yang disebut dinding pelindung?"
Sora melihat sebuah kaca transparan berbentuk setengah lingkaran mengelilingi tempat itu. Kacanya sangat transparant jika tidak terlalu memperhatikannya mungkin tidak akan ada yang menyadari keberadaan dinding itu.
"Lain kali jika ada hal yang ingin kau ketahui kau bisa bertanya kepadaku." tawar ksatria berambut hijau itu.
"Kenalkan namaku Myron." ujarnya mengulurkan tangannya.
Sora meraih tangan itu, "Namaku Sora Anggraeni."
"Senang berkenalan denganmu, Sora."
senyumnya ramah.
"Semuanya kembalikan peralatan ke gudang peralatan dan kembalilah ke kamar kalian. Kalian semua dibebas tugaskan selama 2 hari." tutur Javier.
"Hore!" Semuanya kembali bersorak. Dengan sigap semuanya mengangkut peralatan mereka dan memasuki camp.
Saat semua orang sudah pergi, Sora hanya berdiri di tempat terdiam tidak tau harus kemana.
"Nona!" panggil seseorang.
Pria berbadan besar, tinggi dan berotot yang tadi dipanggil Javier datang menghampiri Sora.
"Kenalkan nama saya Javier Bence. Saya adalah wakil jendral pasukan ini."
Rambut coklatnya yang dipotong pendek terlihat sangat cocok dengan badannya yang besar. Mata hitamnya terlihat seperti langit malam. Gelap dan tenang.
"Salam kenal. Nama saya Sora."
Javier berkata dengan sopan. "Begini, nona. Jendral mengatakan anda dapat tinggal dan bekerja disini sampai masalah anda dengan nona Arabella selesai."
"Kenapa? Saya tidak mencuri barang miliknya!" protes Sora.
"Jendral tahu itu. Jadi jendral meminta anda untuk tinggal disini sementara hingga saya bisa menemukan pelaku sebenarnya." jelas Javier.
"Nona Arabella adalah nona yang tidak bisa sembarangan di lawan. la memiliki ayah yang menguasai dunia perdagangan. Jika menyinggungnya sedikit, ia tidak akan segan-segan untuk menyingkirkannya." papar Javier lagi.
Sora tau wanita bernama Arabella itu bukanlah wanita biasa. Meskipun wanita itu sombong, tapi para wanita lain rela mengikutinya. Pastinya dia bukanlah orang biasa.
Sora menghela nafas berkata, "Baiklah. Sesuai perkataan Anda, saya akan tinggal dan bekerja disini."
Javier: "Baiklah, mari ikuti saya nona."
Sora memperhatikan hal aneh pada pria dihadapannya ini. Sejak tadi pria itu menutup hidung dan mulutnya semenjak ia mengobrol dengannya. Matanya terlihat bergetar, ia juga keringatan. Sora juga mendengar beberapa kali ia menelan ludah.
"Wakil Jendral!" Panggil Sora.
"Anda bisa memanggilku Javier saja." tuturnya.
"Begini Javier. Apa saat ini kamu sedang tidak enak badan? Sejak tadi kamu selalu menutup hidung." ucap Sora ramah.
Javier: "...."
Javier terdiam, Suasana seketika canggung.
"... Anda benar. Saya sedang pilek dan sedikit tidak nyaman." ucapnya sambil batuk.
...****************...
Javier terus berjalan kedepan melewati tenda-tenda.
Para prajurit yang berpapasan dengannya selalu menyapanya. Sapaan itu selalu di tanggapi Javier dengan ramah. Tiba-tiba ia berhenti disebuah bangunan yang terbuat dari kayu.
Tok ... tok ... tok ....
Javier mengetuk pintu, tidak butuh waktu lama untuk menunggu. Seorang pria muda berkacamata tebal membuka pintunya. Rambutnya yang ikal tampak berantakan.
"Wakil jendral!" Panggilnya.
"Tumben anda ke sini? Ada keperluan apa? Apa anda terluka?" tanyanya.
"Aku ingin kau mengobati luka gadis itu." tunjuk Javier kearah Sora.
"Luka?" Sora dan pria itu berbicara serentak.
"Anda terluka nona? Dimana?" tanyanya ramah.
Sora terdiam, lalu dia mencari-cari bagian tubuhnya yang terluka tapi tidak ada luka yang harus sampai diobati.
"Bukankah lutut anda terluka?" tanya Javier.
Sora mengangkat sedikit roknya. Terlihat luka goresan karena habis terjatuh.
"Pipimu juga terluka kan?" tanya Javier.
"Ahh ... Anda benar. Aku lupa dengan luka-luka ini." ujar Sora.
Entah apa saja yang sudah Sora pikirkan hingga dia tidak ingat kalau ia memiliki luka-luka itu.
"Mari nona silakan masuk." tawar pria itu.
"Aku akan menunggu di luar." ujar Javier.
"Javier, ikut masuk saja." balas Sora.
"Tidak. Aku akan menunggu di luar saja." tolak Javier.
Sora mengikuti pria itu masuk kedalam ruangan. Ruangannya terlihat luas. Ada beberapa kasur berjajar rapi.
"Silahkan duduk nona." ujar pria itu menyuruh Sora duduk di atas kasur. Pria itu mengambil beberapa botol obat serta kain kasa.
"Tahan sebentar ya. Ini akan sedikit sakit."
Pria itu menuangkan sebuah cairan bening langsung ke luka di lututnya.
"Ukh ..." rintih Sora. Rasanya perih saat lukanya terkena cairan itu.
Pria itu mengambil kapas bersih dan membersihkan lukanya. la mengolesinya dengan pelan-pelan. Setelah dirasa sudah bersih, ia mengoleskan sebuah salep. Rasanya dingin membuat rasa sakitnya sedikit berkurang. Lalu pria itu membalut lukanya. Balutannya sangat rapi. Sepertinya ia sering melakukan ini hingga membuatnya menjadi sangat ahli.
"Sudah selesai." ucapnya.
"Terima kasih." Sahut sora sambil tersenyum ramah.
"Kau orang baru?" tanyanya.
"Iya. Aku akan bekerja disini." jawab Sora.
"Wahh ... siapa yang menyangka akan ada wanita cantik di tempat yang penuh dengan lelaki. Jika kau terluka atau membutuhkan obat. Kau bisa menemuiku."
Pria itu mengelus tangan Sora, memandanginya dengan pandangan yang tak menyenangkan. Bola matanya melirik Sora dari ujung kaki hingga kepalanya.
Sora langsung menarik tangannya. Dia merasa ada maksud tersembunyi dari perkataannya. Sora pergi tanpa mengatakan apapun. Ia benar-benar tidak menyukai sikap pria itu.
"Jangan lupa hubungi aku ya!" teriaknya.
Sora keluar dengan wajah masam. Dia segera membuka pintu, Ia melihat Javier berdiri bersandar dengan tangannya yang dilipat. Beberapa prajurit kembali menyapanya, mereka tampak senang saat Javier menjawab sapaan itu.
'Sepertinya dia cukup popoler.' pikir Sora.
Meskipun jawabannya sangat singkat tapi para prajurit tidak ada yang sungkan kepadanya.
"Javier, aku sudah selesai." Sora datang menghampiri Javier.
Saat Javier melihat kehadiran Sora, dengan cepat ia langsung menutup hidungnya lagi.
Sora merasa bingung, kenapa ia selalu menutupi hidungnya saat bersamanya.
"Apa aku bau?" pikir Sora.
Sora mengendus bajunya. Tapi tidak ada bau badan ataupun bau yang lainnya. Sora jadi berprasangka buruk, mungkin tubuhnya bau. Mengingat seharian ini dia belum mandi ataupun mengganti pakaiannya.
"Ada seseorang lagi yang perlu anda temui." ucapnya.
Javier memimpin jalan, menuju sebuah ruangan yang berjarak tidak jauh dari ruang kesehatan.
Tok ... tok ... tok ....
Javier mengetuk pintu. Seorang wanita paruh baya muncul membukakan pintu.
"Selamat siang, Madam." Panggil Javier.
"Siang, Javier." Sambutnya. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin meminta bantuan madam. Jendral meminta untuk memperkerjakan gadis ini disini." ucap Javier.
Wanita paruh baya itu mengalihkan
pandangannya ke arah Sora, Memandangi dengan tatapan sinisnya. Entah dengan alasan apa, ia terlihat tidak menyukai kehadiran Sora.
Sora: "...."
"Tentu, aku akan mengatur posisi yang tepat untuknya." Sahutnya.
"Terima kasih!" ucap Javier.
Javier langsung beranjak pergi tanpa
melihat sedikit pun ke arah Sora.
"Wakil Jendral!" Panggil Sora.
Sora berjalan mendekati Javier. "Ada hal yang ingin saya tanyakan."
Javier memandanginya dengan pandangan yang tajam sambil terus menutupi hidung dan mulutnya.
"Tidak hari ini. Aku sedang sibuk." tolaknya. la langsung berjalan dengan cepat. Seperti sedang terburu-buru.
"Ada apa denganya? Sepertinya dia memang sedang sibuk." ucap Sora.
Sora menyadari keanehan yang terjadi pada Javier hari ini. Ia juga begitu merasa aneh dengan gerak-geriknya. Dia merasakan firasat yang tak nyaman.
"Mari masuk" tawar wanita itu.
Sora mengikuti wanita itu masuk kedalam. Ia memperhatikan sekeliling ruangan. Dari langit-langit, dinding serta lantainya terbuat dari kayu. Furniture juga bernuasa kayu terlihat sangat klasik.
Isi ruangannya sangat simpel. Hanya ada sebuah sofa, meja kerja yang dipenuhi banyak kertas serta kabinet kayu yang berisi banyak buku bersampul coklat.
Ruangannya terasa sangat sejuk padahal di luar sedang panas terik.
"Silakan duduk" tawarnya.
Sora duduk di sofa, Ia duduk berhadapan dengan wanita itu.
Terlihat wanita paruh baya itu seperti berumur 70an. Meskipun terlihat berumur tapi ia masih terlihat segar bugar. Tubuhnya yang masih tegap. Kepribadiannya terlihat tegas. Wanita paruh baya itu memandanginya dengan pandangan matanya yang tajam.
"Kenalkan nama saya Cyra. Kau bisa memanggilku Madam Cyra. Aku adalah kepala pelayan di camp ini. Siapa namamu, gadis muda?" ucapnya mengawali pembicaraan.
"Nama saya Sora, Madam."
"Kau terlihat tidak seperti orang dari daerah ini. Apa kau adalah anak Pulau?" tanyanya.
'Anak Pulau? Gadis Pulau?' Kata-kata itu selalu di ucapkan setiap kali orang melihatnya. Anak pulau apa? Dia tidak tahu.
"Y ... Ya." jawab Sora terbata.
"Aku tidak tau alasan apa sehingga Jendral membiarkan kau tinggal disini. Tapi sebelum itu ada hal penting yang perlu aku beritahu padamu." ucapnya.
Pandangannya terlihat tampak tak percaya padanya. Sora tidak tau harus melakukan apa untuk mendapat kepercayaan wanita paruh baya ini. Bekerja disini juga bukan keinginannya.
"Seperti yang anda lihat, hampir semua penghuni disini adalah Pria. Saya ingin anda tahu cara bersikap." tuturnya.
"Dilihat dari penampilanmu, sebenarnya anda kurang cocok bekerja disini. Tapi karena ini permintaan dari jendral. Aku akan menempatkanmu ke tempat yang cocok." ucapnya lagi.
Sora tidak mengerti maksud dari kata-kata Madam Cyra. Apa wajahnya bermasalah? Dia benar-benar tidak mengerti.
"Ingat kata-kataku, tahu dirilah. Aku tidak ingin ada masalah di sini!" tegasnya.
"... Baik saya akan mengingatnya." ucap Sora.
Madam Cyra merogoh lemari kayu miliknya. la mengeluarkan sebuah baju berwarna biru tua serta sepatu lama miliknya.
Sambil memberikan pakaian itu dan berkata, "Pakailah pakaian ini. Seharusnya ukurannya pas untukmu. Kau bisa menggunakan kamarku untuk berganti pakaian."
Seperti perintah Madam, Sora masuk kedalam kamarnya. Mengganti pakaian serta sepatunya. Gaun simpel tanpa renda ataupun bordiran apapun. Warnanya yang sudah sedikit pudar serta bahannya yang terlihat kasar tapi masih nyaman dipakai.
Sepatu coklat yang terbuat dari kulit hewan. Meskipun ukurannya agak besar, tapi masih terasa nyaman di kakinya.
Sora bercermin bermaksud ingin mengikatkan rambutnya, Tangannya langsung terhenti, dia melihat pantulan wajahnya disana.
"Si*l!" umpat Sora.