Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Viona Meninggal
🌑 Di Kota Alang Raya
Daffa tersentak dari tidur nyenyaknya. Daffa terus saya menangis. Carlo, Talita, Warda, Bima, Ena dan Yumna kewalahan menghadapinya. Bayi enam bulan itu tantrum.
Carlo melakukan panggilan video kepada Alvaro. Carlo mencari Viona. Alvaro memanggil Viona dan mengarahkan kamera kepada Viona.
"Astaghfirullah, Alvaro siapa dia?" Mama Warda dan Bunda Ena melihat sosok menyeramkan di samping Alvaro.
"Viona," jawab Alvaro.
"Bukan, dia bukan Viona," tunjuk Mama Warda.
"Mama apa-apaan sih," Alvaro memperhatikan Viona tidak ada yang salah padanya.
Carlo, Talita, Yumna dan Bima penasaran mereka melirik ke kamera. Yumna dan Bima juga bergidik melihat sosok menyeramkan itu berdiri dengan santainya di samping Alvaro.
Tubuh Daffa tiba-tiba saja mengejang. Bayi kecil itu dengan sekuat tenaga menangis. Ada cahaya terang menyilaukan mengelilingi mereka. Semua menutup mata.
Ketika tangisan Daffa mereda, semua orang dibuat kebingungan karena saat ini mereka sudah berada di hadapan Alvaro.
"Kalian, kalian kok bisa ada di sini?" Alvaro mencubit tangannya memastikan semua yang dia lihat nyata.
Mama Warda membacakan sesuatu dan meniupkan ke telapak tangannya. Mama Warda menarik tangan Alvaro dan mengusap wajahnya. Begitu juga kepada Carlo dan Talita, setelah meminta izin, mama Warda mengusap wajah mereka.
"Astaghfirullah," Carlo, Talita dan Alvaro mundur beberapa langkah ketika menatap wanita yang menyerupai Viona.
Mama Warda menitipkan Daffa kepada Talita. Mama Warda dan Bunda Ena menghadapi sosok wanita yang berwajah menyeramkan itu.
Mama Warda dan Bunda Ena berkomunikasi dengan makhluk itu lewat mata batin. Setelah beberapa lama berkomunikasi, mereka tahu tujuan sosok itu. Mereka meminta baik-baik agar sosok itu kembali kepada tuannya dan jangan menghancurkan rumah tangga anak mereka.
Sosok kunti menolak. Biar bagaimanapun tugas dia adalah menghancurkan rumah tangga Alvaro dan Viona. Dia harus memastikan Viona mati.
"Apa maksudnya Viona mati?" tanya Bunda Ena.
"Saat ini Viona mengalami kecelakaan. Dan dia tidak ingin hidup lebih lama lagi. Semua itu karena dia, Hi, hi, hi," Kunti mengarahkan telunjuknya ke Alvaro.
"Tidak, itu semua karena kamu!" teriak Alvaro.
Bunda Ena dan mama Warda membacakan ayat-ayat suci. Kunti menjerit kepanasan. Tubuhnya terbakar menjadi abu dan menghilang.
"Alva, di mana Viona?" tanya Mama Warda.
Dengan singkat dan padat, Alvaro menceritakan semuanya. Mereka tidak ada yang menyalahkan Alvaro. Carlo meminta Alvaro dan Bima pergi bersamanya mencari Viona.
Dengan perasaan kalut, sedih, menyesal, Alvaro bersama Carlo dan Bima menembus hujan badai dengan mobilnya. Mereka memasang mata dan menelusuri setiap jalan di kota itu.
Dan mereka mendengar ledakan dahsyat dan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi di depan sana. Alvaro semakin memperdalam pedal gasnya. Jalanan padat merayap, Alvaro menepikan mobilnya. Mereka berlari masuk ke dalam kerumunan massa.
"Maaf, apa yang terjadi?" tanya Bima kepada salah seorang yang dia temui di jalan.
"Di depan sana, sebuah bus meledak. Banyak korban," jawabnya.
Bima, Carlo dan Alvaro menemui petugas polisi. Mereka mencari keluarga mereka. Dan beruntungnya mereka diberikan izin. Mereka membantu pihak kepolisian dan petugas medis mengangkat para korban.
Bima melihat di seberang jalan ada tubuh seseorang. Bima mengajak Carlo dan Alvaro ke sana. Bima melihat tas bahu yang sangat tidak asing baginya. Tas yang Bima berikan di hari ulang tahun Viona.
"Oh tidak!" Bima memperhatikan tubuh yang tidak bernyawa itu.
Carlo juga melihat KTP Viona. Carlo memperhatikan wajahnya yang sulit untuk dikenali. Berbeda dengan Alvaro, Alvaro sangat yakin yang ada di depan mereka bukan Viona.
"Pa, Bima, dia bukan Viona," Alvaro menjauh.
"Dia Viona, di belakang lehernya ada tahi lalat besar," tangis Bima.
"Bukan, dia bukan Viona. Alva mau mencari Viona," Alvaro meninggalkan Bima dan Carlo.
Bima sangat yakin, wanita di depannya adalah Viona karena tas dan KTP sebagai bukti. Bima mengangkat tubuh tak bernyawa itu. Bima dan Carlo masuk ke dalam mobil ambulans. Sedangkan Alvaro masih mencari Viona.
Dan setelah tiba di rumah sakit, mayat yang diperkirakan Viona diperiksa lebih lanjut oleh pihak yang berwenang.
Tiga hari pun berlalu. Setelah melakukan pemeriksaan sampel darah dan berbagai proses identifikasi lainnya, mayat yang ditemukan Bima itu bisa dipastikan Viona. Seluruh keluarga menangis terkecuali Alvaro. Alvaro sangat yakin itu bukan Viona.
Dan Viona dimakamkan di pemakaman keluarga bersebelahan dengan makam papanya.
"Alva, yang sabar ya Nak," peluk Talita.
"Ma, dia bukan Viona. Wahai orang yang di dalam sana, apakah kamu sebelumnya bertemu dengan Viona istriku. Jika iya, tolong temui aku dalam mimpi. Sebagai balasan kami memakamkanmu dengan layak."
"Alva! Papa paham perasaanmu. Tapi Viona sudah tiada," Carlo berusaha membuat Alvaro menerima kenyataan.
"Alva, Mama sangat mengerti perasaanmu. Tapi, Mama dan Bima bisa memastikan dia Viona. Kami juga berharap Viona tidak pergi secepat ini. Ikhlaskan dia," Isak Warda.
Demi menghargai perasaan semua orang, Alvaro memilih diam. Alvaro berpura-pura menerima kenyataan Viona telah pergi meninggalkannya dan juga Daffa.
...----------------...
Masih di kota yang sama di sebuah rumah sakit, Arya menatap sedih ke layar televisi. Arya melihat berita duka datang dari keluarga Carlo Baskara. Menantu kesayangan mereka meninggal dunia karena kecelakaan yang terjadi di jalan raya beberapa waktu yang lalu.
Ditemukan jenazah dengan identitas Viona Aisyah yang juga istri dari CEO perusahaan ternama di Kota Alang Raya bernama Alvaro Bagaskara. Viona meninggalkan seorang bayi yang baru berusia 6 bulan.
Arya juga sama seperti Alvaro tidak bisa menerima kenyataan bahwa Viona meninggal dunia. Arya memandang wanita yang waktu itu dia selamatkan. Sampai hari ini wanita itu belum sadarkan diri.
Karena kondisinya saat itu, Dokter memutuskan melakukan operasi pada wajahnya. Arya masih belum tahu apa yang akan dia lakukan pada wanita itu. Wanita tanpa identitas diri.
Perlahan, wanita itu menggerakkan jemarinya. Kemudian wanita itu berusaha membuka kedua matanya. Arya memanggil perawat yang kebetulan lewat di depan ruang perawatan.
Perawat itu kemudian memanggil Dokter. Tidak berapa lama Dokter masuk bersama beberapa orang perawat lain. Dokter mencek suhu tubuh, jantung, wanita itu.
Wanita itu perlahan membuka matanya. Pandangannya masih samar-samar. Dia kembali menutup mata. Perlahan dia membuka mata dan melihat orang-orang berpakaian putih ada di samping kiri dan kanannya.
"Permisi, apa Anda mendengar saya?" tanya Dokter.
Wanita itu hanya mengangguk.
"Anda mengalami kecelakaan. Luka Anda sangat parah. Wajah Anda mengalami luka akibat ledakan. Beberapa hari ke depan, kami akan membuka perban di wajah Anda," kata Dokter.
Wanita itu perlahan mengangkat tangan kanannya yang dipasangi selang infus. Kemudian bersamaan dengan tangan kirinya, dia meraba-raba wajahnya yang terbalut perban.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara berat.
"Wajah Anda baru saja dioperasi," jawab Dokter.
"Siapa saya? Dok, saya tidak ingat apa-apa," tanyanya.
"Perlahan Anda akan mengingatnya. Baiklah untuk sementara Anda bisa bicara dengan tunangan Anda, saya permisi," Dokter dan perawat keluar dari ruang perawatan.
Arya mendekat dan duduk di samping wanita itu. Wanita itu seolah meminta penjelasan dari Arya, siapa dirinya, mengapa dia bisa berada di rumah sakit. Arya seolah mengerti.
Arya kemudian mengatakan dia mengalami kecelakaan saat mau menjemput Arya. Sebuah bus melintas dan meledak tepat di samping mobilnya. Karena itulah dia mengalami luka yang sangat parah dan harus dioperasi.
"Maaf, nama Kaka siapa? Dan aku siapa?" tanyanya.
"Sayang, namaku Arya Wijaya. Dan namamu adalah Aisha Khalisa."
"Aisha Khalisa," dia mengulang kalimat Arya.
"Iya, Aisha Khalisa."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...