Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke Apartemen
Setelah Hellen dan juga Anya diperiksa, kini tiba saatnya Axel diperiksa oleh dokter Miko. Axel memang sengaja meminta untuk diperiksa paling akhir karena ia akan memberitahukan tentang Anya kepada Dokter Miko. Kesempatan ini pun digunakan Hellen untuk mengajak Anya berbicara empat mata.
“Aku minta maaf jika membuat Miss Hellen merasa cemburu dengan sikapku tadi!” ucap Anya yang merasa tidak enak saat Hellen mengajaknya bicara empat mata.
“Yah, aku memang merasa sangat cemburu, Anya!” balas Miss Hellen dengan jujur.
“Entah kenapa aku menjadi sangat tidak rela melihatmu dekat dengan Axel.” Hellen kemudian menggenggam tangan Anya dengan sangat erat.
“Katakan padaku, apa kau mencintai Axel setelah kalian melakukan hubungan itu?” tanya Hellen menelisik.
Belum sempat Anya menjawab pertanyaannya, Hellen sudah kembali melanjutkan kalimatnya.
“Aku harap kau tidak mencintai Axel sedikit pun, Anya! Ingat! Kau hanya akan menjalani pernikahan ini sampai anak yang kau kandung nanti lahir ke dunia!” ucap Hellen mengingatkan perjanjian mereka.
“Baik, Miss Hellen!” ucap Anya sambil menganggukkan kepalanya.
“Dan kamu jangan khawatir! Setelah anak itu lahir, kau tidak akan sendiri karena aku akan selalu menemanimu, Anya!”
Deg! Kali ini Anya menelan ludahnya kasar dan berusaha melepaskan genggaman tangan Hellen. Sayangnya, Hellen justru semakin erat menggenggam tangan Anya dan tampak enggan untuk melepaskannya.
“Maaf, Miss Hellen! Sepertinya saya harus segera ke toilet untuk buang air kecil!” ucap Anya dan Hellen pun langsung mempersilakan Anya dengan melepaskan genggamannya.
Anya pun bergegas menuju ke toilet dan menutup pintunya rapat-rapat setelah sampai di sana. Anya langsung menyandarkan tubuhnya sambil mengatur nafasnya.
“Oh my God! Apa maksud Miss Hellen tadi?” gumam Anya yang bergidik ngeri.
“Kenapa kata-katanya justru membuatku merinding seperti ini?”
Anya segera menuju ke wastafel dan mencuci wajahnya. Tiba-tiba saja Hellen datang dan menyusul Anya ke kamar mandi.
“Udah selesai belum?” tanya Miss Hellen sambil mengusap bahu Anya.
“Udah, kok, Miss! Miss Hellen mau buang air kecil juga?” tanya Anya sambil sedikit bergeser menghindari Miss Hellen.
“Aku hanya mengkhawatirkanmu, makanya aku menyusul kemari!” balas Hellen membuat Anya semakin takut.
Mereka berdua pun kemudian keluar dari kamar mandi bersamaan. Untungnya di luar ruangan dokter Miko, tampak Axel sudah menunggu mereka di sana. Kini Anya pun mulai bernafas lega.
Setelah mendapatkan hasil yang diinginkan, mereka bertiga pun langsung pulang ke apartemen bersama-sama. Kali ini Axel yang mengemudikan mobilnya. Sedangkan Anya duduk di belakang dan Hellen duduk di samping kemudi mobil.
*
*
*
Sesampainya di Apartemen, tampak Papa Richie dan Mama Icha menunggu kedatangan mereka untuk melihat hasil pemeriksaan hari ini. Ini untuk yang pertama kalinya Anya bertemu dengan mereka berdua. Papa dan Mama Axel langsung memandangi Anya dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki.
“Siapa perempuan cantik ini?” tanya Mama Icha.
“Namanya Anya, Mama! Dia sekarang bekerja sebagai chef di restoran sekaligus chef pribadi di apartemen kami!” ucap Hellen memperkenalkan Anya kepada papa dan mama mertuanya.
“Kenalkan, saya Anya, Nyonya, Tuan!” sapa Anya sambil menundukkan kepalanya.
“Salam kenal Anya!” tukas Mama Icha dengan sangat lembut. “Kamu pasti capek banget yaa?”
“Oh, tidak, Nyonya! Saya juga sudah siap untuk memasak makan malam!” balas Anya.
“Wah, kebetulan kami tadi membeli udah dan juga kepiting. Apa kau bisa memasaknya untuk kami?” tanya Papa Richie.
“Saya rasanya tidak sabar untuk mencicipi masakan chef pribadi putraku!” lanjutnya lagi.
“Tentu saja siap, Tuan. Kalau begitu saya akan langsung ke pantry untuk membuat makanan!” ucap Anya yang langsung undur diri menuju ke pantry.
Sedangkan orang tua Axel kini tengah mengecek hasil pemeriksaan mereka hari ini. Mereka langsung membaca hasil dari rumah sakit yang sudah diubah oleh Axel. Hellen yang menggunakan hasil pemeriksaan milik Anya pun selamat.
“Jika dilihat dari hasilnya, kandunganmu baik-baik saja, Hellen! Kalau begitu, program sudah mulai berjalan bukan?”
”Benar, Pa! Bahkan dokter bilang peluang untuk memiliki anak sangat besar!” timpal Axel.
“Papa senang mendengarnya. Semoga keinginan papa untuk memiliki cucu bisa cepat terkabul!” ucap Papa Richie.
“Aamiin!” ucap semuanya dengan serempak. Mereka berempat pun kemudian saling berbincang-bincang.
Tepat jam 8 malam, masakan buatan Anya pun sudah siap untuk dinikmati, dan mereka pun langsung berkumpul di ruang makan.
“Silakan dinikmati Nyonya dan Tuan!” ucap Anya.
“Terima kasih, Anya. Ayo, ikut gabung sama kita!” ajak Mama Icha.
“Saya nanti belakangan saja Nyonya! Kebetulan mau mandi dulu!” balas Anya.
“Oh, Iya. Hellen antar ke kamar dulu ya!” ucap Hellen yang bersiap mengantar Anya ke kamar yang sudah disiapkan untuknya.
“Kamu makan dulu aja, Hellen! Anya biar aku yang antar. Kamu ingat kan kata dokter tadi, jangan terlambat makan agar programnya bisa berjalan dengan baik!” ucap Axel yang langsung berdiri dan meminta Anya untuk mengikuti langkahnya.
Axel memang sudah menyiapkan kamar Anya di samping kamar utama miliknya. Agar ia mudah mengunjungi Anya tentunya. Semapianya di kamar, Axel langsung mengunci tubuh Anya di dinding.
“Abang! Jangan kayak gini, dong!” protes Anya. “Udah ditunggu makan bareng loh!”
“Tapi kan Abang kangen. Gimana dong?” balas Axel yang langsung mendekatkan bibirnya ke bibir Anya.
Namun, Anya cepat-cepat membungkam mulut Axel dengan tangannya.
“Nanti aja, Bang! Udah, makan dulu sana! Anya mau mandi dulu nih!” ucap Anya sambil mendorong Axel keluar kamarnya.
“Nanti malem, abang kesini. Jangan lupa dandan yang 53k5i ya, sayang!” ucap Axel sambil meninggalkan kamar Anya dan kembali ke ruang makan.
Sesampainya di sana, Axel mendengar papa dan mamanya terus memuji kelezatan masakan Anya dan memutuskan untuk tinggal di apartemen bersama mereka hanya untuk menikmati masakan Anya. Namun, hal ini langsung menuai protes dari Axel yang tidak setuju orang tuanya tinggal lama di apartemennya.
“Loh, di Mansion kan Chef nya juga udah terlatih masak enak, Pa!” ucap Axel yang tampak tidak setuju. Tentu saja Axel tidak setuju, ruang geraknya untuk mencumbu istri mudanya semakin tidak bebas jika kedua orang tuanya tinggal bersamanya.
“Tapi lidah papa udah cocok banget sama masakan Anya!”
“Lidah Mama juga pas banget. Masakan Anya benar-benar sangat lezat!”
“Yah, gak bisa gitu dong! Gini aja deh, kalau siang Anya akan masakin buat papa dan mama di restoran. Gimana?” tanya Axel memberikan opsi.
“Kebetulan, di kantor kerja Axel juga sudah ada dapur khusus!” lanjut Axel membuat kedua orang tuanya saling melemparkan pandangan mereka.
“Boleh sih! Gimana pa, kira-kira?” tanya Mama Icha.
“Ide bagus! Kalau begitu, setiap hari kita akan berkunjung ke sana!” ucap Papa Richie.
Mereka berempat pun akhirnya setuju dan melanjutkan makan malam mereka. Selepas makan malam, kedua orang tua Axel pun berpamitan pulang.
“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Axel!” ucap Hellen saat kedua orang tua Axel sudah pulang.
“Katakan saja!” balas Axel singkat.