"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Lama
Dua hari kemudian..
Masih di rumah sakit, Bibi Marlin merawat Daisy. Saat membantu Daisy berganti baju mata Bibi Marlin memerah melihat perban yang
Saat membantu Daisy mengganti baju, mata Bibi Marlin memerah melihat perban yang membalut perut Daisy.
"Bibi Marlin, aku baik-baik saja.." ucap Daisy sambil menatap Bibi Marlin yang sedang menyeka air matanya.
"Bagaimana ini bisa baik-baik saja? Kali ini apa yang dilakukan Tuan Muda benar-benar sudah keterlaluan. Nona selalu takut meninggalkan bekas luka di tubuh anda. Luka seperti itu pasti akan meninggalkan bekas luka yang cukup lebar.." ucap Bibi Marlin yang semakin terisak.
Daisy mendengarkan ucapan Bibi Marlin yang seolah merasakan rasa sakitnya. Hidungnya tiba-tiba terasa tersumbat, tenggorokannya seperti tercekik. Daisy memalingkan wajahnya ke jendela sambil mencoba menahan air matanya.
"Aku punya bekas luka lain, dan setiap melihatnya hal itu membuatku ketakutan. Karena itu berhubungan dengan trauma di masa lalu.." jelas Daisy.
"Dan.. Saat Lucifer menyadari bekas luka itu, dia mengatakan kalau merasa jijik. Karena dia tidak menyukainya, aku melakukan segala cara untuk menjaga diri agar tidak tergores.."
Saat kata-kata itu keluar dari mulutnya, dia tidak dapat menahan air matanya lagi. Bekas luka yang tidak pernah dia sesali karena telah memilikinya, entah mengapa kembali terasa nyeri. Meskipun sudah 8 tahun lamanya.
Bibi Marlin mendekap Daisy dalam pelukannya, mereka berdua saling berbagi air mata.
"Apa anda mau makanan manis? Itu akan membuat hati anda menjadi sedikit lebih baik.." ucap Bibi Marlin dengan senyum terpaksa di wajahnya. Daisy hanya mengangguk. Bibi Marlin pun keluar untuk membeli makanan manis.
"Apakah benar bagiku untuk menikahi Lucifer?"
"Meskipun itu janji yang kami buat bersama. Tapi apakah ini adil baginya disaat dia melupakan semuanya..?"
Dua jam berlalu, namun kehadiran Bibi Marlin tak kunjung terlihat. Karena rasa bosan dan jenuh, dia memutuskan untuk meninggalkan tempat tidurnya dan berjalan-jalan.
Sambil menarik tiang infusnya dia berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit. Kemudian berhenti sejenak dan bersandar pada dinding karena tubuhnya yang masih terasa sakit. Siapa sangka dia sudah mulai mual setelah hanya berjalan beberapa langkah.
Daisy memejamkan matanya mencoba untuk mengatur pernapasan nya dan perasaan bergejolak di dalam perutnya. Mual dan rasa sakit yang dia rasakan semakin kuat.
"Adik kecil, kamu baik-baik saja?" tanya sebuah suara manis.
Daisy membuka matanya dan melihat seorang pria dengan senyum cerah yang menampilkan lesung Pipit di salah satu pipinya. Tatapannya meninggalkan kesan penuh tanda tanya.
Daisy mendorong pria di hadapannya itu, "Menyingkir dari jalanku!"
"Aku hanya mencoba membantu, tapi kau malah mencoba memelukku.." goda pria itu saat Daisy jatuh dalam pelukannya karena kakinya yang gemetar.
Daisy menepis tangan yang memegang pinggangnya, "Lepaskan!" serunya.
"Apakah kau bisa berdiri setelah aku melepaskannya? Hmm?" ekspresi Daisy perlahan berubah menjadi malu. Benar apa yang dikatakan pria itu. Tapi ini bisa mengundang kesalahpahaman.
"Sudah kubilang lepaskan ak- argh!" Daisy merintih karena rasa sakit di perutnya bertambah.
Tak peduli dengan apa yang di katakan Daisy, pria itu tetap membantunya. Dengan perlahan menuntunnya untuk duduk di sebuah bangku di depan sana.
"Saat kesulitan, kau tidak boleh mengabaikan pertolongan dari orang lain!" tutur pria itu.
Daisy mengangkat kepalanya untuk menatap pria itu. Dan hal itu membuat pria itu tertegun saat mengenali wajah yang di kenalnya.
"Daisy, itu kamu?"
"Sudah lama sekali, aku tidak menyangka akan bertemu dengan cara seperti ini. Apa kamu masih ingat aku?" ucap pria itu dengan wajah gembira.
Daisy menatap pria sok akrab itu dengan kening berkerut nya. Melihat lesung Pipit manis itu, sebuah sosok tiba-tiba terlintas di benaknya.
"Bagaimana mungkin aku tidak mengingatnya? Kau telah membuatku di musuhi seluruh sekolah!"
"Zyran Tristan Edison.."
Cibir Daisy sambil tersenyum jengkel.
Tuan Muda dari keluarga Edison itu pernah menyatakan cinta pada Daisy di depan seluruh sekolah saat mereka masih SMA. Namun Daisy yang memiliki ingatan tentang Lucifer di kepalanya, langsung menolaknya begitu saja.
Tapi Zyran tidak pernah menyerah mengejarnya, hingga mereka kehilangan kontak setelah mereka lulus SMA.
"Apakah separah itu?" Zyran tersenyum kikuk.
"Ngomong-ngomong, apa yang terjadi padamu?" tanya Zyran sambil mencari-cari titik luka di di tubuh Daisy.
"Aku baru saja menjalani operasi usus buntu.." jawab Daisy dengan senyum getir.
Zyran mengangguk percaya. Kemudian tak sengaja dia melihat cincin di tangan kanan Daisy. Sesaat kemudian dia teringat sesuatu.
'Ah, benar. Dia telah menikah dengan putra keluarga Killian. Saat itu aku sengaja tidak datang karena sakit hati. Dasar kekanakan!' gerutu Zyran mengutuk dirinya sendiri.
"Kamu sedang sakit tapi suamimu tidak menemanimu? Di mana Lucifer? Apa dia tidak datang?"
Daisy membeku di tempatnya, tidak tahu harus menjawab apa.
"Dia…" Daisy membuka mulutnya dengan ragu.
"Dia baru saja pergi. Aku keluar untuk mengantarnya pergi. Iya.." jawab Daisy dengan senyum canggung.
"Dasar tidak pengertian, seharusnya dia menghentikan mu!" gerutu Zyran.
"Maaf, aku tidak mendengar mu?"
"Oh, tidak. Aku lupa kalau aku tadi mau menjenguk temanku.." jawab Zyran dengan senyum canggung.
"Maaf, karena ku kamu jadi membuang-buang waktu,"
"Hei, apa maksud mu? Kita ini teman sekolah, anggap saja kita sedang reuni.." ucap Zyran dengan senyum cerah.
Meskipun yang duduk di hadapannya adalah pria lain, tapi yang terus berputar di kepalanya adalah wajah Lucifer.
Daisy membayangkan bagaimana wajah Lucifer saat tersenyum padanya.
"Aku akan membantumu kembali ke kamarmu. Bagaimana kamu bisa meninggalkan kamarmu saat kamu terluka?" ucap Zyran membangunkan Daisy dari lamunannya.
"Tidak, tidak apa-apa, aku akan melakukannya sendiri. Kau tidak perlu membantuku,"
Daisy menghindari uluran tangan Zyran dan lebih memilih menggunakan tiang infus untuk membantunya berdiri.
"Terima kasih," ucap Daisy kemudian pergi.