Dia seorang wanita yang begitu dihormati dalam jalanan bebas harga diri. Dia bisa menjadi wanita yang begitu unik dengan tertawa gila nya. Ia juga Menjalankan tugas dengan berat.
Ini kisah dari Chandrea. Wanita licik dari tempat yang jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Setelah di luar, Alexa benar-benar terdiam karena mobil pria itu kini berganti menjadi mobil putih.
"Seberapa kaya dia? Mobil yang aku perbaiki tadi katanya mesinnya langsung rusak lagi. Itu pasti karena dia ugal-ugalan... Dan sekarang dia datang dengan mobil yang lebih bagus... Apa orang ini begitu mudah mendapatkan uang sehingga dia tak peduli harus membuang uang di jalanan?" pikir Alexa sambil melirik curiga. Pria itu lalu berjalan dan bersandar di mobilnya.
"Aku masih bertanya-tanya, kenapa ada seorang wanita, yakni kau, berada di jalanan kotor ini hanya untuk bekerja sebagai mekanik jalanan? Padahal dengan penampilanmu, kau bisa menarik uang dengan cara lain, seperti pemerasan, bukan?" tanyanya sambil menatap.
Alexa tahu pria itu sedang menebaknya sebagai pelacur di jalanan. Ia pun menjawab sambil tetap menatap mobil itu. "...Jalang itu berawal dari orang tua. Seharusnya kau bertanya seperti apa orang tuaku. Mereka mengajarkanku untuk bertahan hidup dari mereka yang memiliki mata liar, tangan penuh uang, dan suka melakukan sesuatu sesukanya," balas Alexa dengan tegas.
"Apa kau sengaja berbohong padaku? Atau kau tengah menyembunyikan sesuatu? Bukankah kau tinggal bilang ini bukan urusanku?" tanya pria itu. Alexa terdiam, tersenyum kecil, lalu berjalan mendekat.
"Sepertinya, kita memiliki persamaan yang cukup berat," kata Alexa, merasa bahwa di antara mereka ada kesamaan dalam permainan hidup ini.
"Aku tidak akan bermain-main denganmu, jadi jangan anggap itu serius di telingaku," tambahnya sambil terus berjalan memutari mobil itu. Alexa dari tadi sudah tertarik dan terkesan dengan mobil tersebut.
Namun, mendadak, saat melihat ke kaca pintu depan, ia menyadari ada sebuah pistol di dalam, tepatnya di tengah bangku depan.
Alexa terkejut sejenak, mencoba melihat lebih teliti, dan ternyata memang benar itu pistol. Sudah jelas pria itu berbahaya.
"Tapi aku yang bermain-main denganmu," tiba-tiba pria itu berbicara dari dekat Alexa, membuatnya langsung mundur dan mengangkat kedua tangannya.
"Aku tidak mau berurusan dengan ini."
Pria itu terdiam dingin mendengar Alexa, lalu berdiri tegak dari posisinya yang bersandar. "Keberatan jika aku membawa senjata?" Sepertinya dia tahu bahwa Alexa sudah melihat senjata itu.
"Entahlah... Maksudku, aku hanya ingin pergi," jawab Alexa, mundur perlahan dengan tangan masih terangkat. Ia juga melihat pistol lain yang terselip di celana pria itu.
"Sepertinya soal pemeriksaan mobilmu selama satu bulan, sebaiknya dibatalkan. Aku akan mengembalikan uangmu. Ini perjanjian, oke?" ujar Alexa, tampaknya tidak mau terlibat lebih jauh dengan pria itu.
"Tidak bisa begitu," jawab pria itu dengan tegas, masih bersandar di mobilnya. "Perjanjian tetaplah perjanjian. Aku akan kemari setiap hari untuk memeriksakan mobilku. Bukankah aku membayar, dan kau melakukan pekerjaanmu? Ini adalah pekerjaanmu," tatapnya serius.
"Pekerjaan dilakukan sesuai kemampuan. Pekerjaan juga dilakukan sesuai kemauan," balas Alexa dengan tatapan tajam.
"Kalau begitu, lakukan pilihan yang lain. Berikan aku sebuah ciuman. Itu pekerjaan mudah, bukan?" tanyanya dengan nada yang santai namun menusuk.
Alexa menunjukkan wajah kesal. "Aku bukan wanita murahan. Kau pikir hanya karena aku tinggal di sini, kau bisa menganggapku jalang? Aku ini wanita yang bersih, dan kau tidak bisa memaksaku."
"Kau tidak bisa membuktikan bahwa kau belum pernah disentuh orang lain, kecuali kau membuktikannya padaku," jawab pria itu dengan nada datar namun penuh ancaman.
Seketika Alexa kesal, ia berjalan mendekat dan menampar pria itu keras.
SMACK!
Tamparan itu membuatnya tak mengalihkan wajah. Dia hanya menerima tamparan itu tanpa rasa takut.
"Ingat ini, jangan pernah kau kemari hanya untuk menemuiku. Belum tentu kau bisa menikmati diriku, dan berhenti menyebutku sebagai wanita kotor," tatapnya tajam, lalu berjalan pergi meninggalkannya.
Namun, mendadak saja tangan Alexa ditarik, dan tiba-tiba ia terdorong ke bagian mesin depan mobil, membuat Alexa terpojok dengan tangan yang ada di belakang.
"Ugh... Hei..." Alexa mencoba memberontak, tapi pria itu terlalu kuat untuknya. Lalu, dia berbisik sesuatu dari punggung Alexa. "Jika bukan karena kau mendekatiku duluan, bukan berarti aku memang tidak mencarimu sebelumnya. Kita memiliki hubungan yang sama, jadi jangan berpikir untuk lari."
Mendengar itu, Alexa terdiam. Dia mencoba tenang. "Meskipun aku tak tahu apa yang dia bicarakan, tapi... Jangan bilang kalau dia berkaitan dengan masa laluku..."
Lalu, tak disangka, pria itu melepaskannya, membuat Alexa terdiam bingung. Rupanya pria itu tidak melakukan apa-apa padanya. Dia kembali bersandar di mesin mobil dan mengatakan sesuatu. "Tak ada jalan untuk melarikan diri, bagi seseorang yang tak mau menerima hidupnya," tatapnya.
Seketika Alexa terkejut mendengarnya. "Dari mana dia mengatakan kalimat itu...? Aku... Tidak lari dari kehidupan!" teriaknya dengan kesal. Seketika, dia berjalan pergi dari sana.
"Hmp... Menarik," pria itu tersenyum licik. Sepertinya ada sesuatu tentang pria itu, juga Alexa sendiri.
Hari selanjutnya, Alexa menunggu di tempat biasanya. Ia terdiam duduk di bawah matahari yang panas. Dia bahkan tak peduli matahari menyengat kulitnya. Ekspresinya hanya santai, tak seperti wanita lain yang tak suka sinar matahari. Dia selalu di bawah matahari, tapi kenapa kulitnya tetap pucat putih? Sangat aneh. Meski dia kembali untuk mencari uang, pikirannya masih memikirkan kejadian kemarin.
"Dia benar-benar buruk... Aku tak bisa melupakan itu. Sebenarnya ada apa...? Kenapa sampai begini..."
Bagaimanapun juga, dia tetap tak bisa melupakan apa yang terjadi kemarin. Tak lama kemudian, ia melihat seseorang memperbaiki mobilnya yang mogok agak jauh dari sana.
Alexa berdiri dan berjalan mendekati lelaki yang memperbaiki mobilnya di pinggir jalan.
Lelaki itu sedang fokus memperbaiki, lalu menoleh ketika mendengar suara langkah. Dia melihat Alexa.
"Kau mengalami mogok?" tanya Alexa. Lelaki itu terdiam melihat wanita cantik sepertinya. "...Y... Ya, begitulah. Aku mencoba memperbaikinya sendiri."
"Biarkan aku memperbaikinya untukmu," kata Alexa. Seketika ekspresi lelaki itu sama seperti yang lain, kebingungan.
Lalu Alexa mendekat ke mesin dan mulai memperbaiki dengan satu alat yang selalu ia bawa.
"Apa kau bisa memperbaikinya?" lelaki itu bertanya, masih kebingungan.
"Yeah, aku seorang mekanik," balas Alexa dingin sambil fokus memperbaiki.
Setelah selesai, Alexa menutup kap mobil itu. "Sudah selesai. Coba nyalakan mobilnya," tatapnya.
Lelaki itu menyalakan mobil, dan rupanya berhasil menyala. "Wow, ini hebat," dia memuji dari kaca mobil.
Namun, tak lama kemudian, seorang pria dengan topi misterius datang mendekat ke Alexa. Topinya menutupi sebagian wajahnya.
"Kau Alexa?" tanyanya.
Alexa terdiam sebentar, menatapnya sambil mengeluarkan kain untuk membersihkan tangannya. "Apa kau ada perlu dengan mobilmu?"
"Mobilku baik-baik saja. Ikutlah denganku dan masuk mobilku. Aku diminta olehnya."
"...Siapa?"
"Jake—"
"Jake? Pria berambut cepak itu? Jadi namanya Jake?" Alexa mengingat pria kemarin itu.
"Ya..."
"Aku sudah bilang, tak ada hubungan apa pun di antara aku dan dia. Jika dia ingin pengembalian uang, aku bisa mengembalikannya karena aku belum menyentuh uangnya sama sekali," tatap Alexa serius.
"Aku tak tahu apa yang terjadi di antara kalian, tapi aku hanya diminta olehnya saja. Sebaiknya kau bekerja sama dengan baik."
"Ada perlu apa kau diminta olehnya, sebenarnya?" tanya Alexa dengan wajah ragu dan tak percaya.
"Hanya sebatas mengantarmu ke sini," pria itu menyerahkan kartu nama pada Alexa. Nama tempat itu adalah Mechanic Workshop.
"Tempat ini? Apakah ini termasuk pekerjaan legal?" Meski agak bingung, Alexa akhirnya menyetujui. "Baiklah."
Pria itu mengantarnya dengan mobil pengangkut barang. Alexa hanya terdiam, menatap luar lewat jendela. "Nama tempat itu untuk mekanik, bukan? Apa pria berambut cepak itu bekerja di sana? Dan orang ini sangat aneh juga..."
Pria aneh itu membawa Alexa ke kawasan luas tempat Mechanic Workshop itu. Bengkel itu besar, dan banyak mobil bagus yang telah diperbaiki di dalam. Alexa terdiam sebentar.
"Turunlah. Jake sebentar lagi sampai," kata pria itu. Saat Alexa turun, seorang lelaki muda menatapnya dari dalam bengkel, lalu mendekat.
"Jadi kau yang jadi karyawan baru di sini. Sungguh, kau sangat cantik," katanya.
Alexa terdiam bingung mendengar kata karyawan tadi. "Jadi, di mana CV-mu?" tanyanya sambil melihat sekeliling, membuat Alexa semakin bingung. "CV? Apa?"
"Huh? Bukankah kamu ingin melamar pekerjaan di sini?" tambah lelaki itu. Alexa semakin bingung. "Melamar pekerjaan di sini?"
Namun, tak lama kemudian, muncul pria kemarin yang bernama Jake. Dia menoleh ke dalam dan melihat Alexa ada di sana, lalu berjalan mendekat. "Kau sudah kemari?"
"Untuk apa kau memanggilku?" Alexa menatapnya dengan alis mengkerut, masih kesal dengan pria satu ini.
"Wow, dia berani pada Jake," kata lelaki tadi. Alexa menoleh padanya dengan kesal.
"Woah... Tenang, wanita. Kau sangat cantik saat berekspresi seperti itu," ujarnya.
Lalu Jake tiba-tiba merangkul pinggang Alexa dengan tangan besarnya yang pas untuk pinggang Alexa yang ramping.
"Dia akan berbicara denganku di dalam," kata Jake. Lalu mereka berdua berjalan ke ruangan manajer.
Lelaki tadi, bernama Oak, hanya menggumam, "Hm... Pria berotot memang tahu cara menangkap wanita seksi." Dia terdiam sambil menyindir dalam hati.
Di dalam ruangan manajer, Jake meletakkan pistolnya di meja, dan Alexa melihatnya dari dekat pintu.
"Kenapa kau memanggilku ke sini? Untuk apa? Aku sudah mengatakan bahwa aku tak mau berurusan dengan ini semua," ujar Alexa dengan nada memberontak.
"Aku hanya penasaran denganmu," kata Jake sambil duduk di meja, menyalakan rokoknya dengan tenang, menatap Alexa yang berdiri agak jauh di hadapannya.
"Apa yang membuatmu penasaran tentangku?"
"Tak lebih dari hal-hal yang ada di tubuhmu. Apa kau mantan pembunuh, atau mantan pelacur?"
"Kenapa pilihannya hanya itu?" Alexa menatapnya dengan tatapan terpaku.
"Aku pernah menanyakannya padamu, kan? Kau bilang kau bukan pelacur, jadi dengan kata lain, kau adalah seorang pembunuh. Kalau begitu, kau pasti tahu banyak tentang kriminalitas di dunia ini."
"Kenapa dia bertanya hal seperti itu? Logatnya itu... apa dia polisi? Tapi aku belum yakin. Aku... sudah mengatakannya padamu, aku bukan bagian dari itu, atau apapun itu. Bukankah pekerjaanku sekarang adalah mekanik jalanan?!" kata Alexa.
Jake menatapnya lurus. "Kau hanya belum mengakui apa yang telah terjadi di masa lalu. Pekerjaanmu sekarang memang seorang mekanik, tapi bagaimana dengan dulu?" Tatapannya tajam membuat Alexa terkejut.
"Apa orang ini... jangan-jangan dia mencari tahu tentangku?! Apa dia sedang mengumpulkan informasi tentangku?!" Alexa mulai panik, tapi mencoba tetap tenang.
"Kemarilah sebentar," kata Jake, tatapannya membuat pikiran Alexa semakin kacau. Padahal tak ada yang memojokkannya; Jake hanya bertanya tentang kebenaran. Namun, Alexa sudah panik duluan.
"Dia mau apa?" Alexa terpaku, tak bergerak.
Jake mematikan rokoknya. "Aku tidak akan menyakitimu, jadi jangan khawatir."