Setelah kematian yang tragis, dia membuka matanya dalam tubuh orang lain, seorang wanita yang namanya dibenci, wajahnya ditakuti, dan nasibnya dituliskan sebagai akhir yang mengerikan. Dia kini adalah antagonis utama dalam kisah yang dia kenal, wanita yang dihancurkan oleh sang protagonis.
Namun, berbeda dari kisah yang seharusnya terjadi, dia menolak menjadi sekadar boneka takdir. Dengan ingatan dari kehidupan lamanya, kecerdasan yang diasah oleh pengalaman, dan keberanian yang lebih tajam dari pedang, dia akan menulis ulang ceritanya sendiri.
Jika dunia menginginkannya sebagai musuh, maka dia akan menjadi musuh yang tidak bisa dihancurkan. Jika mereka ingin melihatnya jatuh, maka dia akan naik lebih tinggi dari yang pernah mereka bayangkan.
Dendam, kekuatan, dan misteri mulai terjalin dalam takdir barunya. Tapi saat kebenaran mulai terungkap, dia menyadari sesuatu yang lebih besar, apakah dia benar-benar musuh, atau justru korban dari permainan yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Pertemuan dengan Calon Antagonis
Seraphina duduk di dalam kereta menuju Kota Nordin.
Udara di dalamnya terasa sedikit tegang karena semua peserta final kini berkumpul dalam satu tempat yang sama.
Di sinilah mereka yang tersisa akan menjalani ujian lebih besar lagi.
Namun, perhatian Seraphina tertumbuk pada seorang pria yang duduk di pojok.
Seorang pria berambut hitam panjang, dengan kulit pucat seperti mayat, dan mata keunguan yang tajam serta misterius.
Dialah pria lumpuh yang pernah dia bantu di kota sebelumnya.
Namun, kini…
Dia tidak lagi duduk di atas kursi roda.
---
Dia adalah Sang Calon Antagonis
Seraphina menahan napas saat akhirnya menyadari siapa pria itu.
"Jadi ini dia…"
"Calon antagonis pria di masa depan."
Dalam novel aslinya, pria ini akan menjadi pembantai mengerikan yang haus darah.
Setelah kekasihnya mati di tangan protagonis, dia mengamuk dan menghancurkan banyak kerajaan serta membunuh ribuan orang.
Namun, kekasih yang dia cintai itu…
Adalah Seraphina.
Atau lebih tepatnya, Seraphina yang asli sebelum dia bereinkarnasi ke dunia ini.
---
Percakapan Pertama
Pria itu perlahan menoleh dan menatap Seraphina dengan intens.
Seraphina berusaha bersikap biasa, tetapi dia tahu pria ini sedang mengamatinya dengan penuh perhatian.
"Kau…" pria itu akhirnya berbicara dengan suara dalam dan dingin.
"Kau yang membantuku waktu itu di kota, kan?"
Seraphina tersenyum kecil. "Kebetulan saja aku lewat saat itu."
Pria itu mengangguk pelan. "Namamu…?"
"Seraphina," jawabnya, berusaha tetap santai.
Pria itu menatapnya lebih lama sebelum akhirnya memperkenalkan diri.
"Aku Lucian Morgenstern."
Nama yang kelak akan menjadi legenda kegelapan.
Seraphina tahu bahwa dia tidak bisa sembarangan dalam berinteraksi dengan pria ini.
Salah sedikit saja, dia mungkin akan memicu tragedi yang lebih cepat dari waktu seharusnya.
---
Terbentuknya Tim 7
Setelah perjalanan beberapa jam, rombongan mereka akhirnya sampai di Kota Nordin.
Di gerbang utama, para peserta langsung dikumpulkan dan dibagi menjadi dua tim besar.
Masing-masing tim terdiri dari tujuh orang, dan mereka akan bekerja sama dalam berbagai ujian selanjutnya.
Saat nama-nama diumumkan, Seraphina dikejutkan oleh fakta bahwa dia dan Lucian berada dalam tim yang sama.
"Apa?! Aku satu tim dengan calon pembantai besar?!"
Tidak hanya itu, tim mereka juga diisi oleh beberapa orang yang mencurigakan.
Lucian Morgenstern – Necromancer jenius
Kael dari Kuil Assassin – Sang pembunuh berdarah dingin
Elaine dari Kuil Dewa Obat – Penyembuh berbakat
Zane dari Kuil Kesatria – Petarung tangguh dengan pedang besar
Leona dari Kuil Sihir – Penyihir elemen petir
Seraphina – ‘Penyihir biasa’ dari Kuil Sihir
Tim ini benar-benar… berbahaya.
---
Interaksi Lucian dan Seraphina
Saat semua anggota tim berkumpul, Lucian menatap Seraphina dengan intens.
"Aku tidak menyangka kita akan berada di tim yang sama," katanya pelan.
Seraphina tersenyum tipis. "Aku juga tidak menyangka."
Lucian menyipitkan mata. "Kau… menarik."
Seraphina bisa merasakan tekanan yang besar dari pria ini.
"Dia menganggapku menarik? Itu bisa jadi hal baik… atau justru berbahaya."
Namun, dia hanya tersenyum dan berkata, "Aku hanya orang biasa."
Lucian terkekeh pelan. "Aku tidak percaya itu."
---
Kesadaran Seraphina
Malam itu, di penginapan yang telah disediakan untuk para peserta, Seraphina merenung sendirian di kamarnya.
Dia sudah menyadari sesuatu yang sangat penting.
"Aku harus berhati-hati dengan Lucian."
"Jika aku membuatnya terlalu dekat denganku… maka dia akan jatuh cinta lebih awal."
"Dan jika aku mati di masa depan… dia pasti akan menghancurkan dunia lebih cepat."
Seraphina tidak ingin memicu tragedi lebih awal.
Namun, di sisi lain…
"Jika aku menjauhinya secara ekstrem, dia mungkin justru akan lebih curiga."
"Aku harus menjaga keseimbangan. Tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh."
---
Kesimpulan Seraphina
"Mungkin aku bisa mengubah takdirnya."
"Jika aku bisa mencegahnya jatuh terlalu dalam ke kegelapan… mungkin aku bisa menghindari kehancuran di masa depan."
Seraphina akhirnya membuat keputusan besar.
"Aku akan tetap dekat dengannya, tetapi aku tidak boleh membiarkan dia terlalu bergantung padaku."
"Dan yang terpenting… aku tidak boleh mati di dunia ini."
Dengan pikiran itu, Seraphina mengukir senyum tipis.
"Mari kita lihat, Lucian Morgenstern… apakah aku bisa mengubah takdirmu?"
---
Di dunia ini, cahaya dan kegelapan selalu berdampingan.
Para elf memiliki perlindungan alami dari leluhur mereka, tetapi manusia?
Mereka selalu berada dalam ancaman.
Ancaman dari iblis, roh jahat, dan makhluk kegelapan yang selalu mengintai di kegelapan.
Oleh karena itu, setiap tahun dibentuk tim pemburu khusus yang terdiri dari tujuh orang dari tujuh kuil yang berbeda.
Dan kali ini…
Tim 7 yang dipimpin oleh Lucian Morgenstern mendapatkan misi pertamanya.
Mereka diperintahkan untuk menjelajahi sebuah goa misterius yang konon dihuni oleh iblis kuno.
---
Pemberian Misi
Di sebuah ruang pertemuan di Kota Nordin, seorang pria tua berjubah putih berdiri di hadapan mereka.
Dia adalah Grandmaster Orpheus, salah satu tetua dari Kuil Sihir.
"Goa itu disebut Goa Abyssal," ucap Grandmaster Orpheus dengan nada serius.
"Menurut laporan, beberapa pemburu yang pernah masuk ke sana tidak pernah kembali."
Seraphina diam-diam memperhatikan ekspresi semua orang.
Lucian tetap tenang.
Kael dari Kuil Assassin hanya tersenyum tipis, seperti menikmati tantangan ini.
Elaine dari Kuil Dewa Obat tampak gelisah, sedangkan Zane dari Kuil Kesatria mengepalkan tinjunya dengan semangat bertarung.
Leona dari Kuil Sihir tampak antusias, sedangkan Seraphina…
Dia hanya berpura-pura terlihat netral.
"Misi pertama kami… langsung menjelajahi tempat berbahaya?"
"Ini pasti ada yang tidak beres."
---
Menuju Goa Abyssal
Perjalanan menuju Goa Abyssal memakan waktu satu hari penuh.
Mereka menaiki kereta kuda dan akhirnya sampai di sebuah hutan lebat yang dipenuhi kabut.
Suasananya sangat sunyi.
Bahkan burung-burung pun tidak terdengar berkicau.
"Aku tidak suka tempat ini," gumam Elaine dengan wajah tegang.
Lucian menatap hutan di depan mereka. "Tidak ada pilihan lain. Kita harus masuk."
Seraphina diam-diam mengaktifkan indranya, mencoba merasakan energi di sekitar.
Dan yang dia rasakan…
Ada sesuatu yang mengintai mereka dari dalam kegelapan.
"Aku harus tetap waspada."
---
Memasuki Goa Abyssal
Begitu mereka masuk ke dalam goa, udara langsung berubah drastis.
Suhu menjadi dingin dan lembab, serta terdengar suara gemuruh samar dari dalam kegelapan.
Dinding goa dipenuhi simbol-simbol aneh yang memancarkan cahaya redup berwarna ungu.
Zane menyalakan obor, tetapi Lucian menghentikannya.
"Jangan gunakan api biasa," katanya.
Dia mengangkat tangannya, dan bola cahaya keunguan muncul, menerangi jalan mereka.
"Gunakan sihir. Cahaya biasa bisa memancing makhluk di dalam."
Kael menyeringai. "Jadi goa ini memang dihuni sesuatu, ya?"
Lucian tidak menjawab, tetapi Seraphina tahu jawabannya sudah jelas.
"Ya… goa ini bukan tempat biasa."
---
Serangan Pertama
Saat mereka semakin masuk ke dalam, tiba-tiba…
Suara geraman menggema dari dalam kegelapan.
Elaine langsung mundur dengan wajah pucat, sementara Leona menyiapkan sihir petirnya.
Dari dalam bayangan, muncul makhluk hitam besar dengan mata merah menyala.
"Shadow Hound!" seru Zane.
Makhluk itu berlari cepat ke arah mereka, cakarnya yang tajam mencakar udara dengan ganas.
Zane langsung maju dengan pedangnya, menebas salah satu makhluk itu, tetapi ada lebih banyak yang muncul dari kegelapan.
Seraphina pura-pura menghindar dan hanya melancarkan sihir lemah, membiarkan yang lain bertarung dengan serius.
Namun, Lucian…
Dengan tenang, dia mengangkat tangannya.
Dan dalam satu gerakan, bayangan dari goa itu sendiri berubah menjadi tombak tajam dan menusuk semua Shadow Hound dalam sekejap.
Seketika, mereka semua mati tanpa sempat melawan.
Seraphina menatapnya dalam diam.
"Kekuatan necromancer miliknya… benar-benar menakutkan."
---
Penemuan di Dalam Goa
Setelah mengalahkan Shadow Hound, mereka melanjutkan perjalanan.
Di bagian terdalam goa, mereka menemukan sebuah altar batu raksasa dengan sebuah simbol aneh di tengahnya.
Leona berlutut dan menyentuh simbol itu. "Ini… segel iblis."
Elaine menelan ludah. "Jadi tempat ini benar-benar tempat penyegelan iblis kuno?"
Lucian berjalan mendekati altar dan menyentuhnya dengan tangan kirinya.
Tiba-tiba, simbol itu mulai bersinar.
Gema suara aneh terdengar di udara.
"…Kau akhirnya datang…"
Semua orang langsung mundur dengan siaga, tetapi Lucian hanya tersenyum tipis.
"Ada sesuatu yang terkunci di dalam sini."
Seraphina merasakan hawa dingin di punggungnya.
"Ini buruk."
"Apakah ini saat di mana Lucian mulai tersentuh oleh kegelapan?!"
---
Pilihan Seraphina
Seraphina tahu bahwa dalam novel aslinya, misi ini adalah awal dari tragedi.
Lucian akan menemukan sesuatu di dalam altar ini yang akan mengubahnya selamanya.
Namun, sekarang…
Seraphina ada di sini.
"Haruskah aku membiarkan semuanya berjalan seperti aslinya?"
"Atau… haruskah aku menghentikannya?"
Sementara dia masih ragu, altar itu tiba-tiba bergetar, dan dari dalamnya…
Sebuah suara tawa menggema.
"…Aku sudah menunggumu, Lucian Morgenstern…"
Seraphina menegang.
"Sial… Segel iblis ini mulai terbuka!"
---
Al-fatihah buat neng Alika beliau orang baik dan Allah menyayangi orang baik, beliau meninggal di hari Jumat bertepatan setelah malam nisfu syabaan setelah tutup buku amalan.. semoga beliau di terima iman Islamnya di ampuni segala dosanya dan di tempatkan di tempat terindah aamiin ya rabbal alamiin 🤲