NovelToon NovelToon
Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Buku Merah Maroon : Pembunuhan Di Perkemahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: bung Kus

Buku Merah Maroon seolah menebar kutukan kebencian bagi siapapun yang membacanya. Kali ini buku itu menginspirasi kasus kejahatan yang terjadi di sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam.

Kisah lanjutan dari Rumah Tepi Sungai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutang budi yang lunas

Hujan mulai membasahi tubuh Gery. Jawara basket sekolah itu tengah menutup sambungan kabel dengan selotip. Teman-teman yang sebelumnya berada di bawah besi pemancar wifi memilih untuk berteduh di bagian sudut rumah, kecuali Nana. Gadis itu menunggu Gery di bawah besi pemancar meski harus basah kuyup terkena guyuran air hujan.

"Semangat Gery, Yayang mu menunggu di bawah penuh cinta," teriak Aldo mengejek. Nana mendengus kesal.

Perlu waktu yang cukup lama untuk Gery menyelesaikan penyambungan kabel wifi. Setelahnya, ia berniat untuk turun. Hujan yang terus mengguyur semakin deras membuat Gery sesekali harus mengusap wajah. Menyapu air yang menghalangi penglihatan.

Gery mengedarkan pandangan ke bawah sebelum mulai menuruni tangga. Terlihat pagar dinding mengitari belakang rumah Bu Anggun. Meskipun samar, Gery dapat melihat beberapa kantong plastik besar berserakan di luar pagar.

Di salah satu kantong plastik tampak sesuatu menyembul keluar. Seperti wajah manusia dengan mata yang tertutup. Gery sulit memastikan apakah benar wajah manusia, atau manekin, atau bisa jadi sebuah topeng. Hujan benar-benar menghalangi jarak pandang. Poni di dahinya juga jatuh menutupi mata.

Gery menyapu poni di matanya sambil tetap mencoba mengamati kantong plastik di luar pagar. Karena konsentrasi yang terbagi, Gery lupa dengan pijakannya. Dia terpeleset. Tanpa sempat berteriak, tubuh besarnya melayang jatuh dari bagian tengah pemancar wifi.

Hanya sepersekian detik, Gery melayang dan menghantam tumpukan kayu di bawah pemancar. Nana menjerit histeris. Yuzi merangkul dan menyembunyikan wajahnya di dada Aldo. Bu Anggun dengan cekatan menyambar payung dan berlari kecil mendekati Gery.

Di atas tumpukan kayu bakar yang basah oleh air hujan, tubuh Gery menengadah menghadap langit. Paha kanannya tertembus oleh batang kayu berujung runcing. Darah segar mengalir. Gery masih bernapas. Akan tetapi remaja itu tidak sadarkan diri.

Nana menangis melihat kondisi Gery. Lututnya terasa lemas dan gemetar. Air matanya hangat menetes di pipi, mengalahkan suhu dingin air hujan.

Mak Ijah berjalan tergopoh-gopoh dari samping rumah. Dia mendekati majikannya. Perempuan itu tampak tidak peduli pada kondisi Gery, hanya fokus pada Bu Anggun.

"Mak, bawa anak ini ke kamar belakang. Kita harus memberinya pertolongan pertama," perintah Bu Anggun menunjuk tubuh Gery. Mak Ijah mengangguk. Nana dapat melihat untuk sekejap Sang pembantu menyeringai.

Dengan langkah kakinya yang terseok, Mak Ijah menarik tubuh Gery. Bunyi urat paha yang robek terdengar lirih, tetapi membuat semua orang yang mendengarnya ikut merasakan ngilu. Luka menganga terlihat di paha Gery. Darah merah kental seperti berbuih terus mengucur.

Untuk ukuran orang tua, Mak Ijah sangatlah kuat. Tenaganya benar-benar di luar perkiraan. Ia menggendong Gery dengan mudahnya. Bersama Bu Anggun, Mak Ijah berjalan masuk ke dalam rumah. Nana mengekor, disusul Aldo dan Yuzi.

Tubuh Gery dibaringkan pada sebuah kasur dalam kamar sempit di dekat dapur. Bu Anggun mengambil kotak perlengkapan P3K. Dengan cekatan, Sang Tuan rumah merobek celana Gery, membersihkan luka dan mengikat paha yang berwarna sedikit biru itu.

Nana terus menangis. Yuzi memeluk sahabatnya itu. Sedangkan Aldo di luar kamar memeriksa handphone nya.

"Pasword wifinya apa? Aku mau menelpon Ayah agar mengirim orang untuk menjemput kita semua," tanya Aldo ketus.

"Password nya tabur tuai. Tanpa spasi, huruf kecil semua," sambung Mak Ijah tanpa ekspresi.

"Tabur tuai." Aldo mengulangi ucapan Mak Ijah sembari mengetik di handphone nya. Setelah wifi tersambung wajahnya tampak sumringah. Aldo pun beranjak ke ruang depan sembari menelpon Ayahnya.

Nana meraih lengan Bu Anggun yang selesai membalut luka Gery.

"Bagaimana kondisinya Bu?" tanya Nana masih terisak.

"Aku bukan dokter. Tapi kurasa dia harus dibawa ke fasilitas kesehatan. Lukanya parah dan sepertinya tulang paha pecah. Jika tidak ditangani dengan benar aku takut akan membusuk," jawab Bu Anggun kalem. Perkataan perempuan itu tajam dan terasa sengaja membuat lawan bicaranya semakin panik.

Terdengar suara Aldo mengumpat. Laki-laki itu sudah selesai menelpon Ayahnya. Ekspresinya terlihat kesal.

"Bagaimana Do?" tanya Yuzi lirih.

"Ayah hanya bisa menjemput ke tempat ini jika hujan sudah reda. Sialan!" umpat Aldo.

"Jalanan licin. Memang terlalu beresiko berkendara kemari saat cuaca seperti ini," sambung Bu Anggun. Mak Ijah mengambil kotak P3K kemudian berjalan keluar kamar.

"Biasanya bagaimana cara kalian keluar dari rumah ini? Kalian ke pasar kan? Mana mungkin berjalan kaki," sergah Aldo.

"Ada mobil di garasi samping rumah. Tapi kami tidak pernah mengendarainya di tengah badai. Salah-salah bisa terperosok ke jurang," jawab Bu Anggun.

"Sial! Gery butuh pertolongan secepatnya." Aldo memukul dinding kamar.

"Apa kamu peduli? Hah?! Jangan sok peduli," sela Nana geram. Matanya yang merah melotot hingga tampak menonjol keluar.

"Apa katamu? Gery adalah sahabat bagiku!" balas Aldo menaikkan nada bicaranya.

Bu Anggun tersenyum memperhatikan dua tamunya yang sedang bertengkar.

"Sahabat? Apa arti sahabat bagimu? Kamu berlagak seperti bos, Aldo. Bos yang bosok! Kamu tahu kenapa Gery menuruti semua ucapanmu? Karena dia merasa berhutang budi padamu. Hutang budi pada laki-laki manja yang tidak punya hati dan otak," serang Nana. Gadis itu berdiri menunjuk-nunjuk Aldo.

"Tutup mulutmu! Jangan kamu kira aku takut padamu Nana!" bentak Aldo dengan wajah merah padam.

"Kamu yang memaksa Gery untuk memanjat. Kamu yang membuatnya meregang nyawa. Lihatlah sekarang! Buka matamu! Kalau Gery sembuh kamu pikir dia bisa bermain basket lagi? Hah? Kakinya rusak Aldo!" Air mata Nana kembali mengalir.

"Mbokne ancuk! Jangan menimpakan kesalahan padaku!" sergah Aldo tak terima.

"Kenapa tak terima? Kamu memang salah Aldo. Jika Gery berhutang budi padamu karena menurutnya kamulah yang membantu dia untuk bisa bermain basket, maka hari ini kamu telah merenggut satu-satunya mimpi yang dia miliki! Sudah cukup Aldo. Sudah cukup! Setelah pulang dari tempat ini aku tidak akan pernah berada di dekatmu lagi. Aku juga akan memberitahukan pada orang-orang kamulah orang yang mencelakai gadis bisu malam itu!" ancam Nana menumpahkan semua kekesalannya.

"Diam! Cangkemmu bosok Nana!" Aldo menerjang. Namun Nana lebih cekatan. Dia melompat ke samping. Kemudian berlari keluar kamar. Berkelahi di tempat sempit tidak menguntungkan baginya. Aldo mendengus kesal. Dia menyusul dan mengejar Nana keluar kamar.

Aldo mengayunkan kakinya untuk menendang wajah Nana. Gerakan yang terlalu mudah untuk Nana tangkis dengan sebelah tangan. Giliran Nana mengayunkan tendangan terukur. Karena Aldo hanya berdiri dengan satu kaki, sapuan Nana membuatnya jatuh terpelanting. Aldo mengaduh kesakitan.

"Sudah cukup. Hentikan!" bentak Mak Ijah tiba-tiba. Perempuan tua itu sudah kembali dari dapur. Ia mengacungkan tongkatnya yang berujung besi runcing.

"Anak jaman sekarang tidak tahu unggah-ungguh, sopan santun. Datang berteduh malah membuat gaduh," protes Mak Ijah sedikit mengerang.

1
Rika Iftakul
bner na memang pak dollah sengaja
Rika Iftakul
pasti pak dollah sendiri yg sengaja mutus kabel
Rika Iftakul
kuku putra atau rana
Yuli a: kuku putra ada di dalam perut aligator ...😭
total 1 replies
Hidayah Hanan
lnjut kakak😍😍😍
Desyi Alawiyah
Itu bukan kukunya mak Ijah, Nana...

Wah, ada kuku? Kuku siapa yah 🤔🤔🤔
Ai Emy Ningrum: kuku manusia yg kelepas waktu daging nya lg dimasak mak Ijah 😳
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Lalu dimana Aldo? Giliran kamu Gery sakit, si Aldo malah ninggalin...hadeehhh 🤭
Yuli a
bisa jadi pak Dollah si pembunuh itu... minta bantuan sama Mak Ijah... jadi tuan Zainul nya Mak Ijah yang baru... Mak Ijah hidup hanya untuk mengabdi kan...
Yuli a
kok nggak muntah sih na ngeliat ada kuku dimasakan... aku aja kalau beli nasi uduk ada rambutnya pingin muntah Lo...🤢🤮
Yuli a
sengaja itu mah... hujan reda, WiFi mati. biar terisolasi mereka tu...
Mak Ijah kali ya yang grubak-grubuk mutusin kabel..
Yuli a: wah multi talenta banget Mak Ijah ya... kadang-kadang cosplay jadi tukang jagal, kadang-kadang jadi chef handal, sekarang malah cosplay jadi wonder woman...
Yuli a: berarti Suga nya nggak asli dong ya .. 🤣🤣🤣
total 6 replies
Yuli a
duh... jangan lama-lama dong ninggalin Gerry nya... entar hilang Lo...
Yuli a
aku tadi udah deg degan banget... takut kalau yang berjas hujan itu sang pembunuh... ternyata pak Dollah...
Ai Emy Ningrum
bisa2 jurinya yg dijadiin sop sama Mak Ijah kalok dia ikut kompetisi Master Sop 🙈🙈 apalagi jurinya modelan chef Juna 🤣🤣🤣
Yuli a: cius....🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: btw ,liontin deh yg bnr 😹😹
total 12 replies
Maymayarni
lanjut thor
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎
kenapa aku menduga Rana belum tewas ya ⊃ο<*, dugaan aja sih, soalnya biasanya plot twist hehe 😁
𝙿𝚊𝚞𝚕𝚘`Nia🔮_♑︎: maka dari itu, kepalanya pecah kan belum tentu itu rana atau bukan, tapi yo ga tau sih
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩: Rana yg tewas di sungai kan? yg kepalanya pecah ditindih batu?
Anggoro sama Pak Nafi liat itu Rana.
jadi sepertinya klo menurutku Rana tewas kak
total 2 replies
Nur Hidayah
setiap hari nungguin KK upload👀
Sulastri
Bagus sekali
Maymayarni
lanjut thor
Isnaaja
kasian putra. datang ke perkemahan hanya untuk makanan ikan.
Isnaaja
seseorang yang dikenal anggoro,,
Hidayah Hanan
semangat up bung🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!