Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengigau
Izam yang mendengar teriakan Haikal, langsung berlari ke kamar Amay dengan wajah kaget dan panik.
"Kenapa Kalo, apa yang terjadi? Mengapa kamu teriak-teriak begitu? " tanya Izam dengan beruntun.
"Kak Amay demam, Kak! Badannya panas banget, aku takut terjadi sesuatu dengan Kak Amay! " jawab Haikal dengan panik.
"Ya ampun... Cepetan kamu ambil baskom berisi air hangat dan handuk kecil. Kakak mau ke asrama dulu ambil persediaan obat demam di tas kakak! " ucap Izam sambil keluar dari kamar Amay dan segera pergi ke asrama ustadz dan ustadzah.
Haikal melakukan apa yang di perintahkan Izam padanya, ia begitu cemas dengan keadaan kakaknya. Apalagi malam ini Abah sama Uminya tidak ada di rumah karena pergi undangan pernikahan salah satu kerabat Umi nya di desa sebelah. Kemungkinan besar mereka tidak pulang malam ini dan itu artinya hanya Izam lah menjadi tempat nya meminta pertolongan.
Haikal membawa baskom berisi air hangat ke dalam kamar. Ia memasukkan handuk kecil ke dalam baskom tersebut, kemudian memeras nya hingga airnya sedikit kering. Lalu ia menaruh handuk tersebut yang sudah di lipat di atas kening Amay yang terasa hangat.
Sedikit demi sedikit Haikal cukup tahu bagaimana mengompres orang yang lagi demam. Tidak lama kemudian Izam pun datang dengan membawa kotak obat yang ia tenteng di tangan kirinya.
"Kal, tolong ambilkan kakak mu sedikit makanan! " perintah Izam dengan sopan.
"Baik kak! "jawab Haikal mematuhi perintah Izam.
Izam dengan sigap membolak-balikan handuk yang ada di atas jidat Amay agar panasnya sedikit berkurang. Izam duduk di samping Amay dan mengangkat sedikit kepala Amay agak sedikit tinggi seperti sedang duduk. Ia menyusun bantal menjadi tiga tingkatan, kemudian menaruh kembali kepala Amay di bantal tersebut seperti Amay seolah-olah sedang duduk dengan sandaran bantal di belakangnya.
"Ini Kak, makanannya! " ucap Haikal sambil menyodorkan sepiring kecil nasi dan sayuran.
Izam mengambil piring nasi tersebut, kemudian ia ********** dengan sendok. Kebetulan pula nasi nya dari beras pulen, jadi tidak susah jika di lumatkan. Izam mengambil sesendok kecil nasi yang sudah di lumatkan, lalu menyuapi nya kepada Amay yang masih terpejam matanya dan mulutnya juga masih tertutup rapat.
Tanpa di minta, Haikal mengambil persediaan pipet yang ada di samping kulkas dan memberikannya kepada Izam.
Izam membuka paksa mulut Amay dengan tangannya, lalu memasukkan sendok berisi nasi ke dalam mulut Amay yang mana langsung membuat Amay sedikit melenguh karena merasa sedikit terganggu.
"Tolong buka mulutmu sebentar saja! Jangan di muntahkan karena kau akan minum obat, setidaknya makan satu suapan saja! " ucap Izam dengan lembut.
Antara setengah sadar, Amay mengedipkan matanya sejenak karena tubuhnya benar-benar lemas dan Izam langsung menyodorkan gelas yang sudah ada pipet nya supaya Amay gampang meminum air putih yang akan membuat makanan yang tadi masih di mulutnya terdorong masuk hingga tertelan.
"Abah, Umi! Amay kangen? Amay senang Abah datang menemui Amay! " ucap Amay lirih dengan mata terpejam.
"Jangan tidur dulu! Minum obat penurun panas dulu! " sahut Izam sambil menyodorkan sendok berisi parasetamol yang sudah ia jadikan seperti puyer.
Izam memasukkan kembali sendok berisi obat tersebut ke dalam mulut Amay, lalu memberikan nya minum lagi agar obat tersebut tertelan.
"Pahit!! " kata Amay sambil mengernyitkan keningnya tapi dengan mata yang masih terpejam.
"Tentu saja pahit, namanya juga obat! " jawab Izam menimpali ucapan Amay.
Izam hendak beranjak dari samping Amay, namun tiba-tiba Amay memegang erat tangan Izam yang mana membuat Izam sangat terkejut, terlebih lagi dengan Haikal yang juga ikutan kaget melihat Amay menarik tangan Izam dengan mata tertutup rapat.
"Abah, jangan pergi! Amay takut, Bah! Mereka mengurung Amay lagi, Bah! Amay gak mau ketemu mereka lagi, Bah! Amay gak mau! "racau Amay sambil berkeringat di dahinya.
"Sepertinya Kak Amay mengigau, Kak! Mungkin di kiranya kakak itu Abah Sulaeman! " ucap Haikal kepada Izam.
"Astaga, ini perempuan masih mengira aku ini bapaknya! Nasib-nasib! Jadi kasihan juga jika melihatnya seperti ini, tapi jika ia sehat dia langsung berubah menjadi seekor macan yang siap menerkam mangsanya! " batin Izam dalam hatinya melihat Amay mengigau.
"Kak, lebih baik kakak duduk saja di samping Kak Amay sampai ia benar-benar berhenti mengigau! Haikal akan duduk di sofa itu saja! " pinta Haikal sambil menunjuk sebuah sofa yang ada di samping lemari pakaian.
Izam menganggukkan kepalanya dengan agak terpaksa, ia hanya tidak mau jika ada orang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar ini langsung berpikiran negatif kepadanya, padahal ia di kamar juga tidak sendirian. Izam benar-benar khawatir jika niat menolong nya menjadi bumerang untuk dirinya dan juga Amay.
"Kakak gak usah khawatir, kan ada Haikal juga di sini! Jadi insyaallah tidak ada yang akan berpikiran negatif tentang kakak dan Kak Amay! " ucap Haikal tiba-tiba membuat Izam agak sedikit merinding.
"Kok kamu bisa tahu apa yang kakak pikirkan? " tanya Izam dengan heran.
"Tahu lah dari raut wajah kakak yang tampak begitu tegang dan agak khawatir! " jawab Haikal santai.
"Cih, sok tahu! " cibir Izam dengan mulut manyun.
Haikal hanya terkekeh mendengar cibiran Izam terhadap dirinya. Haikal pun duduk di sofa sambil memainkan ponselnya memutar tilawah Al-Quran dengan menggunakan headset.
Karena hari sudah malam, tanpa mereka sadari, mereka bertiga tertidur pulas di dalam satu kamar. Dengan Izam duduk di bawah tempat tidur, tidur sambil duduk dengan tangan masih berpegangan dengan tangannya Amay. Dan Haikal yang tertidur di sofa dengan headset yang masih terpasang di telinga nya.
"Astaghfirullah hal adzim???? Apa yang kalian lakukan di kamar ini??? " pekik seseorang dengan wajah kaget.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beraktivitas readers semuanya...
Maaf karena othor jarang Up karena keadaan masih belum memungkinkan untuk Up rutin..
Semoga hari kalian menyenangkan 💕😍...
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏